Bab 13

194 16 4
                                    

Disclaimer

Harry Potter@JkRowling
Apologize@Dayaaanadiv

Cerita saya asli dari pikiran saya sendiri, saya hanya meminjam nama dan pemeran dari kepemilikan JK Rowling
.
.
.


"Bukan kah aku menyuruh mu untuk tetap diam? Kenapa bertindak gegabah?"

Pria itu memegang sebuah puntung rokok di tangannya, wajahnya menghadap ke arah dinding tepat pada lukisan.

Di belakang nya terlihat Tom yang sedang berdiri dengan raut muka tak bersahabat. Giginya bergetar gemas. Tangannya menggenggam erat.

"Aku bertindak seperti perintah mu, aku tidak berfikir bahwa itu gerabah."

Pria itu terkekeh mendengar jawaban Tom. Terdengar bunyi decitan dari kursi saat pria itu berdiri dari tempatnya.

Dibuang nya puntung rokok itu sembarangan dan mulai mendekati Tom. Tangan kekar itu meraba are pundak Tom dan mendekat kan wajahnya.

"Aku sudah menunggu ini semua cukup lama, jangan sampai hanya karena kecerobohan mu itu, aku akan gagal lagi."

Tom menelan ludahnya susah payah mendengar ucapan pria itu. Tubuhnya sedikit meremang mendengar peringatan. Hingga ketukan pintu terdengar memecahkan ketegangan.

"Masuk!"

Terlihat seorang gadis dengan pakaian cantiknya memasuki ruangan. Rambut panjang nya terurai indah, hitam legam. Mata hijau nya memancarkan keceriaan.

"Ayah, biarkan aku pergi bersama Tom kali ini."

Pria itu menoleh, melihat putri kecilnya dengan tatapan iba, mencoba menimang permintaan nya.

"Tidak!"

"Tapi.. "

"Berhenti membantah Lucy, kau tau Ayah tidak suka seorang pembangkang."

Gadis bernama lucy itu menunduk mendengar peringkatan ayah nya. Menoleh sekilas ke arah Tom memberi kode untuk berpamitan.

Tom mengernyit pelan menyadari kode gadis itu. Apa dia berusaha menolongnya dari amukan Ayahnya? Heh Naif sekali.

Jika di fikir gadis ini memang seharusnya Naif. Tinggal hanya berdua bersama Ayahnya. Tidak pernah melihat dunia luar karena ketakutan Ayahnya.

Selalu sendirian. Tom tersenyum miris, merasa kasihan pada gadis itu. Tapi jika di fikir lagi ia lebih kasihan pada dirinya sendiri melihat semua kekayaan yang di miliki gadis itu.
.
.
.

Harry ingat dengan jelas bahwa Tom mengizinkan nya untuk berkeliling rumahnya pagi tadi,sebelum Tom berpamitan.

Ia berniat untuk menanyakan keberadaan ponsel genggamnya tapi sebelum sempat bertanya, ibu Tom sudah lebih dulu datang dan menyela, lalu membawanya pergi menjauh.

Kini Harry sedang berdiam diri sendirian di taman belakang rumah keluarga Riddle. Banyak pelayan yang berlalu lalang, namun terlihat sibuk dengan kegiatan nya sendiri.

Ini bahkan belum 2 hari ayahnya meninggal, tetapi Harry malah tidak berada dirumah. Harry tidak Naif, dia bukannya di bawa kesini untuk dijaga seperti pesan kakaknya ke James. Dia yakin ada yang aneh.

"Hai kakak cantik."

Harry menoleh ke arah sumber suara, seorang gadis kecil mungkin baru berumur tujuh tahun sedang mengulurkan setangkai mawar ke arabnya.

Harry tersenyum tipis dan berjongkok untuk menyamakan tinggi nya dengan gadis itu.

"Hai, untukku?"

Harry menerima setangkai mawar itu dengan senang hati. Di usaknya rambut coklat dari gadis itu gemas. Terlihat senyum indah gadis cilik itu sambil menunjukkan gigi rapihnya pada Harry.

"Apa kakak cantik adalah orang yang dibicarakan semua orang?"

Dahi Harry berkerut mencoba memahami. Dibicarakan semua orang? Apa maksudnya. Sebelum sempat bertanya Harry kembali terganggu oleh suara dari belakang nya.

"Masuk kekamar Rose!"

Gadis yang awalnya ceria itu menampilkan wajah murungnya pada Harry, mendongakkan kepalanya pada Harry lalu berlari pergi ke arah yang berlawanan.

"Siapa anak kecil tadi Bun?"

Ibu Tom memperbaiki letak syal nya, sesekali menarik rambut agar terlihat lebih rapi.

"Putirku."

Wajah Harry menampilkan ekspresi yang kurang mengenakkan, apalagi melihat penuturan dari Ibu Tom.

"Bukan kah keluarga Riddle hanya memiliki satu keturunan?"

Harry kembali berdiri dari posisinya, sekarang dia menyamai tinggi badan Ibu Tom.

"Tidak semuanya harus di berikan penjelasan, lebih baik masuk. Makan siang sudah siap."

"Aku butuh penjelasan!" Kesabaran Harry mulai hilang, dia mencoba mencerna keadaan sedari malam kemarin.

Ia mulai menemukan banyak kejanggalan. Harry tidak bisa menghubungi kakaknya karena kehilangan ponselnya. Keluarga Tom yang seperti aneh semua. Lalu anak kecil tadi.

"Memang siapa kau butuh penjelasan? Kau bukan dia yang mampu mengatur semuanya sesukamu."

"Dia? "  Ibu Tom menutup mulutnya kaget, kedua raut wajahnya terlihat kaku seperti orang yang ketakutan.

Melihat ke atas lalu kembali menunduk, membenarkan rambut nya cemas.

"Berhenti banyak bertanya. Segeralah ke ruang makan!"

Setelah itu Harry kembali ditinggal sendirian, hanya bisa menatap kepergian Ibu Tom yang masuk ke rumah.
.
.
.
Jelas Draco khawatir, setelah pemakaman hingga siang ini Harry tidak kunjung bisa dihubungi, hatinya gelisah. Apalagi mendengar kabar dari James yang juga sama bingung nya.

James menyuruh Tom untuk mengantar Harry kembali kerumah, namun saat ia sampai ke rumahnya, ia hanya menemukan ibunya yang sedang tertidur di sofa sendirian.

Mencoba menelfon Tom untuk menanyakan keberadaan adiknya, namun mereka berdua sama-sama tidak bisa di hubungi.

James ingin melaporkan tapi dia tidak ingin berperasangka buruk dahulu. Keluarga Riddle adalah keluarga terpandang, tidak mungkin mereka menculik Harry atau sebagai nya. Itu akan sangat mudah untuk di selidiki.

Draco masih mencoba untuk menghubungi, ia mengabaikan banyak pesan dari tunangannya yang memiliki janji temu hari ini.

Ada juga telfon dari Ayahnya yang ia abaikan, itu hanya berisi pesan peringatan untuk tidak mengabaikan Astoria.

Gadis itu pasti mengadu lagi.

Tujuannya kali ini adalah kediaman Riddle, memang kemana lagi Harry di bawanya jika bukan di kediaman Riddle. Itu lebih mencurigakan jika Harry tidak ada disana.

.
.
.
Tbc

Jangan lupa vote and comen

Semoga suka sama ceritanya hehe, walau mungkin agak gk jelas kalau menurut kalian. Pokoknya jangan lupa buat kasih saran ke aku ya, supaya bisa lebih meningkat dalam menulisnya.

APOLOGIZEWhere stories live. Discover now