16. Hari Pertama di Yogyakarta

72 3 0
                                    

Suasana Yogya sehabis hujan memang selalu membuat nyaman orang-orang di sekitarnya. Banyak yang sekedar berjalan-jalan atau juga hanya duduk diam di bangku taman dekat rumahnya. Tidak jauh beda dengan Nala, gadis itu juga sedang duduk di bangku taman, selepas puas berjalan-jalan dirinya memilih untuk duduk sebentar mengamati orang-orang yang ada di sekitar. Sesekali juga ia ingin menikmati suasana setelah hujan. Tumben sekali, kan?

Setidaknya hari pertamanya sedikit bermanfaat untuk dirinya beristirahat sejenak. Mata Nala melihat ke langit di atas sana. Senja sedang tidak menampakkan dirinya, hanya mendung yang masih terlihat di langit Yogya. Seakan sebagai tanda, kalau si alien itu sedang menemaninya dan mengikutinya ke mana saja. Iya, siapa lagi kalau bukan Altair.

Baru satu hari Nala di Yogya, laki-laki itu sudah menelepon Ibu sampai lima kali. Nala sendiri tidak mengerti kenapa Alta lebih memilih menelepon Ibu daripada bertukar pesan yang panjang dengannya. Sesekali juga ia sempat menguping pembicaraan Alta dengan Ibu yang ternyata sedang membahas resep kue lebaran untuk tahun depan. Alta juga mengobrol dengan Mas Biru, membahas tentang motor kesayangan mereka berdua yang entah lah Nala tidak paham dengan pembahasannya.

Padahal, bertukar pesan dengannya saja baru dua kali. Iya, yang bertanya apakah dirinya sudah sampai di Yogya, dan yang terakhir adalah sekedar bertanya bagaimana perasaannya ketika di Yogya.

Nala benar-benar kesal! Tidak-tidak, ia tidak berharap Alta bertukar pesan lebih banyak dengannya. Hanya saja kan Alta sendiri yang meminta untuk lebih sering berkabar selama ia di Yogyakarta. Dasar cowo alien ingkar janji!

Sepertinya duduk di bangku taman hanya membuat pikirannya semakin ke mana-mana. Niatnya yang mencari ketenangan malah semakin kesal karena Alta yang jarang bertukar pesan. Nala jadi kangen Ibuk di Surakarta, daripada anak laki-laki Ibuk yang menyebalkan.

Lebih baik dirinya segera pulang, karena sudah dipastikan sebentar lagi Ibu akan mencarinya. Lagi pula jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Namun, baru saja Nala akan melangkahkan kakinya untuk pulang, sebuah suara panggilan untuknya yang tiba-tiba terdengar itu menghentikan langkahnya. Nala pikir ia hanya salah dengar, tapi..

"Nala Dhipa!"

🌧️🌧️🌧️🌧️

Sedangkan di Surakarta, Alta masih berada di kantin kampus menunggu kedatangan seseorang yang sudah membuat janji untuk bertemu dengannya. Sesekali, laki-laki itu mengecek ponselnya, melihat pesan terakhirnya dengan Nala yang masih belum ia jawab. Sebetulnya bisa saja Alta jawab sejak tadi, hanya saja ia bingung harus menjawabnya bagaimana. Alhasil, ia memutuskan untuk bertanya dulu kepada Dina nanti, supaya ia tidak salah jawab dan berujung membuat Nala kesal.

Bicara tentang Nala, Alta benar-benar rindu padanya. Surakarta tanpa Nala membuat dirinya hampa. Tidak ada yang spesial. Semua terlihat biasa saja sama seperti saat ia masih SMA sebelum bertemu dengan Nala.

"Alta!"

Itu suara Ninda. Bisa Alta lihat gadis itu sedang berjalan menuju ke arahnya. Benar. Ninda yang membuat janji untuk bertemu dengannya di kantin. Alta belum tahu apa tujuan gadis itu ingin menemuinya. Tapi yang pasti, Alta akan berusaha menjaga jarak dengan Ninda supaya Nala tidak marah kepadanya.

"Sudah lama?" tanyanya yang kini sudah duduk di hadapan Alta.

"Belum," Alta menjeda, "Jadi, ada apa?" lanjutnya.

Mendengar pertanyaan Alta barusan membuat Ninda membuang napasnya. Ninda terlihat sedang mempersiapkan diri sebelum mengajukan pertanyaan pada Alta. Apa sepenting itu sampai gugup begitu? pikir Alta.

"Aku mau tanya sedikit soal Nala."

"Nala?" ucap Alta yang kembali bertanya. Kenapa Ninda menanyakan soal Nala?

Ninda mengangguk pelan. Sebenarnya sudah lama dia ingin menanyakan soal Nala, tapi untuk sekedar menyapa Nala saja Ninda tidak berani. Bertanya pada Alta sekarang saja rasanya Ninda masih ragu, dia takut kalau ada berita tidak benar dari orang lain tentang dirinya dan Alta yang sedang duduk berdua sekarang. Ninda tidak mau kalau berita itu nanti sampai terdengar ke telinga Nala dan membuat Nala malah semakin membenci dirinya yang sebetulnya hanya ingin mencari kebenaran dari tokoh penting yang sedang berada di hidupnya. Yang kemungkinan, tokoh itu mengenal Nala dan Alta.

"Kenapa?" tanya Alta yang melihat Ninda hanya diam merenung di depannya.

Ninda yang menatap matanya seserius itu sedikit membuat Alta takut. Sebenarnya apa yang ingin dia tanyakan? Kenapa dengan Nala? Pertanyaan-pertanyaan itu terus bermunculan selama Ninda tidak menjawab pertanyaannya. Sampai akhirnya...

"Apa Nala kenal Jana, Ta?"

🌧️🌧️🌧️🌧️

⚠️Jangan lupa buat baca cerita sebelumnya di link yang ada di profil yaa...

🚨‼️ Jangan lupa juga buat tinggalin komen dan vote kamu yaa... Terima kasih...

Untuk interaksi lebih dekat bisa lewat sini yaa :

IG @wattpadayuglhh

TikTok @showturnuss

Hujan Untuk BumiWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu