Wang Yibo mengangguk lagi, dia menarik napas panjang kali ini. Handuk di pinggang dia gantikan dengan boxer, disusul celana panjang hitam tak lupa ikat pinggang.

Xiao Zhan membantu Wang Yibo memakai kemeja putihnya, mengancing dari bawah ke atas lalu memakaikan dasinya.

Begini rasanya punya pasangan. Dibantu berpakaian saja sangat menyenangkan, apalagi saling bantu meringankan beban kehidupan.

Sudah bertahun-tahun kebiasaan bangun pukul tujuh pagi telah Wang Yibo terapkan, tepatnya sejak Xiao Zhan pindah ke Amerika. Selama bekerja di perusahaan ayahnya, Wang Yibo bangun paling lambat pukul delapan, itu pun kalau malamnya dia hangout ke kelab malam. Jika pun berakhir tidur dengan perempuan, dia cuma menyewa kamar hotel tanpa menginap dan pulang ke apartemen untuk tidur, meninggalkan perempuan yang ditidurinya sendirian. Bersama Xiao Zhan, hangout dengan teman-teman, kelab malam dan tidur dengan perempuan tidak dia butuhkan lagi.

Dirasa rapi, jas hitam juga sudah dikenakan, Wang Yibo menghadap Xiao Zhan dan bertanya, "Bagaimana penampilanku?"

Lelaki itu mengalungkan tangannya di lehernya. "Kau sangat tampan," puji Xiao Zhan.

Wang Yibo tidak bisa menahan senyum lebarnya. "Kalau begitu, mana morning kiss-ku?"

Xiao Zhan pun mencium bibirnya. Agak merah pipinya saat ciuman tanpa nafsu itu diberikan. "Ayo!" Dia genggam tangan Wang Yibo.

Mereka pun berangkat, sepanjang jalan jari mereka saling bertautan.

***

Petang datang begitu cepat. Tumpukan kertas dokumen di atas meja juga sudah beres. Selesai sudah tugas CMO Wang Holding inc untuk hari ini. Wang Yibo sudah sangat siap untuk pulang, menantikan sambutan hangat Xiao Zhan dengan senyumannya yang menawan. Lalu, malam hari, dia berencana akan merayu Xiao Zhan untuk itu. Wang Yibo yakin, seperti lelaki gay kebanyakan, Xiao Zhan tidak akan sanggup menolaknya.

Tepat saat Wang Yibo melewati meja resepsionis, ponselnya bergetar, tanda panggilan masuk.

Dari nomor asing.

Alis Wang Yibo menukik tajam. Siapa? Dia bertanya-tanya. Seketika teringat pada kakak angkat Xiao Zhan. Tom ... siapa pun namanya. Dia mendengkus kasar sebagai tanda ketidakpedulian. Dalam pernikahan, selain gangguan dari pihak mertua, ipar juga tak mau kalah. Tidak bisakah dirinya tentram dengan Xiao Zhan. Sebentar saja, seperti di dunia cuma mereka berdua.

Semula Wang Yibo ingin menolak panggilannya, tapi entah bagaimana jarinya malah menekan ikon telepon hijau.

"Yibo," panggil suara bass di seberang, nadanya lembut.

"Zhanzhan?" Dia memastikan.

"Ya, ini aku, aku menggunakaan nomor lain," beritahunya.

Kekesalan Wang Yibo raib dalam sekejap, segera moodnya seperti tadi.

Xiao Zhan memberitahu, "Aku akan keluar sebentar, kemungkinan pulangnya pas awal malam."

"Oke ..." Wang Yibo masih mempertahankan senyum di wajahnya.

"Bila jam kerjamu selesai, segera lah pulang," pintanya.

"Baiklah."

"Aku sudah mempersiapkan makan malam untukmu."

Senyum Wang Yibo tambah lebar beberapa senti. "Zhanzhan, kau benar-benar istri yang baik."

Terdengar kekehan di seberang. "Panggilan istri hanya untuk wanita."

"Zhanzhan, kau benar-benar suami manis, pasangan hidup yang terbaik," ulang Wang Yibo, pujiannya tulus dari hati yang paling dalam, sedalam cintanya pada lelaki itu.

Tidak terdengar tawa seperti tadi, hening beberapa saat, Xiao Zhan lalu berkata, "Yibo ...."

"Ya, apa ada yang ingin kau katakan?" Wang Yibo membalas cepat.

"Tidak ada. Tidurlah di awal malam, jangan begadang," pesannya, lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Langkah Wang Yibo bergegas keluar kantor, dia mengantongi ponselnya, dan tersenyum secercah matahari senja yang menerpa wajahnya saat keluar dari pintu utama Wang holding inc.

***

"Aku pulang," ucap Wang Yibo ketika memasuki apartemen. Dia melepaskan jas sembari berjalan memasuki kamar.

"Zhanzhan?" panggil Wang Yibo, tangannya melonggarkan dasi yang melilit di leher.

Tak ada jawaban. Haus sepanjang perjalanan pulang membawa langkah Wang Yibo ke dapur. Barangkali Xiao Zhan ada di sana, sedang menyiapkan makan malam, seperti yang dikatakannya lewat telepon.

Dapur itu kosong. Tidak ada tanda-tanda Xiao Zhan meskipun Wang Yibo sudah memanggilnya dua kali saat menuju freezer. Mengambil air mineral dan minum. Di atas meja makan, tersaji makan malam dengan secarik kertas bertuliskan; Aku harus pergi lebih awal, bila kau sudah pulang segera makan sebelum dingin, sisanya bisa dipanaskan di microwave bila sudah dingin untuk makan malam jika kau masih lapar, lalu tidur biar besok pagi tidak kesiangan.

Wang Yibo tersenyum. Dia memandang cup aluminium persegi berisi lasagna di atas meja. Tadinya Wang Yibo ingin makan nanti, tapi makanan khas Italia itu aromanya sangat menggugah selera, tak bisa ditunggu nanti untuk disantap.

Dia segera menari kursi, mengambil garpu yang sudah tersedia dan mulai menyantap sambil membayangkan Xiao Zhan dan senyumannya yang manis. Susunan vertikal lembaran kulit lasagna yang empuk, lumer di mulut. Wang Yibo berani jamin, tak ada lasagna seenak buatan Xiao Zhan. Rasa manis, asam, dan gurih sekaligus dari tomat, wortel, daging sapi, jamur sebagai bahan utama. Jangan lupakan keju mozzarella-nya.

Di tengah aktifitas menikmati makanannya, Wang Yibo menyempatkan diri selca dengan lasagna yang sisa setengah. Dia memposting foto dirinya di Weibo dengan privasi hanya teman. Dengan caption; Tidak ada yang lebih enak selain lasagna buatan suami tercinta. Semenit saja, postingannya langsung mendapatkan love dan pujian dari Wang Zixuan.

Wang Yibo juga ingin mengirimnya pada Xiao Zhan, tapi dia urung lantaran tidak tahu nomor mana yang digunakan lelaki itu. Ini sudah yang ke empat kali Xiao Zhan menghubunginya dengan nomor yang berbeda.

Tinggal sedikit lasagna yang tersisa dimasukkan dalam freezer. Wang Yibo ingin menghabiskan semua, tapi dia sudah telanjur kenyang. Santai sebentar di meja makan, main ponsel sambil membalas komentar Wang Zixuan dan temannya yang satu circle. Sepuluh menit berselang, Wang Yibo menyudahi main hp. Tujuan selanjutnya pergi ke kamar mandi, membersihkan diri menjelang langit diliputi gelap sepenuhnya.

Sambil menggosok gigi di wastafel, Wang Yibo ingat pesan suaminya yang manis untuk tidur di awal malam. Dirasa cukup, dia berkumur dengan mouth wash. Lalu mencuci muka. Wang Yibo mesem cuma karena melihat dua sikat gigi dalam mug. Punyanya dan punya Xiao Zhan. Meringis saat perih dirasa lantaran matanya kena sabun cuci muka. Buru-buru membasahi wajahnya dan mulai mengaplikasikan basic skincare, toner dan pelembab. Andai Xiao Zhan ada, Wang Yibo ingin mengajaknya sama-sama pakai sett maks.

Dirasa cukup, Wang Yibo tersenyum sambil melihat pantulan dirinya di depan kaca. Rapi bersih dan wangi. Siap menunggu kepulangan Xiao Zhan. Lupakan tidur di awal malam, sebelum lelaki itu datang, Wang Yibo tidak akan tidur. Lebih memilih rebahan di tempat tidur sambil main ponsel, mencari informasi tentang Consigliere.

[]

FAKE MARRIED [ Complete ]Where stories live. Discover now