Sembilan - Perpisahan

Start from the beginning
                                    

"Aku berasal dari lautan dalam, seorang merman dari bangsa Merenian. Seratus tahun yang lalu kita bertemu, kamu manusia pertama yang mengubah pandanganku, memberi bukti bahwa tak semua manusia itu jahat, ada yang baik,

bahkan sangat baik seperti dirimu, kamu menyelamatkan aku berkali-kali, melindungiku, bahkan memberiku kasih sayang yang sebelumnya tak berani aku bayangkan, mengikis trauma sedikit demi sedikit dengan cinta yang begitu besar.

Namun, takdir membawamu pergi dariku, dengan harapan besar aku menukar mutiara kehidupanku dengan nyawamu. Walau penantianku selama seratus tahun terlihat sia-sia, tetapi aku menerimanya.

Karena pengorbananku memanglah tak sia-sia, aku dapat kembali melihatmu dengan kehidupan yang lebih damai, dan aku bersyukur untuk itu. Terima kasih karena hidup dengan baik." Seonghwa tahu, Hongjoong mungkin akan menganggapnya gila,

tapi itu sudah tidak masalah lagi, memang beginilah ia, ia bukan manusia, dan ia ingin, setidaknya, Hongjoong tahu apa yang terjadi seratus tahun lalu. Lagi pula mereka pun akan segera berpisah ... lagi. Kali ini, untuk selamanya. "Hongjoong, boleh aku memelukmu? Untuk yang terakhir kali?"

Itu bukan permintaan, hanya pertanyaan sederhana, tanpa emosi, Seonghwa sama sekali tak menuntut, tak seperti sebelumnya, Seonghwa benar-benar hanya memberi pilihan.

Hongjoong terdiam, otak dan hati ingin menjawab tidak, tetapi tubuhnya seolah mengambil alih dan mengangguk pelan memberi jawaban. Bangun dengan cepat, berjalan mendekat, membantu Seonghwa bangun dan memberinya pelukan ternyaman yang mampu ia beri.

Dapat Hongjoong rasakan bahunya basah, Seonghwa menangis dalam diam, menahan suara isakkan dengan menenggelamkan wajah pada bahu. Pelukan Seonghwa semakin mengerat, dan tubuh yang terasa rapuh itu semakin jelas bergetar.

Namun, detik berikutnya, Seonghwa mengangkat wajah dan melepas pelukan, mundur selangkah untuk memberi jarak. Hongjoong terpaku, melihat air mata masih deras mengalir membasahi wajah, tetapi bibir itu ... tersenyum dengan begitu indah.

"Terima kasih banyak, Hongjoong. Waktu yang aku habiskan bersama denganmu membuatku bahagia, aku sangat menikmatinya, dan akan selalu aku ingat selama sisa hidupku.

Aku ingin selalu berada di sisi Hongjoong, tetapi takdir tak mengizinkannya dan aku pun tak akan memaksakan kehendak. Aku akan selalu mendoakan kebahagian untuk Hongjoong dan juga San.

Selamat untuk pertunangan kalian berdua yang akan segera dilaksanakan. Hiduplah dengan bahagia, walau sedih karena aku tak masuk ke dalam salah satu orang yang membuat Hongjoong bahagia, tetapi dengan melihat Hongjoong hidup bahagia, itu sudah sangat cukup untukku.

Terima kasih banyak, untuk semuanya, kamu sudah melakukan banyak hal untukku, bahkan rela mengorbankan nyawa untuk melindungi orang sepertiku. Sesuai janji, aku ... tak akan pernah muncul lagi di hadapanmu. Selamat tinggal, Hongjoong, aku mencintaimu." Selesai mengatakan kalimat terakhir, Seonghwa lekas berbalik, berjalan cepat, bahkan berlari masuk ke dalam hutan.

Tak memberi Hongjoong kesempatan untuk sekedar memberi respons, karena semakin lama ia bersama dengan Hongjoong, akan semakin sulit untuk pergi.

Jalan yang ia lewati seketika tertutup semak agar Hongjoong tak mengikuti. Walau Seonghwa yakin Hongjoong memang tak akan mengejar, ia hanya meminta ini pada saudara Sirenian untuk menghibur diri.

'Selamat tinggal ... kekasih yang selalu aku rindukan ... walau tak bisa menjadikanmu milikku, tetapi aku senang di kehidupan ini kamu mendapatkan kebahagiaan. Aku tak pernah menyesal akan apa yang sudah aku lakukan, menukar mutiara kehidupanku dengan kebahagianmu,'

 Aku tak pernah menyesal akan apa yang sudah aku lakukan, menukar mutiara kehidupanku dengan kebahagianmu,'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Our Destiny . JoongHwaWhere stories live. Discover now