tapi Ann cukup penasaran kenapa tiba-tiba Alva memintanya menunggu di teras, padahal biasanya pria itu akan datang dan pergi sendiri tanpa meminta sesuatu.

merasa ada yang tidak beres Ann langsung bangkit dan segera menuju ke pintu utama, ia melewati ruang tengah dimana Xici dan sang Bunda berada, tentu mereka bertanya-tanya kenapa ia lari keluar.

tanpa memperdulikan apapun, Ann keluar begitu saja dari mansion dan berjalan ke teras sampai ke aspal kecil ditengah taman luas, cukup lama ia berdiri disana sampai mobil Alva terlihat.

raut wajah Ann berubah cerah saat melihat pria itu kembali, sampai saat mobil itu berhenti didepannya dan Alva keluar dengan wajah lesu, tanpa banyak bicara pria itu berjalan mendekat dan langsung memeluknya.

"kenapa ?" tanya Ann bingung, ia melonggarkan dekapan pria itu dan menatap wajahnya yang tampak pucat, bohong jika Ann tak khawatir, ia langsung menyentuh wajah dan kening pria itu.

"sakit ?"

Alva menggeleng, "nggak papa, temenin aku tidur sebentar ya, aku capek."

tanpa menunggu jawaban Alva langsung mengangkat Ann ketangannya dan berjalan menuju mansion, setelah menyerahkan kunci pada maid ia langsung pergi kelantai atas tanpa memperdulikan Xici dan sang Bunda disana.

"kak Alva lagi marah ya ?" gumam Xici cemberut.

"nggak kok, paling cuman kangen sama Ann aja." hibur sang Bunda sambil mengusap surai gelap Xici, gadis kecil itu diam sejenak sebelum mengangguk pelan.

tak berselang lama pintu utama terbuka lagi dan terlihat sosok Alza yang juga menggendong Nao ditangannya, tak seperti biasanya Alza diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"eh Bunda, Xici, selamat sore, kami udah pulang hehe." ucap Nao dengan senyuman kecil, tapi perhatian sang Bunda tentu terfokus pada Alza yang tak berbicara atau tersenyum.

"iya sayang, di kantor lagi banyak kerjaan ya ?, mau makan dulu sayang ?"

"nanti aja Bunda, ini mau istirahat dulu." balas Nao tersenyum kecil, tapi Alza hanya diam tak menoleh sedikitpun bahkan langsung pergi kelantai atas begitu saja.

tentu Xici dan sang Bunda kebingungan melihat Alza tampak lebih diam, sama persis seperti Alva biasanya.

"kak Alva sama kak Alza beneran kayak kembar kalau diem begitu." celetuk Xici cemberut, sedangkan sang Bunda hanya tertawa kecil.

---

sementara itu dikamar, Alva sudah tengkurap sambil memeluk erat tubuh mungil Ann yang bersandar pada headboard, pria itu seperti baru saja menguras tenaganya dan hanya menyisakan baterai lemah saat ini.

"habis dari mana ?" tanya Ann, tapi Alva tak menjawab dan hanya diam mengeratkan pelukannya.

"kalau aku tanya dijawab, habis dari mana ?" tanya Ann lagi.

tapi Alva masih diam dan justru mengeratkan pelukannya, tak lama ia mengubah posisi menjadi tiduran menyamping tanpa melepas pelukannya.

"habis berantem ?, ada yang ganggu ?" tanya Ann lagi sekarang ikut rebahan memeluk balik bayi besar ini.

"berantem sama siapa tadi ?, jangan bilang kamu nyenggol preman yang ganggu aku waktu itu."

"nggak bukan."potong Alva cepat.

"terus kenapa ?, jangan bohong ya, aku tau pasti ada apa-apa diluar, ngaku !"

Alva diam sejenak, "p-pemicu rut nya..."

"pemicu rut ?, oh yang dibilang sama Setan waktu-"

seketika Ann terdiam ketika merasakan hawa yang berbeda, hawa dominan menguar dari tubuh Alva dan langsung memenuhi ruangan itu, Ann sedikit terkejut merasakan perubahan yang sangat tiba-tiba ini.

My 2 little Stars (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora