Dua belas - Ingatan

341 49 40
                                    

Pukul tujuh malam, Hongjoong masuk ke dalam mobil, dan menatap San yang sudah duduk di sampingnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pukul tujuh malam, Hongjoong masuk ke dalam mobil, dan menatap San yang sudah duduk di sampingnya. "Kamu yakin tidak ingin menginap?" tanyanya kembali memastikan.

"Iya Kak Hongjoong, ada yang harus San kerjakan," balas San dengan jawaban yang sama. "Maaf karena tak bisa menginap seperti biasanya, tapi yang ini tak bisa ditunda, jika San menundanya justru besok San tidak bisa menghabiskan waktu bersama Kakak."

"Yakin hanya itu? Kamu tidak merencanakan sesuatu, kan?" Hongjoong kembali bertanya, besok hari lahirnya, San seharusnya tahu ia tak suka kejutan malam-malam.

Karena, jika San merencanakan itu, berarti San akan datang malam buta ke rumahnya sendirian. Hongjoong tak menginginkan itu, waktu malam sangat berbahaya, ia tak ingin San sampai terluka hanya untuk menyenangkannya.

"San tak merencanakan apa pun, astaga. Besok San akan datang membawa kue ulang tahun buatan San," balas San.

"Baiklah." Hongjoong memutuskan untuk percaya, dan melajukan mobil untuk mengantar San pulang.

|

Pukul delapan, Hongjoong baru saja kembali dari rumah San. Niat hati ingin menemani San lebih lama, tetapi ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, begitu tidak nyaman. Apa ia masuk angin karena seharian main di pantai dengan kaos tipis?

Masuk ke dalam rumah, Hongjoong langsung menuju tempat di mana kotak P3K-nya disimpan. Mengambil termometer dan mengukur suhu tubuh, normal, tapi ia merasa ada sensasi panas dingin yang aneh, seperti gejala masuk angin.

Tubuhnya pun terasa berat, detak jantungnya lebih cepat dari biasanya, dan peluh mulai membasahi dahi. Untuk berjaga-jaga, Hongjoong meminum obat demam, dua sekaligus.

Jangan sampai ia sakit, besok San akan kembali datang. Ia tak boleh mengacaukannya, dan membuat San repot akan kondisi buruknya, yang bisa saja membuat San ikut tertular.

"Astaga, apa yang terjadi padaku sih?" kesalnya, waktu mengantar San tadi ia masih baik-baik. Kembali berjalan menuju kamar untuk beristirahat, berharap besok kondisinya sudah lebih baik.

🏝

Pukul sebelas lebih empat puluh lima menit. Hongjoong merasa kondisinya semakin buruk, peluh sudah membasahi baju bahkan bantal di bawahnya.

Tubuhnya terasa panas, detak jantungnya semakin cepat sampai terasa sesak. Napasnya terengah, dan ia begitu lemas, bangkit dari tempat tidur saja ia tak mampu.

Sial, bagaimana bisa ia sakit di saat seperti ini? San tak ada, kedua orang tuanya pun tengah mengunjungi rumah saudara. Ia sendirian, dan kini kepayahan.

Meraih ponsel di atas meja nakas pun tak mampu. Hongjoong kembali memejamkan mata, berusaha untuk tidur, tapi tubuhnya benar-benar terasa tak nyaman.

Our Destiny . JoongHwaWhere stories live. Discover now