"Gapapa kok bi, kalo Geo laper Geo tinggal ke dapur aja" Geo menolak sembari mematikan ponselnya.

"Aden ya Allah ... itu lukanya--" ujar Bi Rani melihat pelipis Geo yang walau sudah terobati namun tetap saja membuat hatinya mencelos.

Dirinya bekerja di sini bukan hanya satu atau dua tahun, bahkan sejak Daniel masih duduk di bangku SMP kelas tiga. Sampai sekarang dimana Daniel sudah mempunyai seorang putra, dan dirinya ikut andil dalam membesarkan putranya.

Dirinya sudah menganggap Geo, sebagai mana putranya sendiri, dirinya yang pertama kali mendengar Geo berbicara sepatah dua patah kata untuk yang pertama kalinya.

Dirinya yang pertama kali melihat langkah kecil pertama dari Geo, dirinya yang pertama kali di berikan senyum manis Geo yang dulunya hanya ada gusi pink yang terlihat sangat manis.

Dirinya juga yang paling tau ada berapa banyak luka di fisik Geo, yang selalu laki-laki itu balut rapat-rapat dengan senyuman yang mengelabuhi orang-orang di luar sana. Menganggap jika Geo itu baik-baik saja dan hidup laki-laki itu berjalan dengan mulus, tampa ada satupun kerikil kecil.

Dan sekarang Geo sudah beranjak dewasa, namun semuanya tetap tidak pernah berubah, ia tetap Geo yang Bi Rani kenal.

"Geo gapapa bi, ini udah di obatin kok" ujar Geo sembari memamerkan senyumnya. Bi Rani memegang pundak Geo dan mengelusnya pelan "Bibi percaya sama den Geo, den istirahat aja jangan tidur kemaleman ya? Atau den, mau makan dulu?"

"Geo engga laper bi. Oh iya, Geo tadi bawa makanan bibi makan ya? Sayang kalo enggak kemakan semua sama Geo. Bibi ambil aja mau yang mana" ujar Geo menunjuk keresek-keresek tadi yang tersimpan di atas meja.

"Gapapa kok, den makan aja semua dari pagi den Geo belum makan" tolak Bi Rani, mengingat Geo sedari pagi belum terlihat menyentuh masakannya sama sekali.

"Geo tadi udah makan di rumah Shaka bi, itu enggak bakal kemakan sama Geo semua. Bibi ambil sebagian, ada martabak kesukaan bibi juga loh" ujar Geo yang membuat Bi Rani, tersenyum senang.

"Serius den? Ada martabak coklat, kesukaan bibi?"  dan Geo membalasnya dengan menganggukkan kepalanya. Yang awalnya tidak mau pun kini Bi Rani mengambil makanan yang di tawarkan oleh Geo.

"Bibi bawanya segini aja ya den, den Geo jangan tidur kemaleman okey? Besok pagi, bibi kesini lagi" ujar Bi Rani mengelus puncak kepala Geo.

"Iya bibi juga jangan tidur kemaleman" ujar Geo yang di balas senyuman hangat oleh Bi Rani. Kemudian Bi Rani pergi keluar dari kamar Geo.

~o0o~

Dengan keadaan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya, Azyel bangkit dari kasur sambil mengucek-ngucek matanya sesekali juga ia menguap lebar.

Semalam dirinya tidak bisa benar-benar tertidur dengan pulas, bahkan makanan-makanan yang kemarin malam Geo belikan hanya ia makan sebagian.

Azyel kini memang tinggal bersama paman dan bibinya. Orang tuanya meninggalkannya saat ia masih duduk di bangku SD kelas tiga.

Dengan perlahan-lahan kepalanya menoleh pada jam ding-ding di kamarnya. Di saat yang bersamaan juga matanya melotot sempurna, hari ini adalah hari pertama ia sekolah di sekolah barunya. Namun lihatlah sekarang dirinya malah terlambat bangun.

VAROZYELWhere stories live. Discover now