bab 4

523 99 16
                                    

Selamat siang. Yang nungguin Si Gemes dan yang udah nagih. Sabar sebentar ya. Otak Nana lagi kecampur ini soalnya. Hahahaha. Setelah pekerjaan selesai. Nana akan up lagi setiap hari. Untuk sekarang sabar dulu yah .....

 Untuk sekarang sabar dulu yah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kana dengan celemek kecil melilit di pinggangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kana dengan celemek kecil melilit di pinggangnya. Hanya pakaian itu yang tersisa, selebihnya dia hanya telanjang.

Atta duduk menunggu kekasihnya meracik sesuatu untuk di makan. Perutnya sudah lapar tapi Kana masih sibuk mengolah bahan-bahan.

"Apa kau perlu bantuan?" tanya Atta bangkit. Memeluk kekasihnya dari belakang.

"Phi, biarkan aku hari ini melayani. Mumpung Ibu tidak di rumah. Dapurnya bisa aku kuasa. Lagian memasak bukan keahlianmu. Cukup membuat roti yang enak dan menyeduh kopi saja. Yang lain kau tak becus, Phi."

"Apa hal itu bukan kategori dalam memasak?"

"Eh iya juga?" Kana bingung. "Phi, biarkan aku melayani, ya. Aku sangat ingin menjadi istri yang baik. Kau selalu mengerjakan semuanya untukku."

Atta tersenyum, dia menarik pinggang Kana. "Untukmu aku akan melakukan segalanya. Termasuk memuaskan di ranjang, istriku."

"Kalau hal itu aku tak keberatan sama sekali, suamiku." Kana malah mengangkat kakinya ketika Atta merayap bebas diantara pahanya.

"Aku tidak sabar membawamu pada pendeta agar khayalan kita sebagai pasangan suami-isteri terwujud."

"Tunggu aku lulus dan menjadi seorang, Dokter, Phi. Lagian itu hanya sebuah pernikahan. Selebihnya kau sudah memilikiku. Termasuk ini." Kana mendorong panggulnya ke belakang sambil ia putar-putar.

"Sepertinya aku akan sangat merindukanmu, nanti." Atta mengambil kecupan manisnya.

"Memangnya aku akan pergi jauh, aku hanya berkuliah, Phi. Kau bisa datang kapan saja."

Atta membalik tubuh Kana. Ia angkat sehingga Kana duduk di meja interior dapur, membelai wajah kekasihnya, tiba-tiba rautnya sedih. "Bukan kau saja yang akan sibuk, sepertinya Phi juga sama."

"Apa karena toko roti?" Kana bertanya tentang bisnis pacarnya.

Atta menggeleng. Dia semakin menunjukkan wajah sedihnya.

KilledWhere stories live. Discover now