06. Mission

315 70 4
                                    

Udara hutan yang berbau mesiu*, hujan, dan bebauan tajam lainnya bercampur menjadi satu memenuhi ruangan sesak dengan banyak penghuni di dalamnya. Tanahnya tidak lain hanyalah lumpur dan hamparan dedaunan basah yang tebal. Komandan dan beberapa anggota bersama dua jenderal berkumpul membentuk lingkaran sesuai meja yang dipakai berdiskusi. Fokus mereka tertuju pada satu kertas berwarna kuning kusam yang sudah banyak goresan tinta.

Keringat bercampur deru nafas tegang menjadikan ruangan itu semakin sesak. Jeffryson dan rekannya, John menjadi pemimpin rapat itu menyatukan banyak otak untuk membalaskan penyerangan Prancis yang dilakukan secara diam diam malam tadi. Lampu temaram yang hanya menyorot bagian kertas penuh strategi itu membuat suasana disana terlihat menegangkan.

Sementara diluar suara tembakan masih berdentum bersahut sahutan. Melakukan penyerangan dalam sebuah parit yang jauh dari kata bersih dengan keadaan anggota yang sebagian sudah luka luka akibat serangan mendadak.

"Kita akan hentikan penyerangan malam ini." suara tegas milik jenderal Jeffry semakin membuat atmosfer di dalam menjadi pekat

"Ini adalah taktik. Kalian semua perdalam parit bagian ujung dan letakkan semua senjata disana."

Komandan pleton dan komandan kompi yang berada disana masih menatap fokus pada kertas yang ditandai sebagai titik bagian yang dimaksud.

"Begitu suasana sepi mereka asti akan keluar dari parit."

"Jadi saat itu kita akan menghujani mereka dengan meriam sharpnell." Jendral John menambahkan suaranya di rapat itu

Meriam sharpnell adalah jenis peluru yang akan menciptakan kabut asap yang sangat tebal sehingga jika peluru itu ditembakkan ke udara maka kabut asap akan menghalangi pencahayaan target di bawahnya. Hal tersebut akan membuat pihak Jerman semakin mudah untuk membalaskan serangan mereka.

Jendral Jeffryson memang terkenal dengan taktiknya yang penuh perhitungan tak heran jika ia dipercaya memimpin dua perang sekaligus disaat yang bersamaan.

Taktik yang digunakan kali ini adalah taktik perang yang begitu berbahaya karena kepulan asap juga dapat membahayakan kelompok jika tak direncanakan dengan teliti. Oleh sebab itu parit akan dikosongkan sementara dan prajurit akan melakukan perlawanan di ujung. Pihak awan tidak akan menyadari taktik ini karena belum ada lagi yang menggunakan taktik ini sejak pertama kali digunakan tahun 1700an. Namun bedanya dalam peperangan kali ini peluru yang digunakan mengandung material yang jauh lebih buruk meski kualitasnya sangat baik.

--

Sementara itu di château rumah sakit sementara, suasana tampak lebih tenang dari sebelumnya karena para peralatan medis dan obat obatan tambahan telah tiba dan serdadu yang terluka segera mendapat perawatan. Mereka sampai melupakan jika salah satu perawatnya belum kembali bersama dengan mobil berisi perlengkapan medis.

Para dokter dan perawat sibuk membalut luka dan memberikan obat pada pasien mereka. Juga dengan para serdadu yang terlihat tidak peduli dengan salah satu wajah yang kurang diantara wajah perawat lainnya. Namun meski begitu, keadaan didalam sana sedikit lebih tenang dari hari sebelumnya. Tentu saja, itu karena merekalah yang memenangkan penyerangan semalam. Meski tetap ada teriakan kesakitan namun mereka yang saling bercerita tentang kejadian menegangkan itu akhirnya saling bersorak atas kekalahan Jerman.

Diantara seragam seragam militer itu, hanya satu yang tampak kebingungan seolah mencari suatu benda berharga yang telah hilang. Tak ada yang memperhatikannya karena saling sibuk dengan kegiatan masing masing. Ia mencari seorang yang wajahnya cukup familiar

"Nona," panggil sang kapten pada perawat muda yang sedang membereskan bekas kasa yang tercecer

Perawat muda itu segera menoleh menatap kagum pada pemilik iris berwarna cokelat gelap yang terasa begitu menenangkan

GERMANY, 1917 (The Train Love and Fire)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang