23 [The Night]

231 0 0
                                    

Dina yang selalu memilih untuk menyetir mobilnya sendiri tanpa sopir, masih tersenyum sambil membicarakan pacar adiknya.

"Mungil banget ya mi maira, imut lagi", ujar dina pada maminya.

"Iya, sopan lagi anaknya", jawab mami mita.

"Ya mudah-mudahan aja awet sama dimas, jadi dimas nggak perlu patah hati lagi", ujar mami mita menambahi.

"Mudah-mudahan, ini juga pertama kalinya dimas bawa pacarnya kerumah, biasanya hanya ke toko", ujar dina.

Begitu sampai toko, zahra yang bertugas di lantai dua menyambut bosnya dengan ramah.

"Tumben telat mi", ujar zahra sambil mencium tangan mami mita.

"Iya nunggu dimas pulang dulu soalnya", jawab mami mita sambil kembali berjalan ke ruangannya.

"Oh dimas pulang, kok nggak sekalian ikut ke toko", tanya zahra.

"Mau pergi sama maira katanya", jawab dina sambil tersenyum pada zahra.

Dina dan mami mita lalu masuk ke dalam kantor, tanpa melihat zahra yang menghentikan langkahnya.

Zahra kemudian menelvon dimas, tapi dimas tidak menjawabnya, karena dia sibuk menciumi maira.
Zahra tak ingin menyerah dan berusaha menelvon dimas berulang kali, tapi dimas masih tidak menjawabnya.

"Arrgghh", geram zahra karena dimas tak kunjung menjawab telvonnya.

Zahra akhirnya kembali menyibukkan diri di toko, tapi zahra masih belum bisa melepas pikirannya, akan kabar bahwa dimas membawa pacarnya ke solo.
Zahra sadar kalau dia sudah kalah, tapi entah ambisi apa yang membuat zahra enggan menyerah.

Dari pagi hingga sore hari, zahra menjadi sangat sensitif, sementara dimas sedang ada di puncak bahagianya. Usaha dimas untuk bisa mendapat kamar hotel yang dimas inginkan, untuk merayakan hari ulang tahun maira secara private hanya berdua dengan maira, terbayar dengan tatapan maira yang terus menerus bercahaya untuk dimas.

Sebulan yang lalu, dimas yang buntu akan ide hadiah ulang tahun yang bisa ia berikan untuk maira, teringat akan cerita maira saat maira pergi ke semarang.
Maira menceritakan tentang bukit tembalang dengan wajah tersenyum dan mata berbinar. Dimas kemudian teringat akan hotel yang ia datangi bersama gilang saat mereka SMP. Tanpa membuang waktu, dimas langsung menelvon gilang yang masih ada di london.

"Bro, tumben telvon, pasti ada butuhnya ya", ujar gilang begitu dia menjawab telvon dari dimas.

"Iya, lang kamu inget hotel yang kita datengi pas kita kelas dua SMP nggak, waktu kamu di suruh papa kamu ke semarang nemuin dia, tapi nggak mau sendiri, terus ajak aku, inget nggak", tanya dimas tanpa basa basi pada gilang.

"Yang mana dim, udah lama banget, udah lupa aku", jawab gilang.

"Yang di atas semarang, masa lupa, di tembalang, inget nggak", tanya dimas lagi.

"Oh bilang dong, punya keluarganya renata itu, emang kenapa, mau bawa siapa kamu kesana", ujar gilang, yang enggan luput untuk menggoda dimas.

"Mau pesen kamar VIP, buat kado ulang tahun pernikahan mbak dina lang", jawab dimas sambil berusaha menutupi kebohongannya.

"Bohong aja kamu, kalau kamu telvon renata salam ya", ujar gilang.

"Masih ngarep renata kamu", tanya dimas lagi.

"Mau ngarep ratih, bekas kamu, ogah aku, yang pasti-pasti ajalah yang udah aku cicipi", jawab gilang tanpa rasa malu.

"Aku nggak sentuh ratih lang, masih utuh dia, coba kejar aja, siapa tau sekarang berhasil", goda dimas.

After SunsetOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz