"Bagaimana?" tanya Youra sambil memasukkan irisan bakso dan sawi hijau ke dalam wajan.

"Apa?"

"Semalam."

Yunggi tidak paham. "Iya. Apa nya?"

Lamban. Youra sampai harus menatap sang empu. "Tidurmu. Nyenyak sekali, kan?"

"Seperti yang kamu liat." jawab Yunggi datar sambil menaikkan kedua bahu nya.

Kemudian Youra menatap Yunggi lagi dengan senyum yang sulit di artikan. "Fresh. Kelihatannya tidurmu berkualitas. Iya, iya aku tau. Jangan pamer."

Demi buah jeruk yang isi nya hanya empat ruas dan tidak akan Yunggi bagi-bagi, mendengar ucapan Youra membuat kening Yunggi mengernyit dan memilih langsung memangku kedua tangan bak menelisik. "Apa maksudmu? Pamer?" Yunggi pun mendengus. "Tidak ada yang bisa aku pamerkan untuk saat ini."

Dan Youra hanya bisa mengangguk-angguk tanpa menimpali walau seujung kalimat. Mie putih yang beberapa saat lalu sudah di rendam di air panas Youra tiriskan lalu di masukkan ke dalam wajan untuk di aduk rata dengan pelengkap yang lain.

Kedua tangannya begitu sibuk dengan mata yang fokus pada tujuan akhir dari persiapan masakannya pagi ini. Sehingga, Yunggi hanya bisa memperhatikan tanpa sang empu merasa terusik sedikitpun.

"Ngomong-ngomong," Yunggi kembali memulai. "Apa kamu ingin tau sesuatu soal tadi malam yang terjadi di kamar kita?"

Dengan acuhnya Youra menggeleng. "Tidak. Untuk apa?"

"Jujur saja. Aku bersedia memberitahumu kalau kamu berpikir--"

"Hei!" Youra menjentikkan jemarinya tepat di depan wajah Yunggi. "Lihat! Apa aku seperti istri yang peduli dengan urusanmu? Kamu bebas dengan hidupmu, Yung."

"Tapi kamu penasaran, aku tau. Itu sebabnya kamu yang membuka jendela kamar untuk memastikan keadaan di kamar, kan?"

"Apa?!" Youra langsung tergelak dan menepuk-nepuk lengan Yunggi pelan. "Aku meminta Cesy yang membuka jendela kamarmu. Seingatku, kemarin kamu bilang ingin melihat progres kontruksi mall di pinggir kota, kan?"

"Cesy masuk ke kamar?!" Yunggi jelas kaget.

"Ya." angguk Youra polos. "Aku yang membukakan pintu, dia yang masuk dan membukakan jendela."

"Youra," tidak sadar Yunggi menyentak sebelah lengan Youra. Sehingga sudip yang gadis itu pegang terlepas dari tangannya.

Air muka Youra jelas berubah, dia kaget bersamaan ekspresi Yunggi yang terlihat kesal. "Kamu tidak bisa membedakan siapa saja yang boleh memasuki kamar itu, hmm?"

"Apa-apaan?" lagi-lagi Youra tergelak mendengar kalimat itu terucap dari bibir tipis pria tidak berpendirian di hadapanya ini. "Masih pagi, jangan memaksaku untuk mengeluarkan tenaga lebih, Yungg."

"Tapi Cesy tidak boleh masuk sembarangan ke kamar itu. Kamar--"

"Kamar bersama?" sela Youra sambil sebelah alisnya naik bak mengejek. Lalu dia mendengus dan balik mengaduk masakannya yang hampir matang.

Detik itu juga Yunggi terdiam beberapa saat. Dia juga sempat mengintip ke arah anak tangga untuk memastikan bahwa pintu kamarnya di lantai atas masihlah tertutup.

"Jujur saja, kamu cemburu?"

Entah yang keberapa kali nya Youra tergelak. Sambil menuangkan sedikit kecap ke dalam masakannya, lalu beranjak mengambil garam dan lada, Youra pun menjawab. "Benarkah? Kamu menganggapku cemburu? Apa itu artinya kamu pikir aku menyukaimu, Yungg?"

"Youra."

"Sstttt... " Youra menutup mulut Yunggi dengan sebelah tangannya sambil satu tangan lagi mengaduk-aduk masakan. "Semenjak masuk ke rumah ini tensi ku naik turun, dari pada memunculkan sisi iblisku, lebih baik tolong siapkan piring nya. Kamu kesini mau sarapan, kan?"

AMOUR COMPLIQUEWhere stories live. Discover now