Selamat Pagi, London

Mulai dari awal
                                    

        

Meera mengerjapkan mata perlahan, silau dari mentari yang masuk dari jendela kini menyorot wajahnya. Dengan menguap kecil ia mendudukan diri, matanya terbuka sempurna ketika indra penciumannya menangkap aroma yang membuat perut keroncongan.

Helaan napas panjang Meera membuat ia tersadar dimana keberadaannya sekarang. Dengan masih memakai baju semalam, dia memandang berkeliling sebuah kamar luas bernuansa abu-abu dengan furniture dan benda elektronik seadanya. Bahkan barang-barang itu terlihat sudah lama tak digunakan. Bukan hanya itu, sisi lain tempat tidur yang sedang ia duduki pun tampak rapi dan tak tersentuh. Tampaknya ia tidur sendirian di kasur tersebut. Lalu kemana Ammar-?


Meera bangkit, melangkahkan kaki mengikuti wangi telur goreng yang sejak tadi menarik dirinya.


"Morning.." sapa Ammar, melirik Meera yang berdiri di depan dapur terbukanya. Laki-laki itu terlihat sibuk membalik telur di atas penggorengan


"Ammar.. dimana kita?" tanya Meera yang menghampiri wastafel untuk mencuci wajahnya. "Aku tidak ingat masuk ke sini.."


"My flat.." jawab Ammar yang akhirnya selesai membuat dua piring sarapan. Lalu menghidangkannya diatas kitchen island berbahan granit marmer. Diatas situ ternyata sudah tersedia buah-buahan dan juga dua gelas jus jeruk yang dibuat laki-laki itu sejak pagi. "Biasanya aku tinggal di sini jika ke London. Sudah hampir delapan tahun aku tidak kesini, jadi abaikan saja jika ada yang berdebu atau berkarat. Aku sudah menghubungi layanan housekeeping untuk membersihkan tempat ini, tapi ternyata tak sebersih yang aku inginkan." ucap Ammar sambil mengunyah sebuah pisang.

Merasa lebih segar, Meera pun mematikan keran wastafel dan mengeringkan wajahnya dengan tissue yang tersedia. "Lalu..." gadis itu kembali bicara, ia berjalan menuju sebuah jendela bergorden tinggi, dan menyingkap lebar gorden tersebut, "...bagaimana aku bisa ke atas sini?" Meera memandang ke luar jendela. Matahari kota London sudah cukup tinggi untuk bisa masuk dan menyinari ditempat ia berpijak sekarang. Ternyata dia berada di sebuah gedung apartement yang cukup tinggi dari lantai dasar.  


"Aku menyeretmu, tentu saja.." ucap Ammar, membuat Meera menoleh padanya. "Bercanda.." Ia menyunggingkan senyum kecil. "Aku menggendongmu di punggungku.."

Melihat ekspresi rasa bersalah Meera, Ammar melanjutkan, " Untung saja lift bisa cepat membawa kita ke lantai delapan ini. Jadi itu pekerjaan mudah." jelas Ammar. "Eat your breakfast, Meera. Kita akan berangkat satu jam lagi.."

Meera mendudukan diri di hadapan Ammar. Wajahnya berbinar menatap makanan yang tersedia. "Bahan makanan sebanyak ini masih tersedia di kulkasmu setelah delapan tahun?"


Ammar memutar bola matanya, "Jangan bodoh, pagi-pagi sekali tadi aku ke groceries yang ada di seberang gedung apartement dan menyiapkan ini semua.."


Meera terkekeh, ia mulai menyuap telur sunny side up nya dan memberi gigitan besar pada roti gorengnya. "Wow.. this breakfast is really a five star, Ammar! Darimana kau belajar memasak?"


"Setiap tentara harus bisa melakukan semua hal.." Ia tersenyum bangga dan ikut melahap menu English breakfast di piringnya.


"Ammar.." Meera mendongak dari atas piringnya. "Thank you.."


INCOMPLETED LOVE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang