22 | Suami-Istri

1.2K 127 32
                                    

Warning 🔞🔞🔞
Hehehe

***

Suara derap langkah yang saling bersahutan, suara orang bercakap-cakap, dan suara pengumuman yang berkumandang setiap menit memenuhi setiap sudut bandara Soekarno-Hatta, bandara paling sibuk di Indonesia siang itu. Namun, hiruk pikuk tersebut tidak mampu mempengaruhi Kaiya untuk mengalihkan fokusnya dari layar ponsel yang sedang menelepon Aiden.

Sejak turun dari pesawat, menunggu bagasi, hingga sekarang berada di pintu keluar terminal, panggilan teleponnya belum juga mendapatkan respons. Pesan yang dia kirim sejak masih di Labuan Bajo pun masih berstatus centang dua abu-abu, yang artinya Aiden belum membukanya.

"Masih belum ada kabar dari Aiden?"

Kaiya tersentak saat Airlangga mengajaknya bicara. Pria itu berdiri di samping Kaiya dengan satu tangan memegang handle troli dan satu tangannya yang lain dimasukkan ke dalam saku celana.

Gelengan kepala menjadi jawaban Kaiya atas pertanyaan sang kakak ipar. "Dia kalau lagi latihan, jarang lihat hape. Seringnya, hape-nya masih di dalem tas sampai latihannya selesai."

Sesuai dengan percakapan mereka beberapa hari lalu di Labuan Bajo, Kaiya akhirnya ikut pulang ke Jakarta bersama Airlangga. Yang itu artinya, dia pulang tiga hari lebih cepat dari jadwal aslinya.

"Yaudah, saya anterin aja. Mobil saya ada di sini," putus Airlangga.

"Nggak apa-apa?" Kaiya menengadah guna menatap Airlangga yang tingginya melebihi Aiden.

"Kenapa harus apa-apa?" Airlangga balas menoleh.

"Takutnya nanti jadi berita lagi."

"Halah." Airlangga mengibaskan tangannya. "Media bakal terus cari berita murahan, meskipun saya nggak antar kamu pulang sekarang. Saya sudah kebal sama hal kayak gitu."

"Tapi, aku enggak."

Airlangga terdiam mendengar tanggapan Kaiya. Seketika, rasa bersalahnya muncul bersamaan dengan Kaiya yang tiba-tiba menundukkan kepalanya. Dia lupa kalau adik iparnya itu bukan berasal dari kalangan public figure yang terbiasa dengan sorot kamera dan gosip.

"But, you are Aiden's wife now. You are the part of Gumilang's family. Like it or not, you have to get used to it. I'm sorry," jawab Airlangga sambil menepuk pundak Kaiya pelan.

Kaiya mengangkat kepalanya dan menatap Airlangga lagi. Sorot mata Airlangga yang biasanya teduh, kini berubah menjadi tegas tapi tampak adanya rasa bersalah di sana. Kaiya pun mengangguk mengiakan.

"Let's go. Kalau kelamaan di sini, kita bakal kena paparazzi lagi."

Tanpa menunggu jawaban Kaiya, Airlangga sudah menarik koper miliknya dan milik Kaiya, lalu beranjak dari tempat mereka berdiri menuju area parkir inap. Pria itu berjalan terlebih dahulu dengan langkah lebarnya, sehingga Kaiya mau tidak mau harus menyusul beberapa langkah di belakangnya.

 Pria itu berjalan terlebih dahulu dengan langkah lebarnya, sehingga Kaiya mau tidak mau harus menyusul beberapa langkah di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Us, Then? ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang