Perasaan

60 7 9
                                    

Note:

-Alur cerita chapter ini dari sudut pandang Mammon.

-Tidak ada MC!

-Enjoy! Jangan lupa vote dan komen! (Gw maksa)
____________________________

Lelah..

Jika ada yang bertanya bagaimana perasaan Mammon saat ini, maka 'lelah' adalah jawaban yang tepat.

Dia lelah berpura-pura ceria, dia lelah berpura-pura tertawa, dia lelah berpura-pura semangat, dia lelah berpura-pura seolah semuanya baik baik saja..

Dia menatap pantulan dirinya dikaca, melihat luka cambukan, memar, pukulan, sayatan entah dari hukuman Lucifer, kemarahan saudara-saudaranya yang lain atau hanya karena perkelahian kecil dengan iblis acak yang tak terima kalah saat judi dengannya.

Mata sapphire itu tampak redup, sangat berbeda dengan tatapan penuh semangat yang biasa ia berikan. "Sakit." sepatah kata keluar dari bibir sang Avatar Of Greed, hanya kata-kata biasa, namun memiliki beribu-ribu rasa sakit di dalamnya.

Tok! tok! tok!

Perhatian Mammon teralih pada pintu kamarnya, ia memandanginya beberapa saat sebelum saudaranya berbicara, "Mammon, ayo turun, makan malam sudah siap." Beelzebub, Avatar Of Gluttony memanggil.

"Sebentar, Beel!" Mammon bergegas menggunakan pakaiannya, menutup bekas luka di tubuhnya dengan kaos dan jaket, sesekali meringis pelan saat kain itu menyentuh luka baru yang belum kering.

Seusai mengenakan pakaiannya, Mammon segera menuju meja makan, ia bisa melihat saudara-saudaranya yang sudah berkumpul dimeja makan sambil melakukan berbagai hal yang biasa.

Levi yang memainkan game console nya sambil mengunyah sepotong daging lengkap dengan garpu yang bertengger di bibirnya, Asmo yang sibuk merias dirinya sendiri, Satan yang membaca buku, Beel yang mulutnya penuh dengan daging namun tangannya tetap bergerak untuk meraih daging lainnya, Belphie yang tidur dengan memeluk bantal kesayangannya, yaa sebentar lagi juga dibangunin Beel.

Lucifer, sang anak tertua hanya memandangi mereka semua untuk memantau, manik merahnya melirik ke Mammon saat dia duduk ditempat duduknya yang berada di sisi kiri sang Avatar Of Pride.

Mammon hanya menatap kearah daging dipiringnya, tampak lezat dan baunya enak, namun entah kenapa tak mampu menggugah selera makan sang Avatar Of Greed.

"Mammon, kau akan makan atau hanya akan menatapnya?" pertanyaan Lucifer membuat Mammon yang sedang fokus dengan pikirannya sendiri tersentak.

"A-ah, ya tentu saja aku akan makan!" tangannya dengan cepat meraih garpu dan pisau, memotong daging di piringnya dengan terburu-buru, memasukkan potongan daging itu ke mulutnya. Lucifer akhirnya mulai memakan makanannya sendiri setelah melihat adik pertamanya makan.

Acara makan malam itu berjalan seperti biasa walau lebih tenang karena Mammon tidak berulah, namun hal itu malah membuat Lucifer mengernyit, bingung.

"Mammon." panggil Lucifer namun tak digubris oleh sang empu, "Mammon." kali ini lebih penuh penekanan, namun tetap diabaikan, Mammon hanya menusuk nusuk sisa daging dipiringnya, tidak memiliki niat untuk memakannya.

"Mammon." kali ini bukan panggilan namun perintah, membuat iblis dengan surai putih itu tersentak dan menolehkan kepala, melihat kearah sang sulung.

"Ya? Lucifer?" tanya Mammon gugup, "kau tampak lesuh akhir-akhir ini, apa kau tidak bisa melunasi hutangmu?" Mammon menatap Lucifer tak percaya, mulutnya terbuka untuk memberi pembelaan atau sesuatu sebelum suara serta tawa Leviathan memotongnya.

"Tentu saja Lucifer, emang apa yang bisa membuat Mammon sedih jika bukan soal uang?" ujar Leviathan sambil tertawa. "Ya ampun, Mammon. Kau harus berhenti membuat masalah." Asmo menimpali. "Belajarlah menjadi dewasa, Mammon." lanjut Satan dengan suara sarkas.

"Aku!-"

"Jika kau mau, kau bisa meminjam uangku dulu, Mammon" tawar Beelzebub namun Belphie mencegahnya "jangan, Beel. Dia harus belajar untuk mengurus dirinya sendiri" balas Belphie.

"Dengarkan aku!-"

"Apa yang ingin didengar, Mammon? Kau selalu seperti itu!" Levi mencela, membuat Mammon mengepalkan tangannya penuh amarah. Mammon menundukan kepalanya, menatap kepalan tangannya sendiri, kuku-kukunya menusuk telapak tangannya.


"Kalian tidak mengerti.." Mammon berdiri, meninggalkan saudara-saudaranya yang hanya diam, menatap kepergiannya.

***

Clek!

Mammon berjalan dengan lesuh kekasurnya, merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Air mata mulai mengalir dari mata sapphirenya, isak tangis bergema diruang yang sunyi itu. Mammon memeluk erat kedua kakinya, pundaknya gemetar.

Untung lah kamar miliknya kedap suara, sehingga isak tangisnya tidak terdengar di luar.

Dia lelah..

Dia lelah tidak didengarkan seperti ini...!

Dia hanya ingin didengar..

Dia ingin dianggap serius.

Dia...

Cukup dengan semua ini...

____________________
To be continue...

Back To Where You BelongHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin