⌗2 . Seorang Iblis.

78 0 0
                                    

👩‍🏫🏫

"Psstt ... Pico! Lu sadar gak sih?"

Sebuah siku tangan dengan pelan menyenggol siku Pico yang terlipat rapi di mejanya.

"Oi, Picoo!!"

Seseorang disampingnya memanggilnya sembari berbisik. Berharap Pico merespon, dan sang guru yang mengajar tak menangkap suaranya. Soalnya, jika sudah fokus pada penjelasan guru di depan. Seolah sudah tuli, pasti ia akan mengabaikan bisikan teman - temannya karena dirasa menganggu kefokusannya dalam menyimak.

Darnell mendecih kesal. "WOI, PICO! Lu budek apa sengaja ga denger sih!?" Bisikannya kian bertambah nyaring sekarang.

"Ck, apaan sih!? Lagi fokus belajar juga!" Pico akhirnya menyahut, walau dengan nada sama kesalnya. Kepalanya masih setia menatap lurus kepapan tulis tanpa menatap balik sosok yang duduk di sampingnya itu.

"Itu lho, si Cassandra, cewek ganas itu ngelototin lu terus daritadi. Beneran kagak nyadar lu?" Darnell berkata.

Pico sontak menggeleng. "Enggak, lagian kenapa?" Lagi - lagi ia menjawab seadanya tanpa melihat mata lawan bicaranya.

"Ya, aku rasa sih tuh cewek lagi ada masalah sama lu deh." Darnell melir8k sekilas, menilik diam - diam gadis yang duduk dipaling pojok belakang mereka.

Lantas mendengar hal itu, Pico segera menoleh kebelakang. Menatap sosok gadis yang itu. Pico jelas masih ingat masalahnya dengan Cassandra di koridor pagi tadi. Namun, pikirnya hal itu tak terlalu dipermasalahkan oleh Cassandra karena sikapnya yang langsung berlalu, tanpa mengomel lebih lanjur seusai Pico menuturkan kata maaf.

Pico terus melirik, hingga gadis itu menyadarinya. Kemudian, kepalanya berpaling, seolah berpura - pura sedang fokus kearah papan tulis yang menjadi atensi semua siswa saat ini.

"Kamu bohong ya, Nell? Enggak ada tuh dia ngeliatin aku!" Pico benar - benar tak menyadari tatapan yang sedari tadi didaratkan oleh gadis padanya.

"Lah? Padahal tadi dia ngelototin lu banget lo, sampe kek pengen keluar itu mata." ungkap Darnell meyakinkan.

"Yaudahlah, selagi gak macem─macem, biarin ajalah dia." Pico kembali mengalihkan perhatiannya kedepan kelas kini, menatap guru yang masih sibuk menjelaskan.

Darnell pun akhirnya mengangut pada perkataan sahabatnya itu. Walau sebenarnya Ia masih sedikit curiga. Mengapa gadis itu terus melototi Pico daritadi? 

Darnell phn mencoba melupakan hal iti. Sama seperti Pico, ia mengalihkan pandangan mata kedepan setelah melirik lama ke belakang.

Berbeda dengan Pico yang sangat menyukai pelajaran di Sekolah. Sebaliknya Darnell, sangat malas mendengarkan pelajaran kelas, karena baginya semua terlalu mudah dimengerti tambah membosankan.

Menit terasa seperti berjam-jam, Guru di depan tak henti-henti menjelaskan soal pelajaran yang sangat membosankan.

KRINGGG!!! ...

Itulah suara bell yang paling di tunggu-tunggu oleh seantero siswa. Bell jam istirahat yang telah menggemuruh hingga sampai ke telinga seluruh siswa. Semua yang di kelas sontak bersorak ria kegirangan. Berlarian ke satu arah keluar kelas, berhamburan keluar.

Darnell pun menyungging senyum serta kekehan. Beranjak dari bangku miliknya, merangkul pundak teman sebangkunya. "Ayok, bro! Kita jajan."

⌑ 𝐏𝐈𝐂𝐎 𝐒𝐂𝐇𝐎𝐎𝐋 ⌑ ─ ⌗ . 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓Where stories live. Discover now