"Heat mu sudah selesai, Jaemin?"

"Ya."

"Sudah dari kemarin, Haechan."

Haechan menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Jaemin yang tadinya hanya berdiri memperhatikan kini mulai mendekat dan bergabung bersama Renjun untuk duduk di ranjang Haechan.

"Haechan, apa yang kau lakukan bersama alpha Mark?"

Kening Haechan mengkerut mendengar pertanyaan itu. Apa yang ia lakukan? Ya jelas saja tidak ada.

"Hentikan pemikiran konyol kalian. Kami tidak melakukan apapun."

"Kau masih belum sadar ya, Haechan?"

"Sadar apa? Kalian membuatku pusing."

Haechan merebahkan tubuhnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, sedangkan kedua temannya justru saling bertatapan dengan penuh arti.

"Ngomong-ngomong, Renjun. Bagaimana denganmu? Apa kau bisa melakukannya?"

"Tidak. Pelatihan itu ditunda setelah kejadianmu, Haechan. Akan dilakukan lain waktu."

"Tapi kenapa?"

"Aku juga tidak tahu."

"Sudahlah. Haechan kau bisa istirahat, akan kami bangunan saat sudah waktunya makan."

Jaemin menghentikan perbincangan antara Haechan dan Renjun. Ia bahkan menarik tangan Renjun untuk kembali ke ranjangnya sendiri.

Haechan juga ingin melanjutkan tidurnya, ia sedikit mengantuk.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suasana ruang makan terdengar ramai. Tempat itu memang tidak mungkin tidak ramai.

Saat melangkahkan kakinya ke tempat itu Haechan sudah sadar jika dirinya menjadi pusat perhatian. Meski sudah lebih baik wajahnya sebetulnya tidak benar-benar baik. Masih ada beberapa lebam yang belum sepenuhnya hilang.

Astaga, seberapa gila pertarungannya dengan Yuta saat itu.

Mark ada di sana, ia duduk di tempat khusus yang memang dikhususkan untuk para pimpinan pack. Tapi tidak seperti biasa, kini Mark hanya memperhatikan tanpa menariknya untuk duduk di sana.

Ya mungkin Mark sudah sadar. Lagipula ia tidak akan mau, ada Yuta juga di sana. Wajahnya ternyata jauh lebih parah dari Haechan, ia sampai meringis melihatnya. Seberapa parah Mark mengajar Beta tersebut.

"Haechan!"

Namanya dipanggil, ada Jeno bersama teman-temannya yang melambaikan tangan. Tanpa menunggu waktu lama Haechan menghampiri, tidak lupa mengajar Jaemin dan juga Renjun.

"Kau sudah merasa lebih baik?"

"Iya, seperti yang kau lihat."

"Syukurlah."

Tangan Jeno mengelus kepala Haechan. Elusan itu terasa seperti elusan seorang kakak kepada adiknya, namun sepertinya ada yang tidak suka. Bisa ia rasakan ada tatapan yang menyeramkan.

"Jaemin, aku takut tatapanmu itu akan membelah ku menjadi tujuh. Tenanglah."

Jaemin tidak menanggapi, ia lebih memilih mengambil makanan dan mulai memakannya, begitupun dengan yang lain.

"Wajah Yuta Hyung sudah lebih baik."

"Hah?"

Haechan heran mendengar perkataan Jeno, lebih baik apanya? Itu sangat buruk.

"Kemarin wajahnya lebih buruk dari itu, Chan. Penyembuhannya terbilang cepat."

Oh ya ampun, Haechan jadi takut membayangkan seberapa besar kekuatan Mark. Sepertinya ia tidak akan lagi membuat masalah dengan alpha itu.























***

Apa kabar?? Aku kangen kaliann. (Maaf yaa)

Yang mau menyampaikan unek-unek aku kasih kesempatan kalian di siniii.

Support me on trakteer link on my bio (gak harus ya guyss, jangan khawatir. Tapi kalau udah 5k aku update lagi hehehehe <3)

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: May 03 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

LUNAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz