Bukan Cerita Hantu

9 2 8
                                    

Sebenarnya saya sempat ingin menghadiahkan cerpen ini untuk sahabat saya, Riska (Theonly_Kaa16) untuk ulang tahunnya yang ke-19 thn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya saya sempat ingin menghadiahkan cerpen ini untuk sahabat saya, Riska (Theonly_Kaa16) untuk ulang tahunnya yang ke-19 thn. Namun, saya kurang puas dengan hasilnya, sehingga saya memberinya sesuatu yang lain. Jadi, sebelumnya nama Aruna adalah Riska, wkwkwk. Barangkali kalian nemu nama Aruna jadi Riska, karena luput dari perhatian pas revisi. Karena gagal sebagai hadiah, cerpen ini sempat saya ikutkan di event Coconut Book.

By: Khrins

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Suatu pagi yang cerah di bulan Juni, mereka harus menempuh perjalanan panjang menuju desa Lembah Naga. Mereka meniti ruas jalan di tepi kaki gunung menggunakan kendaraan roda empat.

Ketika mereka hampir tiba di desa, ruas jalan yang semula mulus berubah menjadi terjal, banyak berbatuan menyembul di setiap jalan.

"Di sana banyak anak-anak seusia kamu. Bersikap baik sama mereka, ya!" Ibu memperingati.

Aruna bereaksi bosan. Tidak begitu menerima peringatan dari sang ibu.

"Kali ini saja Aruna, bersedialah mengharagi setiap kehadiran orang-orang yang berbaik hati sama kamu," kata Ibu.

Tahu akan diberi nasihat panjang lebar, Aruna memutuskan untuk berpaling ke arah jendela mobil, lalu memejamkan mata, pura-pura tidur.

"Kamu bisa saja meninggalkan mereka sesuka hati, tapi tidak setelah kamu merasakan sedihnya ditinggal pergi." Ibu mengerling ke arah Aruna yang masih berpura-pura tidur, lalu menghentikan percakapan sampai mereka tiba di tempat tujuan, yaitu rumah Kakek.

Mereka tiba sepuluh menit berikutnya, dan Aruna sudah berdiri di tengah, di antara Kakek dan Nenek.

"Aku titip Aruna ya, Pak, Bu. Soalnya aku bakal ada kerjaan lembur sepanjang dia liburan. Aku khawatir kalau meninggalkannya di rumah sendirian," ucap Ibu, lalu berlanjut, "Di sana dia tidak punya teman, jadi pasti bakal sendirian."

"Jika di sana dia tidak punya teman, bagaimana di sini?" tanya Kakek. "Dia akan jauh lebih kesepian di sini."

"Sebentar saja, Pak. Setelah aku cerai, aku harus bekerja untuk menyambung hidup kami. Aku nggak bisa menolak kesempatan baik untuk bekerja di perusahaan. Ini juga demi Aruna, tapi aku tidak bisa membiarkannya sendirian di rumah seharian penuh selama liburan. Jadi biarkan Aruna di sini dulu, ya."

Mendengarnya, Aruna mendengus. Ia harus terdampar di rumah kakeknya di hari liburnya. Rasanya itu bukan hal menyenangkan untuk Aruna jalani. Lihat saja sekarang, raut wajahnya kecut sejak kali pertama Ibu memberitahunya, bahwa ia harus tinggal di rumah Kakek selama libur sekolah. Aruna telah menolak di beberapa kesempatan, tapi pada akhirnya tetap di rumah Kakek-lah Aruna berada.

Heartbeat Formula: Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang