Daddy Heeseung

518 10 0
                                    

""""""""""

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

""""""""""

YOU POV

Aku gigit bibir bawahku saat melihat pemandangan senja yang begitu memanjakan mata dari jalanan di hadapanku. Saat ini, aku sedang dalam perjalanan ke apartemen dosen pembimbingku bernama Lee Heeseung. Gila memang, aku menerima tawaran dosen pembimbingku tersebut mengenai bimbingan ekstra diluar jam perkuliahan. Entah apa yang ia bimbing selain tugas akhir, tapi sedikit mencurigakan bukan jika bimbingan tanpa membawa tugas akhir yang harus direvisi? Ya, itu yang terjadi padaku saat ini karena ternyata Heeseung sengaja meletakkan tugas akhir ku di meja kerjanya setelah ia minta sepulang kami membeli eskrim

Padahal, aku sudah mengingatkan beliau sejak ia menjemput ku di parkiran kampus. Harusnya, ia bisa turun untuk mengambilnya sendiri atau lebih bagus beliau menyuruhku melakukan itu demi membawa berkas tugas akhir ku. Katanya mau memberikan bimbingan ekstra, apakah ekstra disini merujuk pada hal lain yang menyenangkan? Ah! Otakku tak bisa berpikir jernih dalam kondisi seperti ini!

"Senja hari ini begitu cantik, ya?" tanya Heeseung menghambur lamunanku. Refleks, aku menoleh ke arahnya untuk memberikan senyuman penuh arti pada lelaki itu. "Iya, indah pak." jawabku masih belum bisa terbiasa dengan lelaki itu.

Heeseung raih tangan kiri yang aku letakkan di atas pangkuanku. Beliau genggam tangan tersebut sebelum membawanya untuk dicium punggung tanganku. Sukses membuat jantungku berdegup sangat kencang, apalagi setelah melihat senyuman menggoda di wajahnya. Bagaimana bisa dosen yang paling aku harapkan dapat menyelamatkan aku dari jurang kesengsaraan skripsi malah membuat jalan menuju masa depan baru bersamanya.

Oh tuhan, Y/n jangan geer dulu!

Aku tatap mata Heeseung dengan ekspresi bingung yang tak bisa lagi aku sembunyikan dari wajahku. Heeseung hanya tertawa pelan sebelum meletakkan tanganku di genggamannya tepat di atas pahanya. Cukup lama lelaki itu menggenggam tanganku, hingga tibalah kami di lokasi apartemen Heeseung. Beliau lepaskan genggaman tangan kami untuk memfokuskan diri mengatur mobil yang ia kendarai. Sebelumnya saat ingin mengganti gigi, Heeseung malah membawa tanganku di genggamannya untuk membantunya mengatur gigi tersebut. Seolah tak ingin lepas dariku begitu saja, semakin membuat wajahku terasa panas karena lelaki itu sangatlah menggoda.

Setelah memarkirkan mobilnya, Heeseung ajak aku naik menuju lantai enam. Bahkan di dalam lift gedung apartemennya, Heeseung terus menggenggam tanganku seolah tak ingin aku pergi begitu saja darinya. Lelaki itu tak mengatakan apapun, namun bukan berarti ia tak menghargai keberadaan ku. Terbukti dari tangannya dan gesture tubuhnya yang selalu ingin berada di dekatnya. Sepertinya love language Heeseung adalah physical touch.

Heeseung ajak aku masuk ke sebuah kamar apartemen yang berukuran cukup luas hanya untuk ditinggali seorang diri. Dengan langkah yang ragu, aku memasuki ruang tengah apartemen tersebut. Sembari lelaki itu meletakkan barang-barang bawaannya ke tempatnya. Aku perhatikan ke sekeliling apartemen lelaki itu yang tampak bersih.

 Dapat aku lihat sebuah mainan kucing yang ia letakkan di ujung ruangan sebelum seekor kucing berwarna abu-abu berjenis british shorthair. Langsung aku letakkan tas dan jaketku pada sofa tersebut untuk bermain dengan kucing menggemaskan tersebut. Aku sampai mendudukkan diri di karpet sambil menggendong kucing berumur sekitar 4 bulanan. Sangat lincah dan begitu menggemaskan sampai aku tak menyadari kalau Heeseung tengah menyiapkan sesuatu di dapur. Setelah melihat lelaki itu yang menyusun perlengkapan untuk menyantap makan malam di meja makan. Aku hampiri lelaki itu untuk bertanya, "Ada yang bisa saya bantu pak?".

"Tak usah, kau istirahat saja atau bermain dengan Choa. Biar bapak saja." jawab Heeseung yang ternyata sedang menyiapkan santapan berupa steak untuk kami berdua. Sangat bertepatan dengan kucing lelaki itu yang tiba-tiba menerkam kakiku, seolah mengajak main. Langsung aku bawa kucing itu ke dalam gendonganku dan beranjak menuju ruang tengah lagi.

Sempat aku buat story instagram mengenai kucing menggemaskan ini, sebelum ku lihat Heeseung yang menyajikan makan buatannya di atas meja. Tak lupa ia buka tutup botol wine untuk menemani acara makan malam kami. Kucing bernama Choa itu juga sedang asik mencakar mainannya yang berada di ujung ruangan. Aku sempat mencuci tanganku sisa memegang kucing sebelum bergabung dalam meja makan bersama Heeseung.

"Lama sekali bapak tak menikmati wine dinner bersama seseorang." ungkap dosen pembimbingku itu disela sesi menyantap steak buatan Heeseung. Aku tersenyum lalu menjawab ucapan lelaki itu dengan pujian, "Enak sekali steak buatan bapak. Ini juga wine dinner pertama saya pak." Aku ungkapkan kenyataan tersebut tanpa berani menatap mata Heeseung yang duduk tepat di hadapanku. Lelaki itu minum wine miliknya lalu menoleh ke arah gorden jendela apartemen yang terbuka.

"Jangan panggil bapak dong, suasananya jadi tidak romantis lagi." ujar Heeseung, tanpa sadar menyeringai tipis. Semakin membuat suasana di apartemen ini terasa panas, mungkin berkat efek dari wine yang kami konsumsi juga.

Baca kelanjutannya pada link di profileku dengan judul yang sama yaitu, Daddy Heeseung.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Fiction & CigarettesWhere stories live. Discover now