"Nanti akan aku jelaskan," Jawab Ace kemudian kembali bertarung karena para bandit mulai menyerang mereka berdua.

Satu per satu pria berbaju hitam jatuh tergeletak karena tebasan pedang Thalia dan Ace. Mereka kewalahan menghadapi Thalia, ilmu bela diri yang Thalia gunakan berasa asing dan aneh. Tapi jika terkena serangannya maka nyawa mereka melayang.

Tubuh Thalia sudah mulai beradaptasi dengan jiwanya, ia merasa tak terganggu lagi dan sekarang ia juga memakai pakaian yang ringan. Semua sudah mendukung Thalia bergerak semaunya. Sesekali Ace menatap Thalia dengan seringaian yang tak kentara, kedua mata merahnya terkesan tertarik dengan wanita lincah yang membantai manusia di depannya itu.

Tendangan maut Thalia berhasil mengenai titik vital yang berakibat pria itu jatuh dan tak bernyawa. Tersisa 2 lagi salah satu dari mereka berhasil di lumpuhkan Ace. Thalia kembali menebas kaki pria berbaju hitam tersebut hingga membuat dia berteriak kesakitan.

"Aku akan membereskan sisanya," Ucap Ace sambil mengikat kedua pria tersebut biar tidak kabur.

"Aku tak yakin mereka akan membuka mulut," Sahut Thalia kemudian membuang pedangnya. Penampilannya tampak kacau kali ini.

"Aku akan mengirimkan baju ganti untukmu," Kata Ace setelah ia tahu Thalia berdecak kesal melihat penampilannya.

"Terimakasih,"

***___***

Serangan mendadak di Rumah Sakit menjadi trending topic. Apalagi dengan adanya Thalia yang ikut turun membantu Pangeran Kedua dengan segala rumor buruknya membuat keduanya menjadi topik hangat. Thalia masih menunggu penjelasan Ace dan akhirnya ia berakhir duduk berdua di kedai rumah makan tak jauh dari Rumah Sakit.

Penampilan Thalia sudah kembali rapi dan bersih, ia tak mensia-siakan waktu istirahatnya untuk mandi dan mengganti pakaian yang di kirim oleh Ace—Thalia tersenyum saat menatap gaun pemberian Ace yang sesuai dengan seleranya, simpel, elegan dan anggun.

"Kerusuhan tadi benar-benar mengerikan, 15 orang melawan 2 orang sangat tidak seimbang. Apa jadinya jika salah satu dari kita tewas tertebas," Ujar Thalia bergidik ngeri—ia sudah cukup merasakan rasa sakit saat kematian merengut kehidupannya.

"Mereka pembunuh bayaran suruhan seseorang. Mereka di sewa untuk membunuhku," Jelas Ace dengan santai.

Thalia melongo menatap Ace tidak percaya, "Ternyata rumor itu benar. Selain terkenal berdarah dingin, ternyata kamu juga seorang buronan. Apa yang sudah kamu lakukan sampai menjadi target seseorang?" Tanya Thalia yang membuat Ace terkekeh karena penjelasan Thalia mengenai dirinya.

"Kau tidak takut berdekatan denganku setelah tahu akan rumor itu?" Tanya Ace—ia mengabaikan pertanyaan Thalia.

Thalia menghela nafas panjang. "Takut, itu sudah pasti. Tapi, aku tetap waspada jika aku berada di sekitarmu," Mata emas madunya melirik Ace. "Kau berbahaya," Gumamnya pelan hampir berbisik.

Ace masih dengan posisinya yang santai dan senyuman di bibirnya tidak pudar setelah mendengar perkataan Thalia.

"Sebenarnya bukan aku yang berbahaya, Thalia. Tidak hanya padamu." Bantah Ace, "Tapi, kemungkinan setelah ini. Kau juga akan menjadi target mereka, karena telah membantuku saat aku di serang tadi." Jelas Ace membuat Thalia terdiam.

"Hei, aku tidak melakukan apapun. Bahkan aku di sini hanya untuk bekerja, memajukan pelayanan RS dan membangun bisnisku. Tidak ada yang lain," Sergah Thalia kesal.

"Yah, mungkin karena faktor itu juga. Dengan adanya kamu yang mulai berkecimpung di RS ini. Akan membuatmu menjadi target mereka," Ace membenarkan posisi duduknya. "Dengar, aku di sini karena ingin menyelidiki sesuatu." Thalia diam menunggu Ace melanjutkan pembicaraannya.

"Kau masih ingat saat Raja Liam tempo hari memintamu ke RS di kota ini. Meskipun itu semua karena usulanmu ingin kesini demi mensejahterakan dan menyetarakan kasta rakyat, tapi di balik usulanmu itu kebetulan sekali kasus keguguran disini meningkat. Dan kebanyakan kasus larinya ke RS tempatmu bekerja," Jelas Ace.

"Lantas apa hubungannya dengan penyerangan tadi?" Tanya Thalia tidak mengerti.

"Aku sedang menyelidiki sebab keguguran tersebut. Mungkin orang akan berfikir itu alamiah karena faktor kecapekan, atau kandungan lemah. Tapi, banyak perempuan sehat tidak ada gejala pun ikut mengalaminya. Dan usia kandungan mereka saat keguguran juga sama semua. Mereka akan kehilangan bayinya ketika kehamilan memasuki usia 4 bulan," Papar Ace.

"Seperti keguguran yang sudah di rencanakan, begitu maksudnya?" Tanya gadis itu.

Ace mengangguk, "Kau benar. Aku curiga ada seseorang di balik semua ini. Selain menyelidiki kasus tersebut, aku juga sedang mencari pelaku utamanya,"

"Tapi, untuk apa mereka melakukan hal tersebut?" Tanya Thalia semakin penasaran.

Ace menggelengkan kepalanya. "Entahlah, aku juga masih belum tahu,"

"Lalu Ace, bagaimana dengan kedua orang yang tertangkap tadi? Apa kau mendapatkan informasi penting?" Tanya Thalia.

"Mereka bungkam dan lebih memilih mati dengan menggigit lidah mereka sendiri dan kehilangan banyak darah," Jawab Ace.

Thalia mengernyit, "Ouhh, pasti sakit. Mereka lebih memilih mati perlahan-lahan daripada berkhianat membocorkan rahasia tuannya. Sangat loyal sekali mereka," Dumelnya sambil memijit pangkal hidungnya.

"Aku dengar kau bisa membantu persalinan?" Tanya Ace.

Kemudian di sambut anggukan Thalia, "Iya aku bisa meskipun itu terjadi dalam kondisi sangat memprihatinkan," Thalia tersenyum tipis. "Aku menyukai momen saat kelahiran berlangsung. Bagiku sebuah keajaiban bisa melihat bayi mungil lahir dan kemudian menangis. Seperti menonton sebuah kehidupan baru yang akan hidup berdampingan dengan takdir dan nasib," Jelas Thalia menatap jauh ke depan.

Netra merah Ace tak letih menatap lekat wanita yang duduk di depannya, meskipun jarak mereka terhalang meja.

"Thalia, Aku butuh bantuanmu!" Ujar Ace dengan nada suara yang dalam dan terkesan serius.

Sontak membuat kedua mata Thalia sukses menatap mata merah Ace. "Apa?"

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now