"Desa ini?" Ezran menatap sekeliling desa yang nampak asri.

"Arun...." Ezran menyebut nama Arun pelan dan itu terdengar di telinga Asiyah. Aisyah yang mendengar Ezran menyebut nama seseorang pun langsung menoleh dan melihat ke arah Ezran dan bertanya tentang nama yang di dengarnya.

"Arun? Siapa Arun?" tanya Aisyah menghampiri Ezran.

"Bukan siapa-siapa. Lebih baik sekarang kita ikut ketua pembingbing, karena pembingbing kita akan menunjukkan tempat di mana kita akan tinggal sementara waktu di sini."

"Tapi Ezran kamu jawab dulu pertanyaanku barusan, siapa itu Arun?" tanya Aisyah kembali yang ternyata masih penasaran dengan nama Arun.

Di tempat lain saat ini Arun tengah sibuk menyiapkan ruang kosong di rumah tetangganya untuk tempat tinggal sementara untuk para malaikat yang akan melaksanakan KKN.

"Arun cepat sepertinya mereka sudah sampai," ujar sang pemilik rumah yang merupakan kepala sekolah di mana Arun mengajar anak TK.

"Ini sudah selesai, Bu."

"Kalau sudah selesai. Ayo kita sambut mereka."

Arun mengangguk, ia pun segera menyiapkan air minum dan juga beberapa cemilan untuk menyambut para tamu. Dari jumlah KKN di sana ada 10 orang. Lima perempuan dan lima orang laki-laki. Tugas dan program apa yang akan mereka jalankan Arun tidak tahu. Namun di pastikan dari jumlah orang yang akan KKN di salah satu antara mereka akan ada yang membantu mengajar di sekolah di mana Arun mengajar.

"Assalamu'alaikum." serentak pada mahasiswa itu mengucapkan salam ketika sudah sampai. Dan satu persatu di bawa pembingbing mereka masuk satu persatu.

Deg

Jantung Arun berdetak kencang ketika tatapannya terpaku pada satu orang yang kini sedang menatapnya dengan secara intens.

"Ezran, bagaimana dia ada disini?" tanya Arun dalam hati dengan tangan menggenggam nampan berisi air itu dengan erat.

"Arun.... Dia ada disini. Pantas saja aku merasa tidak asing dengan jalan dan nama desa ini. Ternyata benar, ini adalah kampungnya Arun," batin Ezran.

"Ezran? Kenapa kamu diam saja di sana. Cepat kemari!" ketua pembingbing memanggil Ezran. 

Ezran yang merasa namanya di panggil pun segera masuk dan ikut duduk bersama dengan mahasiswa yang lain dan mereka pun mulai membicarakan tentang niat mereka yang ingin menginap di rumah tersebut.

***

"Terimakasih Arun karena sudah membantu ibu."

"Iya, Bu Eli. Arun kan di sini juga sebagai guru anak-anak. Jadi wajar bantu-bantu ibu disini nyambut pada mahasiswa yang akan melaksanakan KKN."

"Iya kamu benar. Harusnya kamu juga kuliah Arun. Biar nanti bisa naik pangkat."

"Iya Bu Eli. Tapi mau gimana lagi akses kita ke tempat kuliah jauh banget. Dan Arun juga gak bisa bawa kendaraan."

"Iya sih. Sudahlah kalau begitu kamu sudah bisa pulang."

"Iya Bu, saya pamit pulang dulu."

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Para mahasiswa yang sudah mendapatkan persetujuan dari RT RW setempat dan juga warga untuk menjalankan KKN pun di sambut hangat. Pada saat mereka semua sedang mengelilingi desa untuk berkenalan dengan para warga dan kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan dengan para warga desa nanti. Pada saat itu dijadikan kesempatan buat Ezran menemui Arun. Jujur saja sampai saat ini Ezran belum bisa melupakan Arun. 

"Ezran, kenapa sejak tadi kamu diam saja?" tanya Aisyah.

"Tidak apa-apa, aku hanya merasa tidak asing saja dengan desa ini."

"Kamu pernah ke sini?" tanya Aisah penasaran.

"Dulu aku punya seorang teman yang berasal dari desa ini dan waktu itu aku ingin ke desa ini untuk mengantarkannya pulang. Tapi gak jadi karena ada insiden."

"Kejadian apa itu?" 

"Begal, waktu itu kami mendapat serangan."

"Lalu bagaimana keadaan temanmu sekarang?" tanya Aisah lagi.

"Sekarang keadaannya baik-baik saja, untuk itu aku ingin menemuinya dan menanyakan kabarnya."

"Oh ya temanmu itu laki-laki atau perempuan?" Aisyah penasaran dengan teman Ezran yang merupakan  penduduk desa ini.

"Perempuan."

Aisyah terdiam dengan jawaban Ezran, ada perasaan takut dalam hatinya. Jika Ezran mempunyai perasaan itu kepada teman perempuannya.

"Kalau begitu ayo temui temanmu itu," ucap Aisah. Sungguh Aisyah penasaran, apakah tebakannya benar atau tidak jika Ezran memiliki perasa pada temannya itu.

"Aku akan menanyakan rumahannya kepada salah satu warga di sini," balas Ezran. Lalu ia pun melangkahkan kakinya untuk bertanya kepada warga disana.

"Assalamu'alaikum, Bu permisi bolehkah saya bertanya. Apakah ibu tau dimana rumah yang bernama Aruna?" tanya Ezran.

"Ouh neng Arun ya, calon istrinya A Fajar."

Ada perasaan sesak dalam dada Ezran ketika ibu-ibu yang ditanyanya mengatakan jika Arun adalah calon istri orang yang bernama Fajar.

"Iya Bu," balas Ezran pelan.

"Itu rumahnya paling ujung, paling dekat sama kebun. Eh bukannya ini mahasiswa yang mau KKN ya. Tanya rumah Arun ada keperluan apa?" tanya ibu-ibu itu penasaran.

"Terimakasih Bu, saya ini temanya Arun sewaktu Arun PKL di kota," balas Ezran dengan senyum ramahnya.

"Oh iya, sekalian mau menghadiri acara pernikahan Arun juga ya. Acaranya kan sebentar lagi, sekitar tiga mingguan lagi," terang ibu-ibu itu dan hal itu semakin membuat harapan Ezran ini adalah mimpi semakin menipis.

"Kalau begitu saya permisi dulu Bu." Ezran dan Aisah pun meninggalkan ibu-ibu pemilik warung yang Ezran tanyai alamat Arun itu.

Dari percakapan Ezran dan ibu-ibu itu. Ada perubahan ekspresi Ezran yang kentara dan Aisyah bisa membacanya. Ada perasaan sedih dan juga tidak rela dalam mata Ezran.

"Kenapa wajah Ezran terlihat sedih ketika mendengar gadis yang bernama Arun itu akan menikah," batin Aisyah.

"Ezran!" panggil Aisah.

"Hm."

"Kamu yakin mau menemui gadis itu."

"Iya," balas Ezran singkat. Ia sudah siap untuk bertemu dengan dengan Arun dan berbicara.

Dan pada saat Ezran berjalan mencari rumah Arun. Dari jaran lima meter Ezran bisa melihat wajah Arun yang sedang di halaman rumahnya. Tampak Arun sedang membantu ibunya memetik sayur yang ditanam di halaman rumahnya.

"Arun!" panggil Ezran pelan.

Arun yang merasa namanya di panggil pun menoleh dan keduanya pun saling menatap satu sama lain. Dengan langkah pelan Ezran pun melangkah menghampiri Arun diikuti Aisyah dibelakangnya.

"Ezran...." Arun terkejut melihat kedatangan Ezran ke rumahnya. Arun pikir ketika mereka bertemu di rumah Bu Eli. Ezran tidak akan menemuinya sampai ke rumah.

Namun belum sampai Ezran menemui Arun seseorang sudah menahan tangannya.

"Kamu ngapain ke sini? Mau ganggu calon kakak ipar ku ya? Jangan harap!" sentak Selvi menatap Ezran dengan tatapan tajamnya.

Aisyah yang berada dibelakang Ezran terkejut mendengar suara tegas Selvi yang lancang memegang tangan Ezran.

"Hei kamu siapa? Tiba-tiba datang dan sembarangan pegang tangan orang itu gak sopan," tegur Aisyah.

"Heh kamu jangan ikut campur ya...." belum selesai Selvi mengatakan kalimatnya. Arun sudah bersuara menengahi perdebatan yang akan baru saja dimulai.

"Selvi," tegur Atin.

"Apa Arun, kamu mau balikan lagi sama cowok ganteng ini dan membatalkan pernikahanmu dan kakak ku, iya!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Takdir cinta seorang Mualaf Where stories live. Discover now