Pengakuan Intensi

Start from the beginning
                                    


Pia terkekeh. Melirik Annand yang terlihat bahagia kembali mengunyah, "Wah.. ternyata sekarang kalian saling memberitahu jadwal kelas."


Meera berdecak, "Nah aku menyuruhnya datang ke sini hanya karena aku menitip makan siang untuk kita berdua yang terlalu sibuk mengurung diri di workshop. Jadi, berterima kasihlah.." Meera melebarkan senyum pada sang sahabat.


"Terima kasih, Annand!" Sahut Pia terang-terangan.


"You're welcome, Pia.." jawab Annand dengan mulut penuh di balik punggung Meera.


"Maksudnya padaku, bukan padanya!" protes Meera yang akhirnya menoleh ke belakang. Gadis itu langsung terlonjak dari bangku sambil memegang dadanya yang seketika berdegup sangat kencang, "Annand! Sejak kapan kau duduk disitu? Astaga!" pekiknya. Meera benar-benar terkejut juga merasa malu, teringat apa yang telah keluar dari mulutnya sejak tadi.

Bisa-bisanya aku tak menyadari ada seseorang di belakangku!


Annand tersenyum lebar. "Cukup lama sampai aku bisa menghabiskan burgerku.." jawabnya. Ia mengambil burger lain di dalam papper bag dan memberikan pada Pia terlebih dahulu. 

"Your lunch, Angel.." Kini Annand menyodorkan pada Meera. Tapi gadis itu kini malah menunduk, menyembunyikan wajahnya yang merona diantara helaian rambut sambil terus memegangi dada. Annand semakin gemas dengan gadis di hadapannya.


Pia yang merasa pasangan itu perlu privasi, memutuskan untuk menyisihkan diri sementara waktu. "Meera, aku ke toilet!" gadis itu menghilang bersama burger ditangan, dengan cepat.


"Mee-"


"Silent.." cicit Meera yang juga belum mengangkat wajah. "Kyun?" tanya Annand perlahan, yang masih saja tersenyum. Ia berlutut di samping Meera dan menyingkap rambut yang menghalangi wajah gadis itu ke belakang telinganya. Sentuhan lembut Annand yang dirasakan Meera, membuat jantungnya terus berdetak tak karuan.

Mata Meera ternyata tertutup. Gadis itu terlihat sedang mengatur napas dengan perlahan. Wajah Meera yang damai menjadi pemandangan indah tersendiri bagi Annand. Tatapannya tak teralihkan, bahkan ia sanggup hanya menatap Meera seharian sampai lututnya lemas.

Hingga akhirnya, perlahan Meera membuka iris coklat kehijauan itu. Menoleh pada laki-laki yang masih menatapnya tanpa berkedip. Tatapan yang secara aneh dapat menyentuh langsung ke hatinya. "Berhenti menatapku seperti itu.." bisik Meera.


"Seperti apa?" tanya balik Annand, tanpa mengindahkan ucapan Meera.


"Seperti... Aku adalah satu-satunya yang ingin kau tatap seumur hidupmu, Annand." Meera menggigit bibirnya gugup, membuat laki-laki di sampingnya mengukir senyum. Menatap terpesona gadis yang telah merenggut hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.


"Jika aku mengatakan, kau adalah satu-satunya wanita yang ingin aku tatap dan ingin aku miliki seumur hidupku, apa jawabanmu, Meera?"


Mata Meera membulat, kedua pipinya terus memanas. Debaran pada jantung kembali membuat napasnya tersenggal. Ia tak menyangka laki-laki tampan dan pujaan para gadis di kampus malah tiba-tiba menyatakan perasaan padanya. "Annand-"

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now