4 : Sus Ira dan Kembang Api Pertama

38 10 8
                                    

◖⚆ᴥ⚆

"Bonan mampir dulu, Nak," teriak Ibu Mar dari sisi bangunan.

Anak laki-laki itu hampir menolak, karena dia masih harus mencuci baju di rumah. Tetapi urung saat hidungnya menangkap aroma masakan sedap yang menguar dari ruang makan Panti Asuhan Mariyah. Dia memang tidak jarang ditawari untuk makan. Biasanya dia menolak, tapi karena sepertinya ada makanan enak. Bonan mengangguk antusias.

Hari ini panti asuhan kedatangan tamu penting. Ada sekitar lima orang berseragam putih yang dipanggil dokter dan suster. Mungkin itulah alasan bau masakan mereka menguar sampai ke luar dapur. Tentunya, makanan panti selalu enak, itulah yang membuat Bonan sangat iri pada Fira. Meja makan mereka saja selalu ramai. Ah Bonan mau jadi anak panti. Seandainya saja dia tidak memiliki Emak dan Bapak.

Lihatlah Fira yang sudah tertawa bersama teman-teman pantinya. Pasti seru mengobrol dengan mereka setiap hari. Hidupnya tidak akan bosan seperti Bonan yang hanya bisa termenung di kamar sendirian, kelelahan setelah membersihkan rumah seorangan.

"Halo, nama kamu siapa?"

Bonan terkejut saat salah seorang wanita cantik menyapanya. Dia salah satu tamu penting panti asuhan. Kulitnya bersih sangat terawat. Senyumnya secerah mentari pagi, menyilaukan. Tapi entah kenapa Bonan tiba-tiba bergidik tak nyaman.

"Bo-bon-nan," jawab Bonan terbata-bata sembari mengambil langkah mundur.

Wanita cantik itu mengernyit bingung tapi tetap tersenyum. "Pepohonan? Nama kamu pepohonan?"

Merinding, tapi Bonan bisa menggeleng. "Bu-bukan. Namaku Bonan."

"Oh, Bonan. Namaku Ira, panggilnya Sus Ira saja, ya," ucap wanita cantik bernama Ira itu.

Bonan mengangguk, lalu mengalihkan tatapan ke arah lain. Rasanya tak nyaman. Makanan di depannya juga sudah tak lagi menarik minatnya, entah kenapa. Matanya lebih terpaku pada Fira yang tergelak lepas, bermain bersama teman-temannya. Fira memang sering melupakannya kalau sudah bersama teman-teman pantinya.

"Bonan mau jadi anak panti?"

Bonan terlonjak, baru ingat kalau ada wanita cantik di sebelahnya. Sebentar. Kenapa wanita itu bisa tahu kalau dirinya bukan anak panti? Belum sempat anak laki-laki itu menjawab, Ira mengangsurkan sebuah kertas ke hadapan Bonan.

"Sus Ira bisa buat harapan kamu terkabul. Tapi jangan kasih tahu Ibu Mar, ya," Ira masih tersenyum indah, "Buat harapan kamu di tahun baru, saat kembang api pertama meletus. Maka keinginan kamu akan terkabul."

Bonan terbelalak, tidak sempat merespons saat Ira menyelipkan lipatan kertas lalu pergi begitu saja dari hadapannya. Bonan kemudian membuka kertas itu, membaca lamat-lamat apa yang ada di sana.

Apapun keinginanmu akan terkabul!

Apakah ini jawaban atas semua doa Bonan? Rasa merinding yang sempat dirasakannya berangsur hilang. Digantikan oleh letupan antusias yang membumbung. Rasa iri yang tadinya membelenggu membuat Bonan berani mendekati Fira. Bonan perlahan berbisik.

"Kafiera, kamu mau orang tua?"

Fira menoleh, tersenyum lebar pada Bonan. "Mau, tapi nggak mau orang tuamu," jawabnya polos.

Anak laki-laki itu menggeleng. "Bukan, ayo kita buat harapan kita terkabul malam ini."

Benarkah? Mata Fira berbinar cerah lalu mengangguk setuju. Dia selalu percaya pada Bonan.... []

Fireworks and HopeDär berättelser lever. Upptäck nu