Suatu hari So eun terkejut dengan dirinya yang tiba-tiba tidak bisa menghilang seperti biasanya. Ia juga tak bisa masuk ke dalam bunga, dipaksa pun tak bisa. Ia menatap telapak tangannya tampak seperti berpikir. Ia tambah terkejut lagi saat melihat kelopak bunga mawar putihnya satu persatu gugur jatuh diatas meja. Melihat hal ini ia langsung bergegas kembali ke unit apartemennya untuk berganti baju dan pergi ke kantor Kim bum. Ia juga berkali-kali mencoba berputar mengganti bajunya secepat biasanya juga tidak bisa. Untungnya So eun sampai di kantor saat jam makan siang dan Kim bum masih ada di ruangannya.
"Direktur, Nona So eun ada disini," Si Woo laporan.
"Mwo?," Kim bum terkejut karena ini pertama kalinya So eun datang ke tempat kerjanya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Persilahkan dia masuk dan tinggalkan kami berdua! Jangan ada yang masuk!," perintah Kim bum.
"Baik, Direktur," Si Woo menurut dan segera pergi.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu dan masuklah So eun tampak seperti buru-buru. Kim bum segera beranjak dari kursi dan menyambut So eun yang tiba-tiba memeluknya.
"Apa yang membuatmu kemari hm?"
"Kim bum, kekuatanku hilang. Aku sudah tidak bisa lagi masuk ke bunga, menghilang apalagi melakukan hal secepat kilat. Aku benar-benar tidak bisa apa-apa."
"Jinjjayo?"
So eun diam, ia tampak ngos-ngosan karena berlari ingin segera memeluk kekasihnya. Ini benar-benar pertama kalinya terjadi dan membuatnya takut.
"Apa kutukan itu sudah hilang?"
"Aniyo. Kutukan itu akan benar-benar hilang saat kita menikah."
"Oh begitu....."
"Tapi, Bum-ah......," So eun mendongak menatap dalam Kim bum bersiap mengutarakan ketakutannya.
"Wae?"
"Saat pertanda ini muncul dan aku tidak segera dinikahi, aku akan mati," So eun berlinang air mata.
