"Meera.." Panggil sang asisten rumah tangga yang tak percaya akan jawaban tersebut. 


"Daijaan, please.. Sambungkan saja telepon dari Pia." Ucap Meera agak memaksa.


"Haan.. haan. Tapi setelah ini kau turunlah untuk sarapan, samjhe*?"  

( *Mengerti? )


"Ji!" Jawab Meera cepat.


"Acha. Akan aku buatkan susu jahe juga untuk hidung tersumbatmu itu."

"Love you, Daijaan.." Ucapan Meera itu membuat Sayeedah terkekeh dan langsung menutup teleponnya agar panggilan dari luar terhubung dengan telepon di kamar Meera.

"Hallo, Pia? Ada ap-"


"Oh God, Meera! Ibrahim baru saja memberitahuku kalau Mayor Raichand masuk rumah sakit begitu menemukanmu kemarin. Dia juga bilang sekarang kau sudah pulang, makannya aku menghubungi telepon rumahmu. Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?" Cerocos sang sahabat.


"K-kya*..?" Meera mencoba mencerna perkataan sahabatnya itu. "Wait, Pia.. Ibrahim siapa? Dan kau mengenal Mayor Raichand itu? Bagaimana bisa?"

( *Apa )


"Shit.." Desis Pia.

Dapat diperkirakan oleh Meera, gadis berkacamata itu pasti sedang menggigit lidahnya.


"Shit, what? Jangan coba-coba merahasiakan sesuatu dariku, Nona Kapoor!"


"Meera, I'm sorry.." Suara Pia terdengar memelas.


Meera terdiam, dia mencoba menghubungkan sesuatu di otaknya. "Oh, God.." Gadis itu melenguh. "Pantas saja dia mengejarku di kafe kemarin. Pia, ternyata kau-!"


"Meera, please don't be mad at me!" Ucap Pia cepat. "Aku akan menceritakan semuanya padamu. Aku janji! Tapi tidak ditelepon." Pia menarik napas perlahan sebelum kembali membuka suara, "Aku hanya ingin tau keadaanmu sekarang. Kau... baik-baik saja kan?"


Meera mendesah panjang. "Kau menanyakan keadaanku setelah kembali ke rumah, atau setelah melihat seseorang yang mirip dengan Annand?"


"Kau juga berpikir kalau Mayor Raichand itu mirip Annand, kan? Saat pertama kali aku bertemu dengannya, akupun begitu terkejut. Rasanya ingin memberitahumu secepat mungkin. Tapi aku saja tidak tau kau ada dimana. Aku sampai mengira kalau dia adalah Annand, tapi ternyata dia tak mengenaliku sama sekali. Tidak mungkinkan kalau Annand tidak mengenalku?"


Meera menunduk, memandang Annu yang kini mendengkur pelan dan kembali mengelusnya. "Jadi... dia benar-benar bukan Annand?" Suara Meera kini terdengar pilu. Sampai isakkanpun kembali terdengar.


"Meera.." Kini Pia ikut merasakan kesedihan temannya itu dan memberikannya waktu untuk menangis.  


"Suno*," Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Meera kembali bersuara. Walaupun suaranya terdengar lebih serak dari sebelumnya. "Papa bilang Mayor itu kehilangan ingatannya lima tahun lalu. Sama seperti lamanya Annand menghilang tanpa kabar."

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now