2 : Orang Tua dan Jahat

36 12 7
                                    

◖⚆ᴥ⚆◗

Fira sudah mengenal Bonan sejak lama, mereka berteman saat anak laki-laki itu selalu bermain ke panti setiap hari. Pertemanan keduanya berlanjut saat Bonan memasuki sekolah dasar yang sama dengan Fira. Mulai dari satu kelas sampai satu bangku dan satu sepeda untuk berangkat bersama. Sepeda tua itu milik Bonan, hasil pemberian dari seorang kakek renta di depan rumahnya. Terkadang Fira yang mengayuh di depan menggantikan Bonan yang belum sarapan.

"Emak Bapak kamu nggak masak sarapan?" ucap mulut ceriwis Fira dengan susah payah. Kakinya yang pendek agak kesusahan mengayuh sepeda. Apalagi ditambah Bonan yang duduk di belakang.

"Enggak," jawab Bonan singkat.

"Terus kalian nggak makan bareng-bareng?" Padahal setahu Fira, pagi hari adalah waktu magis untuk sarapan bersama bagi suatu keluarga. Setiap hari Fira mendambakan hal itu, rasanya pasti akan sangat menyenangkan dibandingkan makan bersama teman-teman pantinya.

"Enggak pernah, Emak langsung tidur habis pulang kerja pagi. Bapak berangkat kerja setelah bangun tidur," jelas Bonan sambil menahan rasa nyeri di perutnya.

Sakit. Bonan makin meringis saat sepeda mereka melewati jalanan terjal berbatu. Bokongnya terasa kaku dan kesemutan karena duduk di atas susunan besi tanpa alas empuk apapun. Ditambah perut kecilnya yang melilit belum diisi makanan, membuat anak laki-laki itu mencengkeram pelana dengan sangat erat.

"Pelan-pelan, Fir," ucap Bonan setelah terlonjak kaget karena ban belakang menabrak batu berukuran cukup besar.

Bonan menghela napas lega saat jalanan sudah kembali mulus. Walaupun perutnya yang keroncongan masih belum berhenti menggerutu. Anak laki-laki itu kini menunduk lelah, menyoba merasai semilir angin pagi yang menggetarkan jiwa. Mengandaikan dirinya bisa menikmati udara sejuk pagi dengan perut kenyang, senyum akan terpatri terus di perjalanan. Seperti Kafiera yang selama perjalanan bisa bersenandung riang. Begitu iri Bonan melihatnya.

"Aku sedih karena punya orang tua, Fir."

Fira menghentikan senandungnya lalu mengernyit heran. "Eh, kenapa sedih? Aku ingin orang tua tau," protesnya bingung.

"Kalau begitu orang tuaku buat kamu aja, Fir. Mau?"

"Mau," jawab gadis kecil itu tanpa ragu.

Bonan tertawa sedikit menanggapi kepolosan Fira. Padahal usia mereka tidak terpaut jauh, hanya berbeda bulan saja. Fira lahir atau ditemukan pertama kali di bulan penuh cinta, Februari. Bonan sendiri lahir di Januari, tepat saat letusan kembang api pertama di tahun baru. Tetapi sikap keduanya berbeda, Fira seperti adik kecil yang belum ternoda. Lain Bonan, menjelma sebagai abang yang sudah merasakan pahitnya hidup di dunia.

"Eh, jangan deh, Fir. Kasihan," celetuk Bonan menghancurkan harapan Fira.

Fira memberengut karena merasa dikerjai. "Siapa yang kasihan?" tanya gadis kecil itu penasaran.

"Kamu. Orang tuaku jahat, suka mukul," balas Bonan dengan enteng.

Tepat pada saat itu, akhirnya mereka sampai di sekolah.... []

Fireworks and HopeWhere stories live. Discover now