Sewindu

102 11 1
                                    

---

Sudah sewindu kita berpisah, nyatanya aku masih tak bisa melupakanmu...

---


24 Desember 2016

Aku masih ingat. Malam natal tahun itu, aku yang sedang asyik bersenda gurau dengan teman-temanku, termasuk gadis club di rangkulan tangan kanan dan kiri, dikejutkan oleh kedatangan Yoona dengan raut wajah yang keruh.

"Tamat riwayatmu, Lee Donghae! Berani bertaruh, dia akan memohon-mohon ke Yoona agar memaafkannya dan berjanji tidak mengulangi lagi!"

"Halah! Besoknya juga dia kembali ke sini lagi. Tentu dengan gadis yang berbeda dan berakhir di kamar atas. HAHAHA!"

Mendengar celotehan teman-temanku, wajah Yoona semakin tidak karuan. Kutarik lengannya untuk pergi dari sana. Tujuanku adalah lorong gang samping club yang kudatangi malam ini. Dengan pencahayaan dari lampu-lampu kerlap-kerlip khas natal, kami berdiri berhadapan.

Diam. Tidak ada yang berbicara setelahnya. Jujur, aku kesal karena dia tiba-tiba datang mengganggu kesenanganku. Oh, ayolah. Bukankah pria seumuranku wajar jika pergi club dan bermain wanita?

Yoona selalu melarangku pergi ke club, dengan alasan lingkungannya tidak baik untukku. Aku pernah menurutinya, namun aku tak bisa menahan rasa kesal karena terus diledek teman-teman. Katanya, aku cupu, takut dengan wanita, dan sebagainya. Egoku terkoyak rasanya.

"Kau tidak ingin memberikan pembelaanmu, Lee Donghae?" tanya Yoona setelah sekian lama hening menguasai kami berdua.

"Kau sendiri sudah melihatnya. Jika aku memberikan pembelaan, apakah kau percaya? Tidak kan?"

Aku melihat dwinetranya mulai berkaca-kaca. "Kau sama sekali tidak mengakui kesalahanmu?"

"Aku salah apa? Wajar jika pria seumuranku pergi ke club. Di club tentunya ada banyak wanita malam, pekerjaan mereka memang melayani tamu yang datang. Salah jika aku bersenang-senang dengan mereka?"

Yoona menatapku dengan sinar tak percaya. Kemudian, tawa sengau itu masuk di kedua runguku. Tawa yang terdengar menyedihkan, namun tidak berefek apa-apa kepadaku.

"Iya. Kau tidak salah. Aku yang salah terlalu mempercayai pria sepertimu. Kita akhiri saja semuanya, agar kau bisa bebas pergi ke manapun dan bermalam dengan wanita-wanita yang akan menghangatkan ranjangmu itu!"

Aku tidak mencegah Yoona pergi. Aku terima keputusannya untuk tidak terikat lagi dalam hubungan. Awalnya, tidak apa-apa. Aku masih menjalani rutinitasku seperti biasa.

Satu tahun. Satu tahun setelah berpisah, aku baru merasa hidupku hampa.

Tidak ada lagi Yoona yang merecokiku untuk bangun pagi, mengingatkan agar tidak terlambat masuk mata kuliah dosen killer di kampus, memintaku mengantarnya hunting makanan di sepanjang jalanan Myeongdong.

Tidak ada lagi senyumannya yang menyambutku kala bertemu, tidak ada lagi ciuman di pipi sebagai hadiah karena aku menuruti ucapannya.

Aku tetap hidup, namun perasaanku kosong. Yoona juga seolah hilang tertelan bumi sejak malam itu. Desas-desus yang terdengar di kampus, dia mengambil beasiswa double degree di Harvard.

Aku masih menjalani hidup seperti biasa meski hatiku terasa kosong. Hingga tidak terasa, sudah sewindu. Tepat delapan tahun, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi.

***

2 Januari 2024

Tahun baru kali ini, aku merayakannya di Seoul. Beberapa tahun sebelumnya, setiap natal dan tahun baru aku memang tidak pernah pulang. Memilih tetap tinggal di apartemenku yang berada di kawasan Westminster, London.

Sewindu [Oneshoot]Where stories live. Discover now