07

93 6 2
                                    

"Taehyun-ah, mianhae!"

"Kau sudah mengatakan itu puluhan kali semenjak ada disini, hyung!"

Kedua kakak beradik itu kini berada di meja makan bersama berbagai hidangan hangat buatan Taehyun diatas meja. Sementara itu, Beomgyu masih setia dengan alam bawah sadarnya meski Taehyun sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian kering dan hangat.

"Sejujurnya jika boleh kukatakan, akan percuma walau kau bersujud dan memohon dihadapannya sekalipun"

"Aku sadar jelas apa yang sudah kulakukan, tapi aku juga tak tahu harus bagaimana"

Hidangan diatas meja masih berasap, namun itu sama sekali bukan alasan mengapa keduanya justru meletakkan alat makan dan bukannya segera menyisakan piring kotor saja.

"Semuanya terdengar salah sekarang, hyung"

Soobin mengelap pipinya sekilas yang tiba-tiba dilanda rasa geli akibat air mata

"Sudah terlambat menyadarinya"

Yang lebih tua mendongak, menghela nafas kasar

"Kuakui, kalaupun sekarang aku memaksamu menerima Beomgyu hyung, itu tidak benar! Tidak ada yang benar dan kita semua terjebak didalamnya"

"Tidak ada yang benar"

Taehyun menatap sang kakak yang kemudian tersenyum miris

"Dan kita bodoh"

Kalimat koreksi Soobin membuat Taehyun mengangkat gelas dan mengambil beberapa tenggak dari sana.

"Aku tak bisa menyalahkanmu karena memilih pasangan, dan aku juga tidak bisa menyalahkan Beomgyu hyung karena mencintaimu lebih dari cinta seorang adik pada kakaknya"

"Aku juga salah karena mencintai Beomgyu hyung"

Itu Taehyun yang menyambung dialognya sendiri

Kalimat terakhir itu membuat Soobin mendongak menatap sang adik yang tengan menunduk. Lesung pipi timbul dari kedua sisi wajah agak tirus tersebut. Tapi Soobin tahu, senyum itu bukanlah senyum lega sama sekali.

Tak sanggup menatap pemandangan miris itu terlalu lama, Soobin mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia mengulum bibirnya sendiri agar tidak ikut terisak. Tapi mau sekuat apapun ia berusaha, sesak itu tetap hinggap.

Pada akhirnya Soobin menyerah dan menghela nafas. Pemuda itu bangkit agar bisa duduk disebelah sang adik untuk menenangkannya.

"Kita ini bersaudara, Taehyun-ie"

Merasakan elusan di bahu, Taehyun mengangkat wajah tanpa menghapus air mata, menyisakan isak yang langsung ia tunjukkan pada sang kakak.

"Aku dan Beomgyu tak akan pernah bisa bersama meski saat itu aku menerimanya sekalipun. Memang terkesan seolah aku menolak, tapi sebetulnya aku sedang mencari situasi yang tepat untuk memberi tahu semuanya, tentang perasaanku"

Walau pernah mendengarnya, tapi Taehyun tetap merasa bahwa ia akan menangis sekarang. Setelah Soobin pergi dari rumah, pemuda itu jadi lebih sering berkomunikasi dengan Taehyun begitu Beomgyu memutuskan mengurangi interaksi dengan kakaknya.

"Aku menemukan perasaan yang sama dengan yang kurasakan setiap kali menatap Beom-ie pada Yeonjun-ie. Dia bukan sekedar alibi! Dan seiring berjalannya waktu, aku berusaha menghempaskan perasaanku pada Beom-ie dan sengaja lebih menaruh perhatian pada Yeonjun"

"T-tapi aku tidak bisa"

Setelah menyambung kalimatnya sendiri, Soobin seketika menunduk. Ia mengelap air mata yang terus menerus turun. Tapi kali ini, tidak ada yang menenangkan pemuda itu. Taehyun masih terkejut mendengar penuturan terakhir kakaknya.

"Kau..."

"Aku tidak bisa, Tyun-ie! Sekeras apapun aku mencoba, tetap tak bisa kuhiraukan perasaanku pada Beomgyu. Aku-tetap-mencintainya"

Hening beberapa saat

Manik Taehyun yang membulat sempurna akibat terkejut beradu di udara dengan milik Soobin yang seolah sedang meminta pertolongan.

Taehyun hendak meneguk air kembali untuk mengusir sesak yang ada, tapi usaha itu malah membuat air matanya semakin luruh tak terbendung.

"Hyung, kita semua berada di jurang yang salah! Tak perlu mencari jalan keluar karena ini tempat kita"

Setelah sekian menit berteman dengan hening dalam kalut yang saling bersahut, pada akhirnya mereka berdua kembali mengunci tatapan antara satu sama lain. Kali ini dengan kilat berbeda, Taehyun dilapisi senyum yakinnya dan Soobin dengan binar sembabnya yang lelah.

"Tak perlu membohongi diri sendiri lagi, hyung! Lakukan saja apa yang menurutmu benar!"

Soobin terkekeh lega. Adiknya tampak semakin dewasa setelah ia tinggal. Gurat wajahnya bukan lagi milik Taehyun yang manja dan selalu menempel, tapi milik seorang pemuda cantik yang memancarkan aura nyaman.

Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi soal itu. Kecuali insan dalam kamar yang mengeluarkan deheman lirih.

Misplaced LoveWhere stories live. Discover now