22, Healer.

19 3 0
                                    

"KAK AYU!" Hana berteriak dengan keras. Asal suaranya Ayu kira dari teras depan.

Sedangkan Ayu dari dalam kamar balas berteriak, "APA?"

Untuk beberapa saat tidak ada jawaban dari Hana sebab dirinya berjalan dari teras depan ke kamar Ayu. Lalu Hana mengetuk pintu tiga kali dan menekan kenop pintu. Hana mendorong pintu sampai terbuka sedikit, kira-kira lebarnya cukup untuk Hana menyembulkan kepalanya. "Kak Julian udah dateng," ujar Hana.

Ayu di balik meja riasnya menoleh sebentar. "Oke, suruh tunggu. Sebentar lagi kakak selesai."

"Oke," kata Hana. Ia melenggang pergi tanpa menutup pintu kamar kakaknya lagi.

Sedangkan Ayu kembali memfokuskan diri. Ia menatap wajahnya lamat-lamat di cermin lalu memoleskan sedikit liptint di bibirnya. Kemudian ia menyisir rambut, meskipun sebenarnya ia sudah melakukan hal itu tadi.

Setelah dirasa rambut dan wajahnya sudah oke, Ayu pun bangkit dari kursi untuk melihat pantulan seluruh tubuhnya di cermin. Sebenarnya Ayu sedikit ragu dengan penampilannya hari ini, makanya ia bercermin dalam waktu yang lama.

Pas sekali, Ayu mendengar suara pintu kamarnya dibuka lagi oleh seseorang. Kemungkinan besar itu adalah Hana lagi yang masuk, makanya Ayu bertanya, "Han, kakak aneh gak pake dress ini?" Ayu memutarkan tubuhnya untuk melihat Hana di ambang pintu. Namun ternyata yang berdiri di ambang pintu bukanlah Hana, melainkan Julian. "Aku kira Hana," kata Ayu.

Julian tersenyum lalu menimpali, "kebiasaan deh kamu ngira aku orang lain."

Ayu tidak mau kalah, makanya ia menimpali lagi. "Abisnya kamu diem aja." Lalu dengan cepat ia mengalihkan topik pembicaraan. "Jul, lihat aku! Aku aneh gak pake dress gini?" tanya Ayu sambil menegakkan tubuhnya, agar Julian bisa melihatnya dengan jelas.

Aneh, aneh dari mana? Bahkan sekarang Julian sedang terpesona melihat Ayu. Gadis itu benar-benar sangat cantik.

Ini untuk pertama kalinya Julian melihat Ayu memakai dress. Apalagi dress-nya terlihat cantik saat Ayu kenakan. Panjang dress-nya sebetis, warnanya putih dengan motif bunga kecil-kecil berwarna merah muda, dan tanpa lengan sehingga kulit Ayu terekspos begitu saja. Apalagi rambut Ayu pendek, tidak sedikit pun membantu menutupi area pundak dan lengannya.

Julian sampai menahan napasnya ketika melihat Ayu. Ia tidak munafik dan bagaimana pun juga ia adalah laki-laki normal. Jadi, ia suka melihat pundak dan lengan Ayu yang terlihat halus dan tanpa cacat sedikit pun. Kalau ia saja menyukainya, bagaimana apabila laki-laki lain yang melihatnya? Oh tidak, Julian tidak rela, membiarkan laki-laki lain melihat Ayu seperti itu. Makanya Julian berdalih, "aku bawa motor, kamu emang gak dingin?"

Begitu mendengar perkataan Julian, Ayu langsung meraih cardigan yang terletak di atas tempat tidurnya. Lalu ia memperlihatkannya pada Julian. "Aku pake ini," ucap Ayu sambil memakai cardigan itu.

Julian membuang napasnya dengan lega. Sekarang pundak dan lengan Ayu tertutupi oleh cardigan rajut berwarna peach. Cardigannya terlihat cocok saat Ayu padu padankan dengan dress-nya.

Mendadak Julian menyesal karena dirinya berdandan seperti biasa: jeans hitam, kemeja hitam, dan jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Julian terlihat suram karena memakai pakaian serba hitam. Niatnya adalah memakai mamba outfit karena biasanya Ayu pun selalu berkonsep mamba. Namun ternyata sekarang Ayu memakai konsep cewek kue dan itu membuatnya terlihat cantik dan feminim. Kalau tahu Ayu akan dandan secantik itu, mungkin Julian juga akan berdandan lebih baik dari sekarang ini.

"Pacarku cantik banget," puji Julian dengan nada pelan.

Jarak antara Ayu dan Julian cukup jauh. Ayu berada di tengah-tengah kamarnya, sedangkan Julian berdiri di ambang pintu. Sudah jelas Ayu tidak bisa mendengar apa yang Julian katakan dengan sepelan itu. Makanya Ayu berdehem sambil mengangkat alisnya, menanyakan kembali apa yang Julian katakan.

LOCOWhere stories live. Discover now