5. Sah

198 7 1
                                    


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

✥بِســــــمِ اللَّهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيــــــمِ✥

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang."

-Q.S Ar-Rum : 21-

.
.
.

"Bismillahirrahmanirrahim ... Ya Muhammad Atharazka Azlan Firdaus ..."

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhthuubataka binti Shafa Najma Al-Jannah bi mahri bi 'adawaatish sholah wa milyuuni rubiyyatin haalan! ..."

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur haalan!"

"Sahh ... !!" ucap para saksi ketika Athar selesai mengucapkan kalimat ijab qabul tersebut. Setelahnya, bersamaan dengan kata 'sah' jabatan tangan antara Athar dengan sosok lelaki yang kini sudah menjadi mertuanya itu terlepas, lalu memulai membaca doa.

Athar menangkupkan kedua tangannya ke wajahnya sebagai ucapan syukurnya. "Alhamdulillah ..." namun, ekspresinya masih terlihat tegang meski kata 'alhamdulillah' sudah diucapkannya.

"Alhamdulillah ... Gus Athar sudah tidak sendiri lagi." bisik Ghani. Athar meliriknya tajam, membuat Ghani terkekeh. "Afwan ... Gus Athar. Jangan marah, atuh. Masih pengantin baru, juga." lanjut Ghani. Namun, Athar lebih memilih mengabaikannya.

"Nak Athar ... bisa menjemput Shafa." ucap Kyai Abdullah, yang kini sudah menjadi ayah mertuanya. Athar mengangguk. "Na'am, Kyai."

Mendengar kalimat itu, Kyai Abdullah tersenyum. "Saya sudah menjadi Ayah kamu. Panggil saja, Ayah." tuturnya.

"Iya, Ayah." Kyai Abdullah tersenyum lagi, mendengar kata 'Ayah' yang terlontar dari mulut Athar.

Ghani menyenggol pelan lengan Athar. "Jemput, gih. Istrimu ..." setelah mengucapkan itu, Ghani langsung pergi. Athar hanya menggeleng dengan sikap Ghani itu.

---

Perlahan langkah Athar menuju keberadaan wanita yang kini telah menjadi istrinya. Jantungnya berdebar kencang. Mulutnya terus mengucapkan istighfar. Entah apa yang membuat Athar menjadi berkeringat, padahal suhu rumah ini tidak cukup panas.

"A-assalamualaikum ..." ucap Athar, gugup. Bagaimana tidak? Hari ini, dan saat ini ia akan melihat sosok perempuan untuk yang pertama kalinya. Bahkan sosok perempuan itu adalah istrinya.

Athar membuka pelan-pelan pintu itu. Namun, belum juga pintu itu terbuka sempurna, Athar menjadi ragu. Apakah dirinya tidak sopan masuk ke dalam tanpa izin dari pemiliknya? Tapi, pemiliknya adalah istrinya sendiri. Lalu, bagaimana?

Athar memilih untuk berdiam di depan pintu, dengan pintu yang sedikit terbuka. Athar ragu untuk masuk ke dalam ruangan itu.

Tapi, tak berapa lama Athar membalikkan badannya. Lalu--

Dukh!

Athar tak sengaja menabrak tubuh seseorang ... perempuan? Seketika itu jantungnya yang semula sudah berdetak normal kini menjadi berpacu cepat lagi. Keringat dingin mulai menyelimuti tubuhnya. Dalam hatinya sudah menyebut nama-nama Allah.

ATHARAZKADonde viven las historias. Descúbrelo ahora