12. Cafe Sultan

517 74 0
                                    

Trisha bahagia memandang notifikasi ponsel berisi pemberitahuan saldo ATM-nya yang bertambah banyak. Dia mendapatkan transferan dari Papa dan juga Yuka, kekasihnya.

Hari ini dia tak menghambur-hamburkan uang dari Yuka untuk berpoya-poya. Dia mau melancarkan misinya mendekati keluarga Dafna.

Trisha sudah tampil cantik, mengenakan pakaian dari merek terkenal.

"Keberuntungan selalu berpihak pada wanita cantik," guman Trisha bahagia.

Dia melihat Ibu Carlos memasuki cafe Sultan. Tidak sia-sia dia menunggu selama satu setengah jam di mobil. Trisha merapikan rambutnya dan turun.

Perempuan itu mengenakan dress berwarna putih gading setengah paha. Tas selempang berwarna kecil dan heels berwarna senada dengan gaunnya.

"Lho Tante Vansa!" sapa Trisha berusaha mengakrabkan diri.

Vansa menatapnya, tidak mengenal perempuan  bergaya hedon seperti ingin datang ke pesta ini.

Trisha menarik kursi dan duduk seanggun mungkin.

"Aku Trisha, anak tantenya Osean. Aku lihat Tante di pesta pernikahan Osean dan Carlos tapi belum ada kesempatan menyapa. Baru hari ini," kata Trisha disertai senyuman manisnya.

"Oh saudaranya Osean, saya Vansa. Mertuanya," sambut Vansa.

"Tante sendirian?" tanya Trisha.

"Ya, anak-anak saya sibuk," jawab Vansa seadanya.

"Aku temani. Kebetulan aku datang sendiri."

Trisha tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendekatkan diri.

"Boleh," balas Vansa tidak keberatan menerima orang baru di mejanya.

Seorang pelayan datang membawa dua menu. Vansa santai melihat buku menu berbeda dengan Trisha yang sama sekali tidak mengerti nama-nama makanan asing di dalam daftar menu.

Harga setiap makanannya ditulis menggunakan dolar.

"Satu es teh manis harganya lima dolar," batin Trisha.

Dia tidak boleh terlihat kampungan tidak masalah meski menguras isi rekening. Dia bisa meminta lagi pada Yuka.

"Saya pesan satu pancake seperti biasa. Beef salad dan Banana chocolate," ucap Vansa.

"Aku samakan saja," timpal Trisha malas mencari menu lain.

"Okey, dua porsi."

Vansa mengeluarkan kipas warna merah menyala. Tidak gerah tapi sekedar ingin melakukannya.

"Tante biasa pergi sendirian?" tanya Trisha membuka percakapan panjang.

"Dengan beberapa pengawal," balas Vansa.

"Carlos dan Calais sangat sibuk, ya."

Vansa mengangguk. "Mereka sangat sulit diajak pergi. Mereka sibuk dengan keluarga masing-masing dan mencari uang," kekeh Vansa.

"Tante biasanya pergi ke mana?" tanya Trisha.

"Ke mana pun saya mau, salon, tempat belanja," jawab Vansa.

"Kebetulan aku selalu senggang. Tante bisa hubungi aku kalau butuh teman," ujar Trisha memberikan kartu namanya.

Vansa menerima kartu nama perempuan tersebut. Lumayan juga ternyata perempuan ini seorang mahasiswi jurusan akuntansi semester akhir dan memiliki usaha salon.

"Kamu cukup produktif ya," komentar Vansa memberikan kartu nama miliknya.

"Tidak terlalu, Tante," balas Trisha malu-malu.

Trisha mengulum senyum melihat kartu nama Vansa, dia sekarang memiliki nomor wanita ini. Waktunya melancarkan beberapa rencana.

"Osean tinggal satu rumah bersama Tante?" tanya Trisha.

"No, dia di rumah Carlos," jawab Vansa.

"Oh sukurlah," kata Trisha pelan tapi masih bisa didengar oleh Vansa.

"Syukur?" Vansa menaikan sebelah alisnya.

"Saudara aku itu jarang keluar rumah dan cukup pemalas. Aku takut kalau satu rumah dengan Tante, bisa mengakibatkan kesalahan pahaman," jelas Trisha tersenyum tipis.

"Carlos langsung memisahkan diri setelah ijab kabul."

Putranya itu tidak mau tinggal satu minggu di rumahnya setelah menikah. Katanya Carlos tidak mau membuat Osean tidak nyaman kalau harus tinggal satu atap dengannya. Vansa pun tidak terlalu mempermasalahkan.

"Aku kira Osean akan menikah dengan pacarnya ternyata dengan anak Tante. Aku terkejut saat itu, aku sempat berpikir apa Osean berselingkuh ternyata pacar Osean yang selingkuh." Tutur Trisha menampilkan wajah prihatin.

"Berapa lama mereka berpacaran?" tanya Vansa sedikit tertarik dengan mantan pacar menantunya.

"Katanya lama. Mereka sangat mesra sampai-sampai pernah berlibur berdua selama satu minggu lamanya," jelas Trisha.

"Liburan berdua?" tanya Vansa terkejut.

"Iya Tante, foto-foto keduanya masih ada di sosial media Osean," sahut Trisha.

Dia menunjukkan akun Osean. Isinya penuh dengan foto mesra Osean dan Ryan di pantai, tempat wisata dan tempat-tempat lainnya.

"Mereka sangat mesra, kan."

"Pasti udah banyak hal mereka lalui bersama."

"Katanya juga Tante, ya. Osean udah melepaskan keperawanannya buat Ryan saat liburan ini. Beritanya tersebar di seluruh universitas," jelas Trisha pelan.

"Tapi aku tidak percaya, Osean di rumah sangat baik."

Trisha berusaha mengotori otak Vansa agar meragukan Osean. Pastinya Vansa tidak akan membiarkan keluarganya tercoreng. Melihat ekspresi Vansa yang mengerutkan kening dan berpikir keras, nampaknya ini cukup memperngaruhi pikiran wanita tersebut.

Langkah pertama Trisha harus membuat Vansa meragukan Osean, kemudian membencinya.

"Ryan belum pernah bicara dan Osean juga tidak pernah klarifikasi soal tersebut. Makanya banyak orang percaya Osean udah melepaskan kewanitaannya pada Ryan. Dulu Ryan sangat-sangat mencintai Osean."

"Terus Trisha, lo pasti berhasil."

"Begitu ya," kata Vansa mengangguk samar.

Percakapan mereka terhenti saat makanan tiba. Trisha diam menikmati makanan yang disajikan karena Vansa pun bungkam dengan tatapan kosong.

Setelah selesai makan Vansa pamit pulang.

"Semua makanannya saya yang bayar, ya."

"Terima kasih banyak Tante, sampai jumpa. Hati-hati di jalan," sahut Trisha tersenyum manis.

Senyuman manis Trisha berubah menjadi senyum sinis saat mobil Vansa sudah berlalu. Pasti wanita tersebut akan pergi ke rumah Carlos dan menanyakannya pada Osean.

Satu kehancuran rumah tangga Osean telah menghampiri.

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Nov 18, 2023 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

Mischievous WifeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora