2. BaEgu !!!

93 53 59
                                    

"Amarah adalah api yang membara dalam diri kita. Namun, kita memiliki pilihan: membiarkannya menghanguskan atau menjadikannya pendorong transformasi. Kita adalah arsitek emosi kita sendiri, tentukan bagaimana api itu membakar."

"Baiklah pertama berita buruk dulu, manager tim voli kita mengundurkan diri," ucap Lucas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah pertama berita buruk dulu, manager tim voli kita mengundurkan diri," ucap Lucas

Seluruh anggota tim voli yang berada di dalam gym tersentak tak kala mendengar ucapan Lucas.

Berbeda dengan lainnya, Aldrich tersenyum tipis.
"Menurutku itu gak masalah, selama ini aku juga gak begitu menyukainya," ucap Aldrich

"Hmm kali ini aku setuju padamu !" sahut Eun Ho

Jihoon mengambil bola voli yang tepat berada di depannya"Jadi bisa dibilang ini bukan berita yang buruk, mungkin...cukup buruk?"

"Tapi aku penasaran apa yang membuatnya keluar" yisoo mengetukkan jari telunjuk nya di pelipis, menandakan ia tengah berfikir.

"Mungkin gak tahan sama perilaku Eun Ho dan Aldrich haha," ucap Jihoon sembari melempar bola voli ke arah Yisoo

Yisoo menangkap bola itu,"Pftt...kau benar, aku juga terkadang ingin memukul mereka seratus kali dengan bola voli"

"HAH ?!" pekik Aldrich

"Hahaha, kau akan beri toss seratus kali padaku kak Yisoo?" tanya Eun Ho

Yisoo menatap Aldrich dan Eun Ho tajam,Yisoo mencicit pelan, "Kalian berdua memang orang aneh"

"Lalu berita baiknya..."

Semua mata berbinar menunggu lucas menyelesaikan ucapannya.

"Huuh jantung ku berdebar sekali, Apakah aku bakal diundang untuk jadi pemain tim nasional?"

"Tidak, tapi tim voli kita mendapatkan undangan untuk turnamen besar bulan depan! Ini kesempatan bagus untuk menunjukkan kekuatan Hanlim." di akhir kalimat nya, Lucas mengulas senyuman lebar

"Lucas, kau beneran gak bohong kan ?," Tutur Eun Ho

"Tidak, aku serius."

"Whoaaaaa, aku gak percaya ini ! Mantap banget !." Eun Ho meloncat kegirangan.

"Huahahaha, aku akan jadi pemain utama nanti !" sorak Eun Ho

"Katakan itu jika kau sudah bisa servis" ujar Aldrich

Eun Ho menatap Aldrich tajam, kini hidung dan pipinya memerah, Eun Ho mendekat pada Aldrich dan menjewer daun telinga lelaki itu.

"HEI KALIAN !" bentak Lucas

Semua anggota dalam gym menganga saat melihat Lucas meninggikan suaranya. Eun Ho menghentikan perilakunya dan duduk bersila dengan kaki yang sedikit bergetar. Bukankah kapten memang harus sedikit lebih tegas?.

"Jadi kita bakal latihan lebih intens, persiapkan diri kalian," lanjut Lucas

"Tapi bukankah dengan ini kita butuh manager?"

"Iya, kau benar. Aku punya ide dengan buat laman rekruitmen untuk manager kita"

"Aku tidak mengerti," tanya Eun Ho

"Otak mu kopong ya?," ujar Dajoon

Bibir lucas berkedut menahan tawa. "Begini, kurasa bukankah lebih baik jika managernya  siswa sekolah kita sendiri ?. Nanti kita akan buat formulir. Jadi apa sudah mengerti?"

Eun Ho menggaruk-garuk kepalanya."sedikit"

"Pokoknya aku ingin manager nya laki-laki yang pintar, berbakat , dan yang paling utama dia tidak berisik," ucap Aldrich

"Kau ingin mencari jodoh atau manager sih, kalau aku sih lebih baik managernya cewek, gak harus pinter yang penting dia pengertian dan kuharap dia cerewet," ujar Eun Ho

"Kau pikir kita sedang mencari ibu !"

"Dajoon, menurutmu bagaimana?" tanya Eun Ho penasaran

"Tak perduli gender, yang penting dia berguna"

"Ha..haha, iya kau benar Dajoon"

"Baiklah, cukup untuk hari ini, kita bisa latihan mulai besok, yang terpenting jaga kesehatan kalian!," seru Lucas

Ponsel Aldrich berdering sejak tadi. Namun ia menggunakan mode silent agar tak terdengar. Setelah kegiatan klub selesai Aldrich menyalakan motornya dan bergegas kembali ke rumah.

Aldrich tak lagi mendapati wanita tadi di rumahnya, hatinya merasa lega dan lebih tenang, Aldrich mengatur nafasnya untuk menjumpai sang ibunda.

Langkah Aldrich mendekati Diana, matanya penuh perhatian. "Bunda, katakan sekarang, apa maksud perkataan bunda dan wanita tadi ?" Tangan lembutnya menyeka air mata Diana yang kembali menetes.

Diana tersenyum pahit, "Wanita tadi ibumu, Nak. Dan kau harus tahu." Aldrich bersiap menghadapi kebenaran yang akan mengubah segalanya.

Aldrich mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit rumah dan kembali menurunkan pandangannya,"Jadi semuanya bukan bercanda?"

"Untuk apa bunda melakukan itu," jawab Diana

Aldrich menggertakkan giginya, bibirnya saat ini bergetar,"Ta-tapi wanita itu... berapa usianya ?"

"Sekitar 30 tahunan"

"Jika aku putranya, mengapa bukan dia yang merawat ku !"

Diana memegang kedua pipi putranya itu dengan kedua telapak tangannya,"Kau bisa membicarakan langsung dengannya, dia punya alasan, bunda harap Aldrich bisa memaafkannya"

"Aku tidak bisa janji dengan itu, aku tak perlu dia, selama ini yang kutahu bunda adalah ibuku, jadi untuk apa sekarang dia datang menghancurkan semuanya"

"Nak, jangan katakan itu, dia yang mengandung dan melahirkan mu , jadi bagaimanapun kau tetap putranya"

"Meski begitu aku tetap jadi anak Bunda kan? Bunda gak akan membuang ku seperti wanita itu kan?"

Diana merentangkan kedua tangannya, menanti pelukan dari putranya itu. Aldrich memeluk Diana erat. "Kamu putraku, dan selamanya akan terus begitu"


TO BE CONTINUED

BaEgu !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang