Prolog - Minji POV

50 6 0
                                    

Minji, si perempuan yang belum ditakdirkan punya pacar membuatnya harus mengurung diri di kamar pada hari Sabtu ini. Malam minggu baginya tidak berbeda dengan hari-hari yang lain.

"Kalau gue punya pacar, hari Sabtu gue bakal bosan enggak, ya? Gue punya pacar atau enggak juga enggak menjamin mood gue baik atau buruk, kan?"

Minji menelungkupkan kepalanya ke bantal empuk kamarnya. "Tapi gue juga mau punya pacar! Masa di antara gue, Hanni, sama Jihan, cuma gue yang enggak punya pacar?"

"Ini dunia sebenernya lagi main-main sama gue, kah? Masa enggak ada satu pun cowok yang nyantol selama delapan belas gue hidup?"

Perempuan dengan rambut panjang yang terurai itu memperbaiki posisinya. Tangannya mengambil handphone yang sedang dicas lalu membuka salah satu aplikasi sosial media miliknya. Jari telunjuknya terus menggilir layar sampai ia menemukan topik yang menarik.

"Sekalinya nemu juga nanya-nanya tentang ngedate! Ah, elahhhh! Lama-lama gue ngontrak aja di Mars!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sekalinya nemu juga nanya-nanya tentang ngedate! Ah, elahhhh! Lama-lama gue ngontrak aja di Mars!"

Perempuan suka mencari penyakit itu memang benar. Buktinya, meski bibirnya mengoceh, Minji tetap membaca komenan tentang tweet tersebut.

"Apa gue cobain, ya?"

Minji menekan tombol + untuk membuat sebuah post. Katakan dia FOMO, tapi dia penganut motto YOLO. Minji berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya. Gimana kalau misalkan enggak ada yang mau?

Mata Minji terpejam dan kedua tangannya saling bertautan.

"Semoga ada yang mau."

Akhirnya, jari telunjuknya menekan tombol 'tweet'.

Akhirnya, jari telunjuknya menekan tombol 'tweet'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Drrt!

Tanpa babibu dan banyak cincong, Minji melihat notifikasi bahwa ada yang membalas tweet-nya.

"Junhyeon?"

"Kalem! Gue ambil snack dulu! Wait!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalem! Gue ambil snack dulu! Wait!"

Jihan berlari menjauh dari handphone-nya setelah Minji mengangguk mengizinkan perempuan kelinci itu untuk mengambil makanan ringannya. Kebiasaan Jihan kalau lagi ada pembicaraan serius, mulutnya harus ngunyah sesuatu.

"Tumben banget lo ngajak vidcall jam segini." Hanni menguap setelah menyelesaikan kalimatnya.

Minji yakin kalau Hanni baru bangun. Bahkan ada kemungkinan ia terbangun karena nada dering yang masuk dari Minji.

"Penting, nih!"

"Gue cuci muka dulu, deh, kalau gitu."

Karena panggilan video itu tidak menampilkan kedua muka sahabatnya, Minji mengalihkan pandangannya. Sekitar jam sepuluh pagi di hari Sabtu itu kesalahan yang salah untuk melakukan panggilan video, padahal bisa saja Minji menonton drama yang belum selesai kemarin.

"Di rumah lo berdua enggak ada pacar-pacar lo, kan?"

Hanni dan Jihan menggeleng.

"Emangnya ada apa, sih?" Tanya Hanni.

"Lo berdua lihat tweet terakhir gue enggak?"

Dapat Minji lihat kalau Jihan menahan tawanya dengan tetap melanjutkan memakan kudapannya.

"Belum. Ada apa?"

"Si Minji, Han. Duh, gue juga capek lihat tingkahnya." Jihan menelan makanannya. "Jadi, dia itu kebelet mau ikutan tren nge-date sesuai urutan abjad. Karena dia enggak ada pacar, alhasil dia mau bikin itu tapi dalam rangka temenan."

"Terus?"

"Ya, semua teman laki-lakinya dia, lah, yang balas."

"Anjir, Min. Lo yang bener aja? Sengenes itu, kah?"

Minji menghembuskan nafasnya. "Gue juga mau nyobain tahu! Ada enggak, sih, temenan tapi nge-date?"

"Lo serius nanya kayak gitu?"

"Enggak ada, lah!"

"Haruskah gue hapus tweet-nya?"

Hanni dan Jihan kompak menggeleng. Namun dengan alasan berbeda.

"Lo enggak mau diketawain nanti? Eh, tapi dengan lo tweet begitu aja gue udah ketawa, sih," ucap Jihan.

"Gue, sih, simple. Kalau misalkan lo ternyata dapat pacar dari ngelakuin hal itu, gimana? Lo juga yang senang."

Ucapan Hanni ada benarnya juga. Minji enggak kepikiran sampai sana.

"Emang siapa aja yang bales tweet lo?" Tanya Hanni.

Minji mengangkat keenam jarinya. "Ada Yuma, Taesan, Haruto, Jeongwoo, Seunghwan, sama Junhyeon."

Hanni mengangguk-anggukkan kepalanya lalu bertopang dagu dengan tangan kanannya. "Terus lo mau sama siapa? Enam cowok tadi, tuh, emang ada apa-apa sama lo. Enaknya jadi lo."

"Bener. Tapi kalau gue jadi lo, gue langsung pilih satu nama tanpa perlu mikir." Jihan menambahi.

"Siapa?"

"YA JUNHYEON, LAH!" Jawab Jihan dan Hanni bersamaan.

Jika digambarkan dengan sebuah karakter kartun, menurut Minji kedua temannya ini sudah mirip dengan Ember dari film Elemental. Perempuan api yang seringkali dicap pemarah.

"Guys, calm down. Alasannya apa coba?"

"Pakai tanya. Jelasin, Han."

Hanni berdeham. "Minji, gue sama Jihan enggak capek buat bahas tentang Junhyeon. Kita lebih capeknya ngurusin kelemotan lo yang ngalahin keong. Lo tahu enggak, sih, dia suka sama lo?"

"Tapi kenapa harus Junhyeon?"

"Lo tahu enggak dia suka sama lo?" Teriak sekaligus tegas Jihan.

Minji menggeleng.

"Gyuvin aja bilang ke gue kalau dia emang suka sama lo, Min. Lo jangan denial gitu, dong! Lo harusnya bersyukur punya gue yang jadi pacarnya Gyuvin soalnya gue jadi tahu gimana kisah percintaan Junhyeon terhadap lo."

"Malah flexing lagi lo," ucap Minji datar.

"Kalau gue jabarin satu-satu alasannya, bakal panjang, Min. Sepanjang jalan kenangan, deh. Yang penting pilih Junhyeon."

"Setuju."

"Lo pada kayak milih presiden."

"POKOKNYA PILIH JUNHYEON! AWAS AJA NYAMPE GUE LIHAT LO NGEDATE-NYA BUKAN SAMA JUNHYEON!"

"LO GUE END!"

Sambungan video call yang Minji buat menyisakan dirinya di sana. Minji dapat melihat pantulan dirinya sendiri dalam layar handphonenya.

"Junhyeon, ya?"

FriendateWhere stories live. Discover now