0.4 𝙆𝙊𝙏𝘼𝙆 𝘽𝙀𝙆𝘼𝙇

Mulai dari awal
                                    

°•°•°•°•°•°•°•°•°

Setelah acara pertengkaran kecil kedua kakak beradik itu, kini terlihat Darya sedang melihat lurus langit-langit kamar nya yang berwarna biru, entahlah rasa nya belum mengantuk saja padahal sekarang hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Perlahan Darya menoleh ke samping mendapati wajah sang kakak yang sedang tertidur pulas,sungguh rasa nya begitu damai melihat wajah kakak nya itu.

"Abang" Gumam nya pelan,tak di sangka perlahan kedua sudut bibirnya terangkat menjadi sebuah senyuman yang begitu tipis.

Tangan mungil nya perlahan terangkat mengelus lembut Surai hitam sang kakak dengan begitu sayang.

"Hari ini abang pasti lelah ya?maaf...,Darya sudah buat abang marah tadi." Ujar nya dengan begitu pelan,dengan tangan yang masih mengusap lembut helaian rambut sang kakak.

"Darya hanya ingin tau bang...,kata bapak masakan ibu itu sangat enak,Dar-Darya hanya ingin tau kok tidak lebih"

Bocah Itu menarik nafas panjang,lalu menghembus kan nya secara perlahan, menatap lekat wajah sang kakak dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Abang tau? Darya itu sangat sayang kepada Abang, tetapi abang selalu saja marah-marah"
Ucap Darya ditambah kekehan samar terdengar di ujung Kalimat nya.

"Darya harus apa biar abang tidak marah terus."Gumam nya memainkan ujung rambut sang kakak.

Darya beralih menatap gelang yang terpasang cantik di pergelangan tangan nya, yang terlihat sangat mungil itu."Ibu tau tidak, alasan abang selalu kesal melihat Darya?." Tanya nya,dengan kedua manik mata yang terus menatap gelang yang sedikit lusuh itu terpasang di tangan nya.

"Abang..., Darya ingin sekali melihat Abang seperti kakak pada umumnya, Darya kadang iri kepada teman Darya yang di sayang sama kakak nya ." Ucap nya dengan suara melemah.

Setelah mengucapkan kalimat itu,Darya beralih duduk dengan sandaran bantal di belakang kepala nya, menatap gelang yang berada di tangan nya,entah apa yang bocah itu pikiran sekarang.

"Tapi tidak apa kok Bu,kasih sayang Abang sudah lebih dari cukup untuk Darya,ibu tau?tadi siang Abang ke kelas Darya, dan kita memakan bekal buatan bapak saat jam istirahat tadi loh." ucap nya riang, dengan sudut bibir terangkat tinggi, mengingat momen di sekolah tadi.

Darya selalu bercerita tentang kehidupan sehari-hari nya kepada gelang tersebut,karena gelang itu adalah peninggalan sang ibu kepada nya kata bapak,tentu saja Darya menjaga nya dengan sangat baik.

"HAH YA AMPUN." Pekik nya sangat deras dengan kedua mata yang membulat lucu.

Tersadar dengan apa yang ia lakukan barusan,Darya menoleh ke arah sang kakak,Darya menghembus kan nafas lega untung saja Danu tidak terbangun dari tidur nya, karena teriakan nya yang sangat nyaring menusuk Indra pendengaran itu.

"Bagaimana aku bisa lupa,hufftt..." Ucap nya sambil menggaruk tengkuk yang tidak terasa gatal.

Perlahan Darya melompat dari ranjang nya dengan sangat hati-hati, kedua manik mata nya mengedar mencari objek yang saat ini dia cari.

"Ahhh itu dia."Pekik nya senang.

Setelah menemukan tas sekolah nya, Darya bergegas membuka dan mencari suatu barang yang ia simpan di tas sekolah nya tadi.

"Hehe untung Darya tidak lupa." Ucap nya riang setelah menemukan kotak bekal di dalam tas sekolah nya.

Yaa!!!, yang Darya cari adalah kotak bekal nya yang ia bawa di sekolah tadi, bagaimana ia bisa lupa kalau di sekolah ia berkata akan mengabadikan momen langka yaitu makan bersama kakak nya,walau hanya yang di abadikan hanya kotak bekal saja tetapi itu akan menjadi kenangan yang terindah yang akan Darya ingat.

"Sekarang yang diperlukan hanya ponsel,hmm...apa Darya ambil ponsel bapak?terus nanti di kembalikan lagi?" Gumam bocah itu sendiri, sambil mengusap-usap dagu nya.

"YAAA... keliatannya itu ide yang bagus Darya, kau memang anak yang pintar hihihi." Ucap Darya dengan terkikik geli di ujung Kalimat nya.

Perlahan dengan sangat teletan Darya melangkah menuju kamar bapak,sebaik mungkin ia berusaha agar tidak menimbulkan suara yang akan bisa membangun Abang dan ayah nya itu.

KREKKK.

Darya langsung menutup mulut kecil nya dengan sangat panik, bagaimana bisa pintu kamar bapak ini bersuara sangat keras tidak sama seperti pintu kamar nya dan sang kakak,sangat menyebalkan bukan?.

"Ahh,ini dia."Ujar nya dengan senyuman yang mengembang.

Setelah mendapatkan ponsel bapak Darya segera pergi ke kamar nya lagi. Bocah itu terlihat sedang mengontak antik ponsel yang berada di tangan nya,sungguh ia belum pernah menggunakan benda seperti ini walau sudah sering melihat nya.

"Mana ya kamera nya,Darya bingung sekali," Ujar nya sambil menggaruk kepala belakang nya.

Beberapa menit ia masih berkutat dengan ponsel tersebut, sampai dimana menemukan tombol kamera di layar ponsel tersebut.

"WOAH...bagus sekali hasil nya hihi." Ucap nya setelah mengambil beberapa foto dari kotak bekal nya yang berwarna biru muda itu.

"Sekarang sudah selesai." Dengan semangat, Darya kembali meletak kan ponsel bapak ke dalam kamar nya,dengan hati yang sangat senang Darya membaringkan badan mungil nya di atas ranjang yang menurutnya sangat nyaman itu

Terlihat hari sudah menunjukkan pukul dua belas malam, Darya segera mengambil selimut nya yang bergambar Doraemon itu, untung nya besok adalah hari Minggu jadi tidak repot-repot bangun pagi hari.

"Selamat malam bang Danu."Ucap Darya sambil mengecup singkat pipi sang kakak.

Ia mulai merebahkan tubuhnya di samping Danu, perlahan kedua kelopak mata nya tertutup seakan menikmati iringan hujan deras yang mengguyur permukiman desa tersebut.

_______________________________________________

°°°°°°°°°

YO!! YO!!, VOTMEN NYA SENG KU ♡
Vote and komen itu semangat nya
Para author seng ,kalian udah votmen aja
Aku udah semangat lagi buat nulis, jadi tinggalkan jejak kalian dengan cara vote and komen nya yaaww !!
Btw maaf chap ini pendek dulu ya hhe...

GJ banget ga sih seng? Semoga chapter ini memuaskan ya,kalau ada typo tolong di tandai okey?

pesan buat Darya ⭐:
Pesan buat Danu 🌙 :

Next gak nii??

Darya Dewantara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang