Extra chapter-- little story of them

Start from the beginning
                                    

Berbeda dengan Chika yang terkadang mengatakan hanya ingin ditemani makan malam, tapi saat melihat baju ataupun tas yang menarik perhatian nya, maka gadis itu akan tenggelam dalam dunianya sendiri. Mampir dari satu toko ke toko lainnya.

Mereka berbeda.

Jelas. Lalu kenapa Ziel selalu saja membandingkan keduanya jika sedang seperti ini?

Saat bersama Chika, dia akan terus membandingkan tingkah dan perlakuan gadis itu dengan Jemma. Dan saat sedang bersama Jemma pun, Ziel tanpa sadar akan membandingkan Jemma yang penurut dan pendiam dengan Chika yang cerewet dan menuntut.

"Woi kunyuk!"

Ziel berjengit kaget saat merasakan tepukan kencang di pundaknya. Saat berbalik, dia menemukan Haru dan Gio yang memandangnya heran.

"Lah, katanya si Jemma sakit?" Gio bersuara lebih dulu, "ngapa lo ajak jalan-jalan, pinter?"

Ziel berdehem, "lo berdua ngapain disini?" Ziel berusaha mengalihkan topik.

Haru mengangkat tiga paper bag di tangan kirinya, "boy's time."

Yap, selain bermain bersama, makan bersama, boy's time ala ketiganya juga ada adegan belanja bersama.

Gio mengangguk membenarkan, dia juga mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan paper bag. "Eh, lo belum jawab pertanya—"

"El, bagusan silver atau gold?"

Chika datang disaat yang tidak tepat dengan heels ber-hak runcing dikedua tangannya. Ziel bisa melihat Gio yang menatapnya dengan mulut terbuka dan Haru yang mengerutkan alisnya.

"Lah, kok?"

"Eh, ada kalian juga," Chika malah berseru girang tanpa sadar dengan perubahan ekspresi ketiga laki-laki itu. "Jalan-jalan juga? Kalo tau kalian bakal jalan-jalan, gue sama El bisa join dari tadi."

"Lo gak diajak sama mereka, ya, makanya milih pergi sama gue?" Chika menyenggol lengan Ziel yang masih terdiam. Tangannya bergerak mencubit kecil pipi laki-laki itu, "ututu kaciaaan."

"EKHEM!"

Haru berdehem dengan keras. Gio yang sudah paham alur cerita pun menutup mulutnya dengan kepala yang menggeleng pelan.

"Yo, resto, yuk? Gue laper. Saking laper nya jadi pengen makan orang." Haru berkata dengan ketus. Dia sama sekali tak menghiraukan keberadaan Chika. Haru mendorong bahu Gio keluar dari toko itu, ia tak jadi membeli. Tadinya Haru ingin membeli heels untuk kado ulang tahun Maminya-- Eliza. Tapi sekarang dia sudah tidak mood.

"Ternyata beneran pinter, ya, Ru?" Kata Gio dengan nada mengejek.

"Gue baru tau rumah Jemma ternyata pindah ke mall. Kapan-kapan kita main ya. Itung-itung syukuran rumah baru." Katanya lagi dengan posisi yang masih di dorong oleh Haru. Alisnya berkerut tak suka. Dia mengambil handphone dan mendial satu nomor, saat bicara, Gio sengaja mengeraskan suaranya. "Zay, si Jemma dari kapan pindah ke mall?"

Kedua teman Ziel itu keluar dari toko tanpa repot pamit ataupun sekedar berbalik lagi.

Chika yang merasa diabaikan pun merengut, "kok mereka gak nyapa gue, sih, El?!"

1000% GENGSIWhere stories live. Discover now