3 | Reminisensi Lengkara

Začít od začátku
                                    

Efek tidak menyentuh benda elektronik pribadi selama kurang lebih 9 bulan, membuatku penasaran dengan ponselku sendiri. Dilihat dari penampilannya yang tidak mulus karena banyak goresan, layar bagian atas yang retak hingga menciptakan noktah hitam berbentuk bulat tak beraturan, dan screen guard yang mengelupas, membuatku berpikir bahwa ponselku tidak lagi bisa digunakan. Jangankan digunakan, dinyalakan saja sepertinya ponselku tidak sanggup.

Namun, sebagai pemilik jiwa antusias dan penasaran begitu tinggi akan suatu hal, membuat jari telunjukku iseng dan tergerak menekan tombol power selama beberapa detik. Percobaan pertama gagal, begitu juga dengan percobaan kedua. Akan tetapi, di percobaan ketiga, tiba-tiba saja layar gelap tersebut mulai bercahaya. Walaupun terlihat redup, setidaknya, aku bisa melihat adanya tanda-tanda kehidupan pada ponselku ini.

Hal pertama yang aku lihat setelah layar berwarna putih adalah wallpaper ponselku sendiri. Terekam sebuah gambar potret grup yang terdiri dari 9 orang laki-laki-termasuk aku salah satunya-dan pemandangan Gunung Bromo di belakang kami. Jika diingat-ingat, foto ini di potret ketika aku dan 8 teman sejawatku mengajukan diri untuk menjadi relawan bencana alam banjir dan tanah longsor di sebuah desa yang letaknya tidak jauh dari Gunung Bromo pada pertengahan tahun 2023. Melihat senyum kami yang merekah dalam foto, membuatku rindu dan penasaran akan kabar mereka. Apakah mereka masih tinggal di Malang untuk menyelesaikan tugas akhir atau malah sudah ada yang lulus? Mengingat waktu yang kulalui tanpa mereka adalah 9 bulan, pasti ada banyak hal yang telah terjadi tanpa sepengetahuanku.

Aku membuka group chat pada aplikasi WhatsApp, tapi tidak menemukan adanya balon percakapan di sana. Perasaan sedih menyelimutiku, tapi berusaha berpikir positif dengan beranggapan bahwa ponselku yang tidak aktif lama ini adalah penyebab balon percakapan tidak bisa terbaca. Jemari tanganku lantas bergerak lincah di atas tuts-tuts alfabet, meninggalkan pesan satu kata di dalam grup.

👥️
Group chat
[9 Serangkai]

[Marvel]
Tes.

Aku memandangi layar ponselku dengan saksama, berharap bahwa pesanku akan dibaca dan mendapatkan respons terkejut karena aku sudah kembali. Namun, sekon demi sekon berlalu, pesan yang aku kirimkan itu sama sekali tidak ada yang menggubrisnya. Jangankan ada respons, ketika info dicek, pesanku rupanya tidak tersampaikan.

"Ah, sepertinya sim card-ku hangus, makanya pesanku nggak terkirim," pikirku sederhana.

Tiba-tiba saja aku teringat berita yang aku tonton di Youtube beberapa hari lalu. Di siaran berita tersebut dijelaskan bahwa ketika kejadiaan naas yang terjadi padaku tahun lalu, ada sebuah rekaman yang tertinggal di ponselku sebelum detik-detik kecelakaan itu terjadi.

Tidak membutuhkan waktu lama untukku menemukan aplikasi perekam suara di ponsel. Begitu aplikasi tersebut dibuka, apa yang dikatakan dalam berita memang benar. Ada sebuah rekaman suara berdurasi tiga menit dua puluh satu detik, sehari sebelum pergantian tahun. Langsung saja kusumpalkan headset di sepasang lubang telingaku lalu menekan tombol play. Anehnya, meskipun aku berkali-kali menekan tombol play, rekaman suara itu tidak bisa diputar sama sekali.

"Aneh ... mengapa nggak bisa-"

Saat tungkaiku melangkah ke depan satu langkah, tiba-tiba saja durasi dari rekaman suara itu berkurang satu angka dari yang tadinya menunjuk detik dua puluh satu, kini berubah menjadi detik dua puluh. Aku terdiam di tempat, berusaha mendengarkan rekaman suara tersebut. Namun, tetap saja tidak ada suara. Dahiku mengernyit ketika mendapati rekaman suara itu masih menunjukkan detik dua puluh. Harusnya, rekaman itu terus berjalan mundur seiring berlalunya waktu, bukannya berhenti dengan sendirinya padahal tanganku tidak menekan tombol pause atau bahkan stop.

"Apa mungkin ..., " ucapku tertahan lalu mengambil satu langkah maju ke depan. Aku pun tersenyum senang ketika apa yang kupikirkan, ternyata benar adanya. "Detiknya kembali bergerak mundur ketika aku melangkah maju."

Alhasil, kedua tungkaiku terus melangkah maju agar rekaman suara bisa didengarkan. Namun, aku tidak menyadari bahwa setiap langkah maju yang kuambil untuk mendengarkan rekaman suara sampai habis, ternyata adalah sekon demi sekon yang akan mempertemukanku dengan petaka yang mengancam nyawa.

 Namun, aku tidak menyadari bahwa setiap langkah maju yang kuambil untuk mendengarkan rekaman suara sampai habis, ternyata adalah sekon demi sekon yang akan mempertemukanku dengan petaka yang mengancam nyawa

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

PLAY 3.21
3.20
3.19
...

19

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
Punca Anomali  |  ZEROBASEONE ✔️Kde žijí příběhy. Začni objevovat