Bab 14

194 17 2
                                    

Disclaimer

Harry Potter@JkRowling
Apologize@Dayaaanadiv

Cerita saya asli dari pikiran saya sendiri, saya hanya meminjam nama dan pemeran dari kepemilikan JK Rowling
.
.
.

Harry ingat dengan jelas kemana gadis kecil bernama Rose tadi berlari. Niat hati ingin menyusul tetapi sudah ada setidaknya dua pelayan yang menyuruh nya segera untuk ke ruang makan.

Harry jadi penasaran, jika benar gadis tadi adalah putri bungsu keluarga Riddle. Kenapa dia tidak pernah mendengar rumor itu?

Harry tau dengan jelas kalau sampai saat ini media hanya menyorot Tom sebagai satu satunya pewaris keluarga Riddle. Harry rasa dia harus sedikit memberontak, sedari kemarin saat pertama kali dia datang kesini perasaan nya sudah tidak menentu.

Tangan kanan Harry telulur untuk mencapai gagang pintu kamar yang di tinggalinya. Mengabaikan perintah beberapa pelayanan dan Ibunda Tom sendiri untuk ke ruang makan.

Langkah nya ia bawa untuk menuju ke sebuah lukisan yang sudah terpampang nyata di depannya. Lukisan yang dia tarik penutupnya dengan susah payah, yang hanya menampilkan seorang gadis yang berdiri dengan wajah yang tidak jelas.

Bunyi dentingan jam di kamar itu terdengar lebih keras karena keheningan yang di timbulkan Harry.

Tangannya mengusap pelan setiap sudut lukisan, di telusuri dari pojok ke pojok untuk mengamatinya. Ada detail ukiran kuno di figuran lukisan ini.

Harry mengira bahwa dia pernah melihat dengan jelas sebelum nya, bahwa dia pernah melihat lukisan tersebut.

Melongo sebentar saat dia menemukan sebuah coretan kuas di tepi kanan bagian bawah yang menunjukkan sebuah tulisan seperti kode.

3107

Harry menggosok gosokan telapak tangannya pelan ke sudut lukisan untuk melihat semakin jelas apa yang tertulis disana.

Harry menjauhkan tubuhnya dari lukisan saat menyadari sesuatu, dengan segera dia keluar dari kamar tersebut dan mencari gadis kecil yang sempat di temui nya tadi.
.
.
.
Bunyi tangisan terdengar nyaring di sebuah kamar dengan sedikit pencahayaan itu. Barang berserakan di mana mana dan beberapa boneka yang tersebar luas di setiap sudutnya.

Terlihat gadis yang sedang menangis di sudut ruangan sambil memegang telinganya. Sedangkan yang lainnya sedang berdiri di ambang pintu kamar tersebut.

"Sudah ku peringatkan berapa kali untuk tetap diam di tempat mu! Tetapi kau sama sekali tidak menurut. "

Perempuan di ambang pintu itu semakin masuk kedalam kamar untuk mendekati gadis yang semakin mengeraskan tangisan nya.

"Maaf kan aku nona muda, tapi perintah tetap lah perintah. "

Gadis itu semakin ketakutan melihat lawan bicara nya yang sudah berdiri di hadapan nya. Seorang pelayan yang ditugaskan oleh sang Ayah untuk mendidiknya.

Keras? Tentu saja. Sudah banyak kali Rose mendapatkan kekerasan seperti ini dari beberapa pelayan, namun keluarga nya itu seakan tutup mata akan tindakan.

Baru saja pelayan itu mengangkat tangannya ke arah Rose, sebuah tangan sudah memegang pergelangan nya. Lalu menariknya ke belakang dan mendorong nya.  Bunyi ringisan terdengar bersamaan dengan jatuhnya pelayan itu ke lantai.

"Kau gila! Apa yang kamu lakukan pada gadis sekecil dirinya?"

Harry dengan cepat mengambil Rose untuk berada di gendongan nya. Sebuah pelukan erat ia lampiaskan pada Harry untuk menyalurkan rasa takutnya. Terdengar nyaring di telinganya isakan tangis yang terputus putus dari gadis itu.

Sang pelayan dengan segera kembali berdiri dan menatap nyalang pada Harry. Setelah itu mendekati Harry dan hampir merebut Rose dari pelukan.

Dengan gesit Harry mendorong Pelayan itu dengan satu tangan, geram dengan perlakuan Harry yang sok ikut campur Pelayan itu mengambil sebuah mainan yang tergeletak di lantai.

"Kau tidak perlu ikut campur, nona muda sudah terbiasa dengan semua ini. Sekarang kembalikan dia padaku!" Perintah pelayan itu.

"Tidak."

Pelayan itu melongo mendengar jawaban Harry. Menggeram dan mengerutkan bibirnya dengan ekspresi marah.

"Jangan membuat pekerjaan ku sulit," Ucap kembali pelayan itu.

Harry sendiri menatap nyalang pada perempuan di depannya. Niat awal ingin menemui langsung Nyonya Riddle untuk bertanya, malah dia di tujukan pada tangisan keras seseorang.

Bersyukur rasa penasaran nya itu menyelamatkan gadis di gendongan nya itu. Tangan tidak henti mengelus punggung Rose yang bergetar akibat menahan tangisan nya. Merasa takut dan tidak mampu mengeluarkan suara nya lagi.

"Minggir."

Harry memerintahkan Pelayan itu minggir dari hadapannya, sudah jelas bahwa Perempuan itu tidak akan menyerah begitu saja.

Pelayan itu tidak punya ketakutan, tangannya dengan gesit ingin meraih kembali Rose dari gendongan Harry. Hingga pelayan itu menemukan celah untuk mendorong Harry jatuh dan mengambil Rose.

Sebuah tangan dengan gesit mendorong pelayan itu untuk terpental ke sudut ruangan.

"Sudah ku bilang, jangan ada yang berani menyentuhnya. "

Harry melongo melihat adegan itu, Rose sendiri mengeratkan tangannya ke leher Harry setelah mendengar suara itu.

Tom berdiri di samping Harry dan menatap pelayan yang sudah tidak sadarkan diri setelah adegan tadi.

Memerintah kan beberapa pelayan untuk membereskan kekacauan di kamar itu, menoleh sebentar ke arah Harry lalu menunduk melihat gadis dalam gendongannya.

"Siapa yang menyuruhnya? "

Tom bertanya dengan tegas, tidk ada raut lembut di wajahnya. Setelah melihat Harry yang hampir tumbang terdorong oleh serangga di kediaman nya sendiri.

Gadis itu mendongak melihat Tom lalu melepaskan genggaman nya pada Harry. Tangannya telulur untuk minta di gendong oleh Tom.

Dengan segera Tom mengambil alih Rose dari gendong Harry. Suara jeritam kembali terdengan dari mulut Rose, disertai hisakan lembut Rose mengadu pada Tom.

"Huaaaa... orang tadi mencoba memukul ku ber... Hik.. Kali kali, dia di suruh oleh bunda.... Huaaa... Lalu kakak ini menolong kuuu"

Tom mengehela nafas mendengar Rose yang kembali menelusupkan wajahnya ke lehernya.

"Kau tidak perlu se kaget itu, aku akan menjelaskan semua ini setelah Rose tidur. Sebelum itu temui Draco di bawah, pria itu berkunjung dengan alasan ingin bertemu."

Harry buyar, semua dugaan nya tentang Tom seakan menghilang. Asumsi tentang penculikan nya juga menghilang, dengan kedatangan Draco yang dengan mudah menemukan nya.

Namun Harry masih bingung, ada apa dengan kejadian yang menimpanya akhir akhir ini. Tanpa memperdulikan pemikiran nya, segera Harry melangkah keluar kamar mengikuti Tom yang keluar dari kamar.

Ruang tamu terlihat sangat sepi. Alis Harry berkerut mencari keberadaan Draco, tidak ada seorang pun disana. Hingga suara dari samping memanggilnya.

"Harry."

Tbc
.
.
.

Haii semua, pada nunggu in gk cerita ini wkwk
Maaf banget baru sempet update, di sini aku bener bener di buat sibuk sama tugas ku sampai gk sempet buat buka wp.

Pokoknya thankyou udah mau baca
Jangan lupa Vote and Coment

Byee see you

APOLOGIZEWhere stories live. Discover now