Prolog

143 17 4
                                    


Usia memang terkadang menuntut. Ditambah teman sebaya yang mendukung faktor itu, contohnya menikah. Kapan nikah?, umur udah hampir 30 kok belum nikah?, tante di umur segitu udah punya anak 3, awas ga laku!, dan masih banyak lagi.

Hal serupa pun sedang menimpa wanita manis yang kini sedang termenung di cafe didekat kantornya. Tebakan kalian benar, wanita itu tidak lain adalah Cia.

Baru saja ibunya memberitahukan hal yang diluar dugaan. Ia berkata bahwa Cia akan segera dinikahkan dengan anak dari teman dekatnya. Bukankah sang ibu tahu bahwa Cia sudah memiliki kekasih? dan Cia pun tidak akan sudi menikah dengan orang selain kekasihnya itu!

Tidak lama kemudian, datang seorang pria sehingga membuyarkan lamunan Cia. Menarik kursi didepan Cia dan mendudukkan tubuhnya disana. Pria itu tampak menahan amarah. Hal itu terlihat dari matanya yang memerah serta rahangnya yang menegang. Cia menundukkan kepalanya dikala pria itu mulai berucap dengan nada yang tinggi.

"Aku gamau tau pokoknya kamu harus batalin pernikahan itu atau kita putus!"

Tanpa menunggu balasan dari Cia, pria itu langsung berlalu keluar cafe. Hati Cia sakit. Wanita itu sengaja memberitahu kekasihnya untuk memberikan solusi dari permasalahan ini, bukan malah meluapkan amarahnya.

Cukup untuk hari ini. Dipikiran Cia saat ini hanya ingin kembali ke apartemen lalu berendam sembari menenangkan pikirannya sejenak.

◇◇◇

Terlihat seorang pria melesat menggunakan mobilnya membelah jalanan setelah mendapat kabar bahwa sakit jantung yang diderita sang ibu kambuh. Mata elangnya sesekali melihat Arloji di pergelangan tangannya. Pikirannya kacau mengingat ibunya hanya orang tua satu-satunya yang ia miliki saat ini. Semoga semua baik-baik saja.

Dengan tergesa-gesa pria itu datang menuju IGD rumah sakit tempatnya berada. Menelusuri isi ruangan hingga netranya menangkap sosok yang ia cari. Pikirannya seketika lega melihat sang ibu menatap penuh kelembutan padanya yang sedang berjalan mendekati brankar.

Mengecup kening sang ibu dengan sayang lalu mengusap tangan ibunya perlahan.

"Ibu ingin sekali melihat malik berjalan di altar dan menggandeng seorang gadis."

Perkataan sang ibu seketika menghentikan kegiatan Malik. Ia menatap mata Tyas dengan tatapan yang sulit diartikan. Berjalan di altar? menikah maksudnya? batin Malik.

"Malik pasti segera membawa wanita yang malik cintai. Tapi belum sekarang bu."

Mendengar balasan dari sang anak membuat hatinya sedikit sesak. Ia genggam erat tangan Malik dan mengatakan bahwa Malik telah dijodohkan oleh anak dari teman karibnya di SMA dahulu.

"Waktu ibu ga lama lagi nak. Ibu harap kamu mengerti." Ujar Tyas diakhiri senyum dan tatapan memohon pada Malik.

Dengan berat hati Malik mengiyakan permintaan sang ibu. Tyas pun bahagia bukan main. Ia bawa tubuh gagah Malik kedalam pelukannya. Malik membalas pelukan ibunya tak kalah erat. Malik hanya berharap kebahagiaan ini dapat membawa kesembuhan pada penyakit yang diderita sang ibu.

Di sisi lain, Malik penasaran dengan calon istrinya kelak. Apakah seorang yang anggun? telaten? atau seseorang yang sederhana dan lemah lembut dalam bertutur kata? ah tidak sabar Malik menunggu calon istrinya.



















TBC


lanjut ga nih??

EskaeraWhere stories live. Discover now