🌻 Lima 🌻

Mulai dari awal
                                    

"Ini perbincangan serius, memang. Satu rules dariku, jangan mempersulit obrolan hanya karena Kakak merasa kikuk."

"Tidak masalah. Aku minta Yua menghidangkan ini semua untuk disantap."

"Mau aku yang suapkan?! Dari tadi mukamu ketat sekali. Minum tidak, makan juga tidak. Kalau malu tinggal bilang, Kak. Aku bisa kok memaafkan segala perilaku jelek Kakak. Kabur-kaburan dari masalah jelas merupakan tingkah pecundang. Katanya lebih dewasa, kenapa mindset-nya kerdil?" Sepasang alis turut naik berbarengan sudut-sudut bibirnya menyeringai lebar, Naero seakan meremehkan wanita yang belasan tahun perbedaan usianya dengan dia.

"Harusnya kau tidak ke sini. Kuliahmu bagaimana?

"Kuliahku aman, tugas-tugasku tetap jalan dan Kakak juga akan selalu tahu indeks prestasiku persemesternya. Iya 'kan? Bisa tidak kita langsung ke intinya?"

Serta merta Hinata tertawa ringan, mengalihkan pandangnya ke hamparan bunga-bunga mekar di depan mereka. "Aku kira kau bakal mengubah tuturmu padaku ... tiba-tiba teringat malam di mana kenakalanku berada diambang batas. Naero--" Perhatian Hinata kembali pada sosok pria muda si sampingnya, "Andai kau tidak melakukan perbuatan itu, kita pasti masih bisa menghirup udara juga bercengkerama di tempat yang sama. Segalanya berubah, mungkin tidak bakal kembali lagi."

Naero Kazemaki tersenyum, angkuh persis yang sering dia lakonkan. "Kupikir dapat apresiasi. Aku kasih servis buat Kakak bukan karena iseng, tidak menyebutkan predikat tutur, aku bantu mandi, ganti pakaian, aku masak sarapan, aku inginnya Kakak tetap memikirkan aku setelah kita melakukan seks. Dalam pikiran Kakak aku ini pasti dianggap brengsek dan serampangan. Percaya atau tidak, seks kita tempo hari pengalaman terbaru buat aku. Sebelumnya sebatas petting, oral seks, berciuman, dan benaran tidak memberi kebebasan ke siapapun lawan main aku. Aku jaga diri Kak di samping aku terus berusaha tetap waras gara-gara penolakan Kakak. Kakak kira enak menahan nafsu, sementara Kakak pagi siang malam, hari-harinya nongol di hadapan aku. Kadang pakai baju tipis lagi, untung dua paman mesum itu tidak di rumah pas Kakak coba goda-goda aku."  Detik sekian Hinata praktis memerah telak, dia tak akan mampu beradu argumen dengan pria muda yang licik dan cerdik seperti si Kazemaki ini.

"Aku tidak pernah berniat menggodamu!"

"Cape basa-basi. Tadinya mau romantis, melihat reaksi Kakak kayak patung aku pilih mode tegas. Ini cincin aku beli dari hasil keringat aku sendiri, bukan jajan bulanan. Aku kerja sebagai DJ, kakak sudah tahu. Dan sejujurnya aku juga sudah setengah tahun ini jadi model freelance, tampil di sembilan acara fashion show. Sesekali bantu teman di projek desain grafis. Uangnya lumayan, kalau dikumpul-kumpul itu sama besar jumlahnya dengan gaji aku sebulan semisal kerja di kantor Papa. Aku cicil apartemen Kak untuk kita tinggal berdua, biar bebas mau apa-apa sama Kakak. Daripada diintip, diikuti dua perjaka tua di rumah. Bisa-bisa aku yang stroke duluan dari mereka."

"Kapan sih kau tidak berbuat sesuka hati, Naero?!"

"Kapan juga Kak aku segini usahanya ke orang lain? Cuma Kakak satu-satunya. Berhenti hipokrit, Kak. Aku paham Kakak sayang dan mencintai Naero Kazemaki. Kakak cemburu dan kesal kalau teman-teman sekolah aku yang perempuan datang ke rumah, langsung badmood diajak bicara. Makanya sejak kuliah, aku tidak pernah bawa lagi. Paling yang mampir Shikamaru, Eren, Yuji, Gaara, aku jaga perasaan Kakak--aku tanya sekali lagi, Hinata. Hargai cara aku melamar, jangan dipotong please! Terima atau tidak aku tetap menikahi Kakak dan kita tinggal bersama di apartemen yang aku beli. Kalau suatu hari Kakak mulai jemu soal sikap dan sifatku, Kakak boleh pergi dan aku janji tidak bakal memaksa. Setidaknya aku diizinkan menemani bayi itu sampai lahir."

"Jadi, kau pergi setelah dia lahir?!" Muka panik Hinata diam-diam menyebabkan Naero terkekeh geli dalam batinnya. Artinya dia berhasil memanas-manasi perempuan ini.

"Jika Kakak memohon, aku siap menyerahkan apapun, termasuk melepas perasaan aku."

"Jangan coba-coba! Aku terikat kontrak seumur hidup dengan keluarga Kazemaki dan tidak ada yang bisa mengubahnya sekalipun keturunan Kazemaki. Pernyataan itu tertulis jelas di atas kertas dengan stempel resmi, materai, tanda tangan ibu Kushina juga Tuan Kazemaki. Kau tidak berhak menyingkirkanku."

Sejurus singkat Naero tergelak hambar, dia betul-betul serius menguji emosional wanita yang dicintainya itu. "Pengakuanku hanya angin lalu, ya. Terserahlah, lusa kita pergi ke rumah. Mereka berdua perlu diberitahu. Berikutnya persiapan pernikahan, yang terutama berkas untuk dikirim ke kantor catatan sipil. Belajarlah untuk mendengarku sebagai pasanganmu, aku bukan anak TK yang gemar merengek menangis demi sebuah keinginan. Aku lebih dari mampu mendapatkan semua yang kumau, Hinata."

"Kau menyebalkan, pembangkang!"

"Calon suamimu, biasakan itu!"

FIN ...

Foster child (Commission) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang