Akhir untuk cinta (Prolog)

174 17 0
                                    

- Back to You -

Suasana canggung bercampur kecewa menyelimuti keadaan 2 insan yang saling berhadapan satu sama lain. Sejak 15 menit yang lalu keduanya tak ada yang saling berbicara, hanya sapaan saat keduanya kembali bertegur sapa setelah sekian lama.

"Gue mau lo yang ambil hal asuh Chenle." Suara datar itu berasal dari seorang pria manis berambut hitam legam yang sedang berhadapan dengan mantan suaminya di sebuah cafe. Pria manis itulah yang akhirnya membuka suara untuk mengumpulkan kembali ketegangan yang hampir senyap.

"Tapi dia butuh ibunya, Haechan," mohon Mark, mantan suaminya dengan suara lirihnya.

Bukannya sadar dengan ucapan pria itu, Haechan mendengus kesal tak peduli. Karirnya adalah nomor satu, ia tak mau dengan menjadi ibu membuat karirnya hancur. Saat kehamilan pertamanya saja sudah membuat dirinya prustasi karena tubuhnya berubah sangat drastis.

"Bukannya udah gue bilang gue nggak peduli, titipin aja ke orang tua ngeselin lo itu." Haechan menatap pria itu malas seakan sebenarnya ia tak ingin bertemu dengannya lagi.

"Tapi dia butu-

"Anak ini diluar rencana kita, bukannya nggak salah ya kalo gue ga siap, ambil saja lagian lo yang mau ngerawat," ucapnya memotong ucapan Mark.

Mark hanya tersenyum sendu sambil mengangguk perlahan, sekali kali ia melirik bayi laki-laki manis di dalam gendongan adiknya. Dadanya sesak tapi ia tidak ingin menangis, begitu penting ternyata untuk menjadi sempurna bagi seorang Seo Haechan.

"Baiklah, sampai jumpa lagi Haechan aku harap kamu bahagia," air mata yang tak diundang tiba-tiba memaksa keluar dari netra milik Mark. Sungguh berat ia melepaskan seseorang yang sangat ia cintai dan tak mau mengakui anaknya sendiri.

"Ah nggak, gue ga mau ketemu lo lagi" dengan tas mahalnya Haechan langsung pergi dari tempat itu tanpa memedulikan Mark yang sepertinya sedang menangis.

"Bang, Chenle nangis," tepuk Jeno dua kali pada lengan Mark dengan sedang menutup mukanya sendiri dengan kedua tangannya.

Dengan cepat ia menyapu jejak air mata yang ada di pucuk matanya dan tersenyum seperti biasa menyambut putra kecilnya.

"Sini sini kesayangannya ayah jangan nangis sayang nanti gantengnya hilang lo," Mark langsung berdiri dan menerima tubuh kecil itu lalu menimangnya penuh cinta.

"Sepertinya dia ikut sedih karena mamanya ninggalin Chenle, Bang," lirih Jeno mengelus pelan punggung Mark.

"Chenle nangis karena mama ninggalin lele ya sayang, jangan nangis nak masih ada ayah sama oom disini," Mark mencium pelan rambut putra kecilnya itu yang meringkuk di dadanya.

"Sialan kau Haechan, sepertinya aku bersyukur karena aku mencampakkanmu dulu," gumam Jeno sambil menggenggam tangannya sendiri kuat kuat menatap iba hubungan ayah dan anak yang ada didepannya sekarang.

- Back to You -

Tak ada lagi kekhawatiran selain memikirkan putra kecilnya yang akan hidup tanpa mengenal seorang ibu. Bahkan Mark sudah tidak peduli dengan dirinya sendiri.

Gagal, Mark gagal membujuk Haechan untuk tetap tinggal dan merawat putra mereka bersama sama.

Pria berkulit putih itu terus melamun berjalan melalui trotoar seorang diri. Ia suka suasana kota pada sore hari itu, suara kendaraan yang berisik dan manusia manusia yang sibuk dengan kesibukannya sendiri membuatnya diabaikan.

Dia jadi bebas mau mengeluarkan ekspresi apapun disana. Hatinya gundah sudah tak mampu lagi rasanya untuk memancarkan senyumannya.

Di tengah lamunan itu kakinya melangkah kearah zebra cross yang ia rasa sepi. Ia tak melihat lampu rambu lalu lintas yang masih hijau. Sorot cahaya pun Mark abaikan hingga tak sadar sebuah truck menabraknya dengan kecepatan maksimal. Itu membuatnya terbanting dan terseret diatas aspal. Tubuhnya terasa nyeri namun rasa sakit lebih mendominasinya. Kepalanya terbentur sangat keras dengan benda keras itu membuat tubuhnya terbanting terlentang.

Ia meringis hebat lalu terkekeh menertawai dirinya yang sangat menyedihkan. Darah segar mengalir mengotori sebagian pakaiannya. Dengan posisi terlentang itu membuatnya tau itu adalah darah dari bagian kepalanya. Ia tak peduli lagi dengan bau anyir yang berasal dari tubuhnya sendiri. Ia sudah sangat pasrah.

"Mark, gue ngelakuin karena terpaksa jangan salah paham."

"haha seorang Mark tidak bisa memasak rupanya, apa Mama lo ga pernah ngajarin cara membuat ramyeon?"

"Tolong jaga Haechan ya bang, sifat dia memang bakalan bikin lo emosi, tapi kebaikan hatinya bisa buat lo jatuh cinta"

"Kamu laki-laki yang tangguh Mark, bentuk keluarga kecilmu dan jadilah kepala keluarga yang baik"

"Tapi punya anak buat gue takut"

"Gak, gue gamau"

"Kamu Mama jodohkan Mark, dia anak yang manis walau agak merepotkan"

"Gue takut mati Mark! kalo sampai kita punya anak kita cerai"

"Anak itu pengganggu buat gue, termasuk anak gue sendiri"

Air matanya menetes penuh kesedihan, dadanya sangat sakit. Saat itu juga terputar penggalan memori yang telah ia lewati.

Bahagia, pernikahan mereka berdua sangat bahagia walau awalnya hanya sebuah tipuan. Kebahagiaan itu hanya hal yang semu ketika keduanya mendengar kabar kedatangan putra mereka.

"Apa yang harus gue lakukan, Haechan," kepalanya sangat pusing, kedua matanya sepertinya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Bahkan telinganya tak dapat mendengar teriakan orang orang yang berkumpul mengelilinginya. Hitam, hanya hitam yang bisa ia lihat.

Dan sepertinya tuhan lebih menyayanginya

Mark Jung dinyatakan tewas saat itu juga

Di dalam hatinya hanya ada nama Haechan, mantan istrinya sampai akhir.

Back to You [Markhyuck]Where stories live. Discover now