00.00

1K 82 0
                                    

Suasana ramai dipesta tak membuatku tertarik untuk ikut bergabung ditengah keramaian itu sama sekali, dimana saat ini semuanya tengah asik berdansa ria menikmati pesta tersebut. Tidak denganku yang hanya duduk disebuah kursi sembari meneguk segelas minuman ditanganku.

Tap!

Aku terkejut kala sesuatu menyentuh pundakku, saat diriku menoleh kesamping, ternyata dia Leora, sahabatku.

"gak ikut gabung? Rugi loh, siapa tau kamu bisa dapat pangeran tampan malam ini" ucapnya, hal itu tak membuatku berminat sama sekali.

"duluan saja, aku malas" jawabku.

"yasudah kalau begitu, selamat menikmati pesta yang suram hahaha" ucapnya kemudian berlalu.

Apa-apaan dia itu, pesta ini memang tampak suram saat pertama kali aku datang kesini. Tidak ada yang istimewa sama sekali.

Aku kembali terdiam dikursi, dan hanya memperhatikan kerumunan orang yang tengah menari tak jauh dihadapanku.

"permisi nona"

"eh?" aku kaget saat seorang laki-laki menghampiriku, dan dia mengenakan topeng diwajahnya.

"mari berdansa denganku?" ucapnya seraya mengulurkan tangannya kearahku.

"tapi... A-aku kurang pandai berdansa" ucapku malu-malu, jujur saja aku memang tidak pandai berdansa apalagi dansa berpasangan.

"tidak apa-apa, aku akan mengajarimu" dia langsung saja menarik lenganku untuk ikut bersamanya.

Disinilah kami, bergabung ditengah keramaian, musik romantis yang mengalun lembut mengiringi acara pesta dansa yang sedang berlangsung.

Sejenak aku memperhatikan wajah yang bersembunyi dibalik topeng itu, aku jadi penasaran padanya. Matanya tajam bak elang itu menatap kearahku, aku merasa sedikit gugup saat ditatap seperti itu.

Saat itu, mataku tak sengaja melirik kearah jam dinding super besar yang ada diaula tersebut. Jarum pendek dan jarum panjang saling berhimpit menempatkan pukul dua belas. Itu tandanya sekarang sudah tengah malam.

"aku harus pergi!" ucapku.

"akhh!" sialnya, gelang tanganku tersangkut di jas yang laki-laki itu kenakan.

Aku pun segera membenarkannya, tapi ini sangat sulit. Tidak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya, aku menarik paksa tanganku hingga akhirnya bisa terlepas. Dan sayangnya aku harus kehilangan gelang kesayanganku.

"maafkan aku" ucapku merasa tidak enak padanya. Kemudian aku pergi meninggalkannya.

Aku ingin menghampiri Leora dan mengajaknya untuk pulang bersama. Namun, kulihat Leora masih berdansa bersama kekasihnya. Tidak mungkin aku menganggu waktu mereka.

Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang sendiri, dan setelah itu aku akan mengabari Leora.

Aku berjalan membelah keramaian, sangat susah untuk mencari jalan keluar karena banyak dari mereka berdiri ditengah jalan.

Brukh!

"eh maaf" ucapku saat tak sengaja menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah denganku.

Kulihat dia hanya diam, menatapku sekilas dan kemudian pergi dari hadapanku. Tak peduli apa yang terjadi, aku pun ikut pergi dari sana.

Kini, diriku berjalan menuju halte bis terdekat, berharap akan ada bis yang datang. Namun aku tidak yakin, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam, itu sangat mustahil ada yang datang di jam-jam segini.

Saat sudah melihat halte bis ada diseberang jalan, aku pun berlari-lari kecil menuju ketempat itu.

"eh apa ini?" tanpa sadar aku bergumam sendiri, kala mataku tak sengaja melirik sesuatu yang tergeletak diatas bangku halte itu.

Aku meraihnya, dan terlihat seperti sebuah undangan.

'Invitation'

Benar, ini memang undangan. Tapi tidak ada isinya. Hanya ada satu kata yang bertuliskan 'Invitation' dibagian depannya.

"ini aneh, apa seseorang telah membuangnya?" gumamku sendiri.

Aku bergelut dengan pikiran yang berkecamuk. Entah kenapa aku jadi memikirkannya.

Tak lama aku terdiam, sebuah bis pun datang. Ada rasa lega dan bersyukur didalam hati karena aku tidak jadi pulang jalan kaki.

Aku pun menaiki bis tersebut.

Aku fikir, hanya aku saja yang akan ada disini, ternyata tidak, banyak orang yang menaiki bis ditengah malam seperti ini. Dan juga aku sedikit bingung karena didalam sini sangat gelap, tak ada penerangan sama sekali.

Tak lama kemudian, bis pun melaju.

Ternyata suasana kota di jam segini sangat ramai. Aku berpikir akan sepi karena ini sudah tengah malam, namun ternyata tidak.

Mataku kembali memperhatikan orang-orang yang ada didalam bis. Aku memutuskan untuk duduk dikursi paling belakang, sendirian. Karena menurutku lebih nyaman.

Hening.

Tak lama kemudian, bis berhenti dihalte berikutnya, dan kini aku turun ditempat itu.

"tunggu!"

Baru saja hendak berjalan, seseorang bersuara dan membuat diriku berhenti melangkah.

"kenapa?" tanyaku, suasana gelap tak bisa membuatku menatap wajahnya lebih jelas.

"kau melupakan ini" ucapnya memberikan sebuah kartu undangan persis yang aku temukan dihalte bis sebelumnya. Tapi kenapa ada padanya? Padahal aku meninggalkan benda ini dibangku tadi.

Tanpa penolakan, aku menerima kartu tersebut.

Seseorang itu pergi.

Masih dengan perasaan bingung, aku melanjutkan perjalananku menuju apartemenku. Ya, aku tinggal disebuah apartemen kecil. Orang tuaku sudah tiada sejak aku masih balita, masa itu aku tinggal bersama bibi dan pamanku. Mereka menjagaku dengan baik. Namun sekarang tidak lagi, perlahan aku tumbuh dewasa, aku memutuskan untuk tinggal sendiri dan mencari pekerjaan untuk membiayai kehidupanku, termasuk itu sekolah dan juga kebutuhan lainnya. Itu memang sungguh melelahkan, tapi aku menikmatinya.

Tap tap!

Aku seperti mendengar suara tapak kaki melangkah dan saat kulihat kebelakang, tidak ada siapa-siapa disana.

Seketika rasa panik melanda, aku mempercepat langkahku untuk segera menjauh. Entah kenapa malam ini terasa begitu aneh. Hawa yang semakin dingin membuat suasana terasa semakin mencekam, ditambah lagi dress yang aku kenakan sedikit terbuka dibagian atas dan aku tidak mengenakan penutup apapun, rasa dingin itu semakin menusuk ketulang.

Karena aku terlalu fokus pada rasa panik yang melanda, tanpa sadar aku sudah tiba didepan apartemenku, dan aku pun bisa benafas lega sekarang.

Aku kemudian membuka pintu dan mulai melangkah masuk kedalam. Namun,

"hah!" Aku terkejut saat ada banyak orang disini.

Mereka menatap kearahku.

"m-maaf sepertinya aku salah apartemen..."





To be continue...

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang