⏳ 11 | Trusted partner

632 82 20
                                    

Dua mangkuk kecil yakisoba panas tersaji bersama dua gelas kecil ocha yang tak kalah semangat mengeluarkan asap yang mengepul panas ke udara. Kala ini Sing dan Leo, dua anak Hongkong itu tengah berada disebuah restoran bernuansa Jepang yang menyediakan berbagai menu dari olahan mie.

Sing tampak begitu lahap dengan yakisobanya. Rasa mie yang sedikit hambar dengan campuran sayur-sayuran dan daging serta bumbu saus uster yang menjadi pelengkap itu lumayan lezat menurutnya. Jika ditelaah lebih dalam rasanya hampir mirip dengan Chow mein.

/ Chow mein, mie goreng khas Tionghoa yang berbahan dasar mie, kecap, sayur dan daging.

Tiba-tiba Sing teringat Zayyan. Pemuda manis itu pasti akan sangat senang jika dia mengajaknya ke tempat ini. Next time pikirnya. Sebelum itu Sing juga sempat bertanya pada sang koki, apakah mie itu aman untuk penderita penyakit seperti Zayyan dan koki tersebut berkata bahwa produk mereka terbuat dari bahan alami tanpa pengawet sehingga dia tidak perlu khawatir jika Zayyan mengonsumsinya.

Omong-omong alasan mengapa mereka bisa berada di tempat ini sebenarnya diakibatkan oleh suasana cafe tempat mereka ingin menikmati kopi sangatlah ramai. Karena hal itu keduanya menjadi tidak nyaman lalu berakhir melipir ke restoran disebelahnya.

Lalu soal mengapa mereka bisa bersama, itu bermula dari beberapa waktu lalu. Tepatnya setelah Sing menyelesaikan urusannya dengan Alexa. Pemuda tampan itu kemudian mengarahkan tujuan pada lantai satu di gedung belakang, tempat para calon trainee menjalankan basic training mereka.



30 menit yang lalu...



Leo mengernyit melihat seorang pemuda bak gapura berdiri tegap didepan ruang latihannya. Pemuda itu, yang Leo tau, namanya adalah Sing. Dia pikir siapa gerangan orang yang katanya datang mencarinya, kini terjawab sudah pertanyaan nya beberapa saat lalu.

"Ada urusan apa?" Pertanyaan datar Leo berhasil membuat atensi pemuda berlesung pipi yang tengah memainkan ponselnya itu teralih. Dengan cepat Sing menyimpan benda pipih itu ke dalam sakunya saat menyadari orang yang dia cari telah berada dihadapannya.

"Oh, yo! kita bertemu lagi, bagaimana kabarmu kawan?" Sing mengangkat tangannya mengajak tos. Leo tidak membalas. Sing tersenyum simpul. "Sudah kuduga," batinnya dalam hati. Situasi ini persis seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Sing menurunkan tangannya tanpa menyamarkan senyum, berganti menjulurkan tangan kirinya yang menenteng dua paper bag titipan Zayyan. Menyerahkan pada Leo yang menatapnya bingung.

"Ini dari Zayyan," ujar Sing disambut perubahan wajah dari Leo. Sing cukup peka untuk menyadari ekspresi Leo yang berubah saat dirinya menyebut nama Zayyan. Pemuda berparas rupawan itu menatap Leo datar, hanya sejenak setelah itu segera mengubah ekspresinya kembali, tersenyum ramah.

Leo meraih paper bag itu. Menelisik isi didalamnya, sebuah cake dan syal. Pandangan kembali menatap Sing dengan kerutan samar, meminta penjelasan lebih lanjut dari pemuda itu.

"Belakangan cuaca sedang dingin jadi gunakanlah syal itu," kata Sing terjeda. Pemuda itu diam sejenak, mencoba mengingat pesan Zayyan sebelum dirinya berangkat tadi.

"Ah, dan cake nya, rasanya manis kau bisa makan setelah selesai latihan itu bisa meningkatkan moodmu begitu katanya."

Leo menatap isi paper bag itu bergantian. Senyum teramat tipis terulas diwajahnya. "Kenapa dia tidak datang sendiri?"

"Dih, dikasih hati minta jantung," cibir Sing dalam hati.

Sing menghembuskan nafas, terlepas dari rasa kesalnya pemuda itu tetap berusaha mempertahankan senyum sebisanya. "Aku Sing," ujarnya memperkenalkan diri. Leo mengganguk pelan. "Aku tau."

Memories [ Zalesing ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang