Ia benar-benar tidak melupakan fakta dalam alur bahwa pria di depannya ini merupakan pria yang berbahaya, dia-lah malaikat mautnya.

Thalia terdiam sesaat. Kemudian, ia menjawab dengan nada datarnya. "Terlalu tidak sopan, Pangeran! Nanti kepalaku ini bisa melayang, jika aku salah memanggil." Jawab Thalia. "Ini saja, aku sudah berani menggunakan bahasa tidak formal saat berbicara denganmu."

Ace menggelengkan kepalanya, "Tidak masalah, Lady! Dan aku berani menjamin, kepalamu tidak akan terlepas dari tempatnya." Kata Ace dengan nada penuh keyakinan.

Thalia yang mendengarnya menatap Ace horor. "Bagaimana Pangeran yakin hal itu tidak akan terjadi? Padahal kenyataannya Pangeran Ace mendapat julukan Tyrani di Negeri ini, aku cukup sayang dengan kepalaku!" Protes Thalia sambil memegang lehernya takut.

Ace mengerutkan kedua alisnya-ia sendiri tidak menyangka mendapat julukan seperti itu. Kenyataannya, Ace memang tidak tahu dan tidak peduli akan pandangan orang lain terhadap dirinya. "Aku baru mengetahui kalau aku mendapat julukan seperti itu!"

"Pangeran memang pantas mendapatkan julukan itu. Menurutku, sudah sesuai dengan pribadi Pangeran yang dingin dan tidak tersentuh. Lagi pula, Pangeran juga lebih sering pergi berperang dan membantai banyak nyawa manusia, bukan?" Tukas Thalia dengan nada sedikit menggebu-gebu.

Thalia mengingat sekali bagaimana brutalnya tokoh satu ini--jangan lupa! Ace merupakan tokoh antagonis dan nasib Nathalia berakhir tewas di tangannya.

Tapi, sekarang kedua tokoh ini malah duduk santai menikmati kudapan--Thalia masih belum mempercayai

"Lady, tolong panggil dengan nama saja!" Perintahnya dengan nada sedikit ada penekanan di setiap kata yang berarti mutlak tak ingin di bantah lagi. "Satu lagi soal berperang. Itu karena aku mendapat perintah langsung dari Raja Liam." Sambungnya.

Thalia menghela nafas panjang. 'Kenapa memaksa sekali sih? Aku dan dia kan tidak seakrab itu.' Batin Thalia kesal.

"Baiklah, Ace!" Jawab Thalia dengan nada juteknya.

Ace tersenyum tipis hampir tidak kentara. "Jadi, kapan pengawal Ayahmu akan datang kesini?" Tanyanya.

"Mungkin sebentar lagi. Mereka akan mengambil ini. Ayah akan membantuku mewujudkannya," Jawab Thalia sambil menunjukkan tumpukan kertasnya.

Ace melirik sekilas, Thalia cukup bagus dalam menggambar sebuah desain. Ia tak memahami apa arti dan fungsi dari gambar- gambar itu. Dari sebagian bentuknya saja Ace sudah menilainya aneh.

"Partus Set isinya ada Bak instrumen, 1/2 kocher, gunting episiotomi, gunting talpus, metal kateter masing-masing 2 buah, klem tali pusat. Kemudian kom besar ini membutuh 4 buah, kom kecil 3 buah, nierbeken 4 buah, dan waskom ukuran sedang 4 buah." Gumam Thalia mengingat-ingat perasatnya.

"Lalu untuk Hecting Set di sini ada Bak instrumen, Nalfulder, pinset anatomi, pinset cirugis, gunting benang, klem arteri bengkok, klem arteri lurus, kom kecil dan sedang masing-masing 2 buah, dan jarum dengan berbagai ukuran masing-masing 5 buah," Lanjutnya lagi.

Thalia menumpuk kertas-kertasnya kembali. "Yas, tolong kau rapikan ya!" Perintah Thalia di sambut anggukan patuh Yasmin.

"Baik, Nona!" Yasmin segera merapikan serta memilah beberapa lembaran kertas bergambar desain itu sesuai polanya. Kemudian lembaran itu di gulung rapi dan diikat seutas tali seperti sebuah pita dengan warna yang berbeda. Warna emas untuk gulungan bergambar desain gaun, warna merah untuk gulungan bergambar desain peralatan medis. Ia bersiap menyerahkan gulungan itu kepada asisten Ayahnya.

***___***

Thalia mengamati beberapa pekerja yang mulai menata butiknya, ia ditemani Yasmin, Madame Jasmine, dan satu lagi pria yang masih menempel menemaninya yaitu Ace. Thalia merasa sedikit risau dengan adanya pria itu di sekitarnya. Ia tidak bisa bebas serta merasa nyawanya terancam melayang sewaktu-waktu.

"Sudah 50% berjalan sampai pembukaan butikku nanti," Ujarnya dengan senyuman lebar.

"Iya Nona, saya mengambil beberapa pekerja yang memang ahlinya untuk membantu menyelesaikan tempat ini," Jawab Madame Jasmine.

Thalia berhenti berjalan dan menatap Madame Jasmine. "Beberapa gulungan desain gaun sudah aku siapkan, Yasmin akan serahkan itu padamu. Dan seperti biasa, aku ingin Madame membuatkanku pakaian yang enak di pakai, karena besok aku sudah mulai sibuk dengan RS di Denally ini. Desainnya sudah menjadi satu di gulungan itu. Hanya saja, aku memberi tulisan 'Darurat' agar Madame tidak keliru,"

Madame Jasmine mengangguk, "Baik Nona, saya terima desainnya," Jawabnya setelah menerima gulungan itu dari Yasmin.

"Terimakasih Madame," Sahut Thalia.

Madame Jasmine tersenyum. "Tidak perlu sungkan Nona," Jawab Madame Jasmine sambil menundukkan sedikit kepalanya, "Saya permisi dulu. Ingin melihat bagaimana hasil kerja para pekerja di sini,"

"Ohh tentu, silahkan Madame!" Jawabnya, kemudian Madame Jasmine pergi setelah ia membungkukkan sedikit badannya untuk berpamitan.

"Yas, pergilah! Bantu Madame Jasmine jika beliau membutuhkan bantuan," Titah Thalia.

"Baik, Nona Nathalia," Yasmin segera menyusul Madame Jasmine.

Thalia menghembuskan nafas panjang, ia merasa lelah setelah seharian berkutat dengan usaha yang ia rintis.

"Kau lelah," Suara bariton di belakangnya tiba-tiba menginterupsi keterdiaman Thalia.

Thalia mengangguk kemudian beralih menatap tubuh tegap Ace, "Kenapa kau mengikutiku terus, Ace? Tidakkah hal itu akan mengganggumu?" Tanya Thalia menatap tajam pria di depannya.

Ace tertawa pelan, "Aku tidak mengikutimu, Tha!" Jawabnya. "Dan aku tidak merasa terganggu."

DEG..

"Lagipula, aku juga ada keperluan di daerah ini," Sambung Ace.

Thalia tertegun mendengar panggilan Ace padanya. "Thalia?"

"Iya, Thalia-Nathalia. Itu namamu kan?" Tanya Ace dengan tatapan bingung.

"Kamu tahu aku, Ace?" Tanyanya hati-hati.

"Kamu ini aneh sekali. Aku tahu lah, kamu Nathalia Putri Duke Aaron," Jelasnya.

Thalia mematung sesaat. "Aku kira kamu tahu. Lagian kenapa kau memanggilku seperti itu? Bukannya di sini lebih banyak memanggil ku dengan Nat atau Nathalia?" Thalia menyemburkan beberapa pertanyaan dengan nada penuh penekanan saat menyebut nama Nathalia.

Ace menggelengkan kepalanya "Aku tidak tahu, tapi aku suka memanggilmu, Thalia."

Deg.. Deg.. Deg...

Thalia merasa tak nyaman di dadanya, ia bertanya-tanya kenapa ia berdebar dan sedikit merasa gugup.

'Apa aku belum makan?' Batin Thalia bertanya. 'Tapi, tadi sudah makan kudapan banyak kan. Apa ini perasaan Nathalia asli?' Ia berperang dengan batinnya. Thalia bingung, ia baru pertama kali merasakan hal ini.

"Kau benar-benar membuatku terkejut Ace!" Gumamnya pelan sambil menatap leher pria di depannya yang intens menatap Thalia. Gadis itu tak mampu menatap kedua mata merahnya, ia cukup gugup sekarang.

📝📝📝

*Partus set adalah set alat bedah yang digunakan oleh petugas medis untuk persalinan normal.

*Hecting Set adalah satu set instrumen atau alat bedah yang digunakan untuk menjahit atau merawat luka.

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now