02. Sky River Alliance

51 8 10
                                    

Aku pernah membayangkan bagaimana jadinya jika aku membuat agensi sendiri yang menaungi band ternama alih-alih berada di dalam band itu sendiri. Pemikiran tersebut aku dapatkan ketika menonton tayangan konser band populer di televisi. Aku berpikir, akan indah rasanya jika aku hidup di tengah-tengah mereka yang jago bermain musik dan ... kelihatannya romantis. Anak band itu orangnya romantis, bukan?

Iya, kan?

Jawabannya, ENGGAK!

FULL NANGIS, BUNDO!

Apa itu romantis, adem ayem, dan tentram? Semenjak aku merilis band bernamakan Sky River Alliance setelah melakukan audisi ketat, orang-orang yang tergabung di dalamnya justru para RED FLAG! Banjir air mata sudah gedung Queendom Studio yang aku bangun dengan susah payah.

"Saya sudah tidak kuat lagi, Kak Queen." Junio, salah satu dari dua orang baik hati dan tidak pernah bikin onar itu mengeluh untuk yang ke sekian kali. Beliau adalah leader sekaligus vokalis dalam band yang masih seumur jagung dibentuk.

"Jangan gitu, dong, Jun. Ingat perjuangan kita untuk membentuk band ini. Aku sudah merencanakan promosi kalian di Singapura pada acara tahun baru nanti." Aku membujuk, Junio menelan ludah susah payah lantas terutama beberapa saat. Meski begitu ia akhirnya setuju.

Biar bagaimanapun, Junio adalah satu-satunya orang yang membuat band ini berdiri hingga satu tahun lamanya. Tipe orang yang jago dalam memimpin. Tidak salah aku menempatkan ia sebagai leader. Selain itu, ia juga percaya diri dan bisa melakukan banyak hal.

"Baiklah," jawabnya pasrah.

"Maaf, ya, aku selalu melimpahkan banyak beban untukmu." Aku jadi tidak enak.

"Tidak apa, Kak. Saya bisa satu tahun jadi vokalis di studio besar ini pun juga berkat Kak Queen."

Meski tadi ia sempat bilang tidak kuat. "Cerita aja sama aku kalau ada apa-apa. Jangan milih keluar apalagi bubarin grup dengan mudah."

"Iya, Kak. Saya akan coba lebih sabar dan kuat-kuatin mental." Junio menjawab. Aku tahu ia lelah.

Tentu saja lelah. Ia harus mengurus anak buah-eh, kusebut anak bandnya yang punya sifat luar biasa. Hanya Andra si drummer yang mungkin paling bisa diatur dan niat di band ini.

Sebenernya bagiku, Rio si Gitaris juga oke di dalam band. Hanya saja, orang tuanya terlalu mengekang. Sama seperti kejadian dua hari lalu di ruang latihan. Bapak-bapak berpakaian khas dokter tiba-tiba menerobos masuk dan membuat keributan.

"Saya mau bawa pulang anak saya! Saya tidak suka anak saya masuk perkumpulan tidak jelas seperti ini." Suara lantang ayahnya Rio menggema.

Junio sampai kewalahan untuk menenangkan lelaki paruh baya itu. Namun, sebagai manajer, aku sudah menyiapkan diri untuk hal ini. Pribadi orang-orang memang luar biasa unik, maka dari itu aku harus siap dalam segala situasi. Aku mendekat dan berdiri tegap di depan Junio-membelakangi anak remaja itu-memandang wajah bapak angkuh di hadapanku.

Lantas aku berkata dengan tegas, "Rio sudah terikat kontrak dengan Queendom Studio. Tidak hanya ada sanksi denda tapi juga hukuman penjara. Kami sudah terikat secara resmi jadi kalau bapak tidak mau berurusan dengan polisi, silakan pergi baik-baik dari sini."

Bapak itu menurut. Anak remaja masih belum tahu bagaimana menangani orang tua seperti demikian. Aku bersyukur orang itu bisa langsung keluar dari ruang latihan hanya dengan satu penuturan dariku.

"Makasih, Kak Queen. Gue suka ada di band ini. Tapi ya gitu, gue kadang gak dapat ijin dari ortu." Rio menunduk bersedih. Kemampuan anak ini memang tidak perlu diragukan. Masalah orang tuanya mungkin nanti aku bisa berunding baik-baik tanpa melibatkan Rio agar mentalnya terjaga.

Namun, latar belakang kehidupan Rio bukan satu-satunya yang membuat Queendom Stuodio banjir air mata. Ada lagi satu cowok red flag yang menjadi anggota band Sky River Alliance.

"Harusnya keluar aja gak sih daripada bikin masalah terus?" Ialah si kompor, Yamada.

"Heh, harusnya kamu coba yakinin Rio tetap di sini bukan komporin buat bubar." Andra yang berbicara.

"Orang yang levelnya di bawahku, gak boleh sembarangan ngebentak aku, ya." Sombong dan arogannya keluar. Yamada memang begitu. Harus ekstra sabar dengan ucapan-ucapan pedasnya. Meski begitu, arogannya bukan tanpa alasan. Ia memang dari keluarga kalangan atas dengan kemampuan bassis yang luar biasa. Apa mungkin ia belum bergabung menjadi band dengan yang lain karena sifatnya yang begitu? Yang terpenting, ia adalah bagian dari Sky River Alliance sekarang.

Aku bersyukur, Junio dengan leadershipnya mampu mengendalikan suasana. Aku banyak berhutang budi pada remaja satu itu. Apalagi ia juga termasuk orang yang dengan sabarnya melatih Real, si keyboardis childish dengan segala kemanjaannya. Real sering menyombongkan diri karena berasal dari keluarga old money, padahal kemampuannya lumayan pas-pasan. Tentu saja Junio yang harus mengurusnya dengan kesabaran sepenuh hati. Meski yang lain sudah angkat tangan soal Real, tetapi Junio rela mendengar ocehan bernada meninggikan diri serta kemanjaan Real.

"Real gak mau latihan kalau gak dikasih cookies." Real mengucapkan itu dengan bibir dimajukan.

"Iya, nanti Kakak buatkan. Sekarang latihan dulu, ya." Junio yang sabar dan baik hati itu benar-benar bisa kupercaya.

Intinya, Sky River Alliance masih berdiri hingga sekarang. Memang perjalanannya membutuhkan keringat dan tumpah ruah air mata akibat anak-anak band yang kebanyakan tidak sejalan. Namun, bagiku, bagi Junio mungkin, ini adalah langkah baru untuk melebarkan sayap hingga ke luar negeri melalui promosi ke Singapura di acara tahun baru mendatang. Aku hanya berharap, semoga grup ini akan selalu utuh meski banyak kepala dan kadang tidak sejalan. Sejatinya, di balik kesulitan akan selalu ada kemudahan.

🍀🍀🍀

Penulis: _restiqueen_

Cerpen 3 Tema: A Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang