Tugas Tidak Diinginkan

23 11 29
                                    

"Kamu masih kesal kepadaku, Safaa?" tanya Rania yang melihat kemurungan Safaa sejak memasuki kantin.

Mereka memang selalu berbeda kelas. Oleh karena itu, Rania tidak tahu apa saja yang membuat sahabatnya itu murung ketika mereka akan makan siang di kantin bersama. Ya, kemungkinan memang karena  Safaa masih kesal dengan perdebatan mereka kemarin.

Safaa menggeleng ketika Rania masih menyangka dirinya kesal akan perdebatan mereka kemarin. Namun, Safaa tidak akan berlarut murung hanya karena kesal akan topik perdebatan yang selalu terulang.

"Aku kesal dengan Mata Kuliah Sistem Islam! Jika bukan karena mata kuliah wajib, aku tidak akan mengambil kelas menyebalkan itu!" jelas Safaa sembari menggerutu dengan wajah yang ditumpukan di atas kedua tangannya.

Rania yang sangat tahu sahabatnya itu sangat anti dengan mata kuliah itu terkekeh pelan. "Hanya satu semester, Safaa. Padahal rata-rata suka dengan mata kuliah itu. Kenapa kamu murung kali ini?" tanya Rania.

"Aku diberi tugas kelompok untuk melakukan riset tentang seorang tokoh!" decak Safaa.

"Oh kamu murung karena tugas kelompok? Aku sudah mendengar tugas itu, lagipula kita bisa lebih mengenal banyak orang dari kelas lain, kan?" ujar Rania. Ternyata tugas riset tersebut tidak hanya diberikan kepada satu kelas saja.

"Itu salah satunya! Tapi, ada hal lain yang membuat aku tambah malas dengan kelas ini dan tugas kali ini!" ujar Safaa denganw ajah cemberut.

"Apa?" tanya Rania.

Jika mengenai sistem tugas perkelompokan, memang Safaa sangat anti apalagi kali ini dengan pencampuran antar kelas.

"Kelompokku mendapatkan tugas riset tentang khalifah kebanggaanmu itu! Menyebalkan sekali, bukan?" kesal Safaa.

"Kamu mendapat topik riset untuk Khalifah Harun Ar-Rasyid? Kamu beruntung sekali, Safaa!" ujar Rania dengan mata berbinar.

Rania yang memang kagum akan tokoh Khalifah Harun Ar-Rasyid ini sangat iri kepada kelompok Safaa. Dengan mengikuti riset tersebut, secara otomatis dia akan bisa mengulik lebih dalam tentang Khalifah Harun Ar-Rasyid bahkan bisa berkesempatan mengunjungi tempat-tempat yang sangat penting.

"Beruntung? Ini namanya kesialan, Rania! Mau aku semangat mengerjakan tugas bagaimana jika topiknya saja tidak aku sukai!" ujar Safaa tidak mengerti kenapa sahabatnya itu bisa seantusias itu dengan mendengar nama khalifah Harun Ar-Rasyid.

"Jika bisa bertukar kelompok, aku sangat mau Safaa. Makanya jangan terlalu membenci akan sesuatu. Jadinya, malah sering didekatkan, kan!" kekeh Rania.

"Sudahlah, aku mau makan dahulu. Aku ingin mata kuliah ini cepat terlewati!" ujar Safaa bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Rania yang masih tersenyum menertawakannya.

Menyebalkan sekali, bukan?

Rania menggelengkan kepalanya melihat kepergian sahabatnya.

"Ini mungkin jalannya agar kamu tahu kebenarannya, Safaa. Aku tidak tahu kenapa kamu bisa sangat tidak suka dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid, tapi aku berharap dengan tugas kali ini kamu akan terbuka akan kebenaran akan sosok Khalifah Harun yang sebenarnya seperti apa," ucap Rania pelan.

Ya, dia memang tidak bisa menyadarkan Safaa secara langsung karena bisa berujung pada perdebatan. Oleh karena itu, Rania selalu berdoa berharap sahabatnya itu akan menemukan sendiri cara untuk mengubah pandangan salahnya tersebut.

-0-0-0-

"Halo, kamu Safaa Zainab Salbi?" tanya seseorang yang tiba-tiba menemui Safaa di perpustakaan tempat dirinya selalu menghabiskan waktu untuk membaca buku-buku sastra favoritnya.

Safaa yang awalnya fokus akan bukunya, fokusnya mulai teralih melihat siapa gadis yang menyapanya tersebut.

"Iya, benar. Kamu siapa dan mau apa menemuiku?" tanya Safaa penasaran.

Asal kalian tahu, bahwa Safaa merupakan sosok yang sangat pendiam. Jadi, sangat aneh ada orang yang tiba-tiba menemuinya bahkan mengetahui nama lengkapnya.

"Halo, ternyata aku tidak salah orang. Namaku Sina, aku sekelompok denganmu untuk kelas Sistem Islam," ujar gadis itu dengan antusias. Tidak sia-sia dirinya melangkahkan kaki untuk menemui gadis yang katanya sering berdiam di perpustakaan sayap kanan kampus mereka.

Safaa hanya menatap Sina yang terlihat sangat senang itu dengan tatapan datar.

"Aku tadi mencarimu untungnya ada sahabatmu yang memberitahuku bahwa kamu selalu ada di sini. Ternyata benar, kamu memang ada di sini," ujar Sina menjelaskan betapa besar usahanya mencari  gadis introvert ini.

"Ada apa kamu mencariku?" tanya Safaa. Dia tidak suka diganggu ketika sedang fokua dengan buku favoritnya.

"Kenapa kamu tidak ikut berkumpul untuk informasi kelas Sistem Islam tadi? Kelompok kita kesulitan untuk mencarimu tadi," alih Sina.

Sina memberikan secarik kertas yang sedari tadi dipegangnya. "Ini detail untuk informasi kelompok kita. Intinya, besok kita sudah akan mulai melakukan riset di Masjid  17 Ramadhan," ujar Sina menyentil sedikit informasi pokok untuk Safaa yang sepertinya tidak ada rasa semangat sama sekali akan tugas menyenangkan ini.

Safaa menerima kertas tersebut dengan menghelas napas kasar. Ah, sepertinya dia tidak akan bisa lepas dari tugas ini.

"Kamu harus datang atau tidak kamu akan mengulang mata kuliah ini. Kamu tidak ingin itu terjadi, kan?" peringat Sina.

"Iya iya aku akan datang," ucap Safaa pasrah. Setidaknya setelah melaksanakan riset ini, dia akan terbebas dari tugas menyebalkan tentang tokoh yang tidak disukainya ini, bukan?

"Oke, semangat Safaa. Kamu bisa mulai riset mandiri terlebih dahulu untuk membaca tentang Khalifah Harun Ar-Rasyid, agar besok kita bisa langsung mengimplementasikannya besok bersama-sama," ajak Sina bersemangat.

"Aku duluan ya. Ada kelas lain, sampai bertemu besok Safaa," ujar Sina yang sudah berlalu meninggalkan Safaa.

Safaa melihat kertas di tangannya dengan helaan napas panjang.

"Ah, aku malas sekali besok!" keluh Safaa meletakkan sembarang kertas informasi teersebut.

Bayangkan saja, kalian dipaksa mendalami tentang sosok yang kalian tidak suka? Pasti rasanya akan menyebalkan, bukan?

Itulah yang dirasakan Safaa.

Syair Safaa Untuk Sang KhalifahWhere stories live. Discover now