Bagian 4: Rumah Hijau (2)

1 0 0
                                    


Waktu terus berlalu. Abah Karman masih belum tampak juga. Geng KKN itu kini memilih menunggu seraya beristirahat di pekarangan rumah bercat serbahijau itu. Ranti sibuk melamun sambil bersender ke tempok bercat hijau itu. Salma sibuk memainkan ponselnya. Arlanda dan Alfa tampak berusaha memejamkan mata, mengistirahatkan diri. Adapun Jack tampak memetik lembut senar gitar kesayangannya sambil bersenandung.

Seberapa pantaskah

Kau untuk kutunggu

Cukuplah diriku untuk selalu kaunantikan ...

Ranti menengok ke arah Jack. Mulutnya terasa gatal jika tidak menggoda Jack, "Jadul banget referensi musik lo ...."

"Jadul begini juga legend ... lagunya masih didengerin banyak orang sampe sekarang ... termasuk sama gue juga banyak orang di luar sana ...."

"Tetep aja jadul ...!"

"Ah ... lo ngerusak kesenangan orang aja. Biar jadul tetep unggul. Udah ... dengerin aja gue nyanyi," ujar Jack.

"Lagak lo ... sok superstar ...," komentar Ranti lagi.

"Suka, syukur ... nggak suka, minggir!" seru Jack sambil mengibaskan tangannya ke arah Ranti. Dia kemudian kembali menyanyikan lagu milik Sheila on 7 itu.

Bibi pemilik warung sedang membersihkan warungnya. Dari arah belakang warung muncul seseorang dengan perawakan tinggi besar. Rambutnya putih keperak-perakan. Pakaiannya serba hitam, lengkap dengan peci berwarna senada.

"Eh, ka mana saja Abah teh? Ada tamu nungguin Abah dari tadi," ujar Bibi pemilik warung begitu melihat sosok itu.

Lelaki yang dipanggil Abah itu tertegun sesaat ketika melihat sekelompok anak muda disertai seorang lelaki separuh baya dan Pak Camat di teras rumahnya.

"Abah baru pulang ti Poponcol. Aya nu menta diurut di Kampung Dolar. Aya tamu? Saha, Bi?" tanya Abah kepada Bibi.

"Katanya mah ti Jakarta, mahasiswa KKN. Bareng Pak Camat ke sininya oge. Kasihan, Bah, kelamaan nunggu."

"Oh, kitu .... Abah ka ditu heula atuh, nya...," pamit Abah.

"Mangga, Bah."

Lelaki tua itu berjalan menuju rumahnya. Pak Camat yang kemudian melihat Abah Karman berjalan ke arah rumahnya langsung berdiri.

"Itu Abah ...."

Arlanda dan Alfa langsung bangun seraya mengucek matanya yang masih merasakan kantuk. Ranti dan Salma turut berdiri. Jack langsung menyandarkan gitar kesayangannya di tembok.

Sosok berpakaian kampret hitam itu mendatangi Pak Camat, Ayah Salma, dan para mahasiswa dengan langkah cepat.

"Kayak dukun yang biasa gue tonton di film-film horor," bisik Ranti kepada Salma. Perkataan itu direspons Salma dengan pelototan. Ranti menutup mulutnya sambil tertawa kecil.

"Wilujeng siang, Bah!" ujar Pak Camat.

Abah Karman mengangguk pelan sembari tersenyum.

"Punten, sebelumnya tidak ngasih tahu dulu. Ini ada adik-adik mahasiswa dari Jakarta mau KKN kayak yang dulu tea. Biasalah ... mau ikut numpang sebulan saja. Bagaimana, Bah?" Pak Camat meminta persetujuan Abah.

"Atuh meni nggak ngasih kabar dulu. Abah, kan, belum siap-siap ...," ujar Abah berbasa-basi.

"Punten kalau begitu. Saya sudah beberapa kali ke rumah Abah dari minggu kemarin. Tapi, Abahnya selalu nggak ada di rumah."

Pak Camat kemudian memperkenalkan Alfa dan kawan-kawan ke Abah Karman. "Adik-Adik, ini Abah Karman. Orang yang punya rumah ini."

Pak Camat kemudian berkata kepada Abah, "Bah, adik-adik berlima ini yang akan KKN di sini."

"Kalau ini orang tua salah satu dari mahasiswa," ujar Pak Camat lagi sambil mengenalkan Ayah Salma.

Alfa, Arlanda, Jack, Ranti, dan Salma tersenyum ramah kepada Abah. Mereka memperkenalkan diri dan menyalami Abah satu per satu.

"Saya Effendi, orang tua Salma. Saya titip anak saya, ya, Bah," kata Ayah Salma.

"Mangga ... mangga ...," jawab Abah.

"Kalau begitu, kalian beres-beres barang bawaan kalian dulu. Maaf sebelumnya ... Abah belum sempat membereskan rumah. Rumahnya juga kecil, maklumlah rumah orang kampung," ujar Abah.

"Terima kasih sudah mau memberikan tempat untuk kami," Jack berbasa-basi, "Kami mau ambil barang dulu, Bah. Permisi."

Alfa, Arlanda, Jack, Ranti, dan Salma segera menuju mobil membawa tas dan perlengkapan lain untuk tinggal di sana selama sebulan. Jack tampak kesusahan mengeluarkan dua travel bag besar miliknya. Di sisi lain mobil, Alfa sedang mengangkat sebuah carrier.

"Lo niat KKN nggak, sih? Masa bawa barang cuma seuprit. Emangnya mau naik gunung?" Jack terheran-heran melihat barang bawaan Alfa.

"Daripada lo, Jack, emangnya mau pindahan?" ledek Alfa.

"Komen mulu ...," gerutu Jack

"Ngaca!"

Jack kemudian berlalu dengan muka masam. Tiba-tiba saja ... langkah Jack terhenti. Alfa yang melihat Jack mematung langsung menghampiri.

"Kenapa?" tanya Alfa.

Jack tak menjawab. Dia hanya menunjukkan hal yang dilihatnya. Alfa turut mematung sejenak lalu mengajak Jack segera masuk ke dalam rumah Abah Karman.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hantu AmbulanceuWhere stories live. Discover now