Tujuh - Hari kelima

Start from the beginning
                                    

Walau, Seonghwa mulai bingung apa yang harus dilakukan. Rencana yang ia susun untuk hari ini adalah memandang rembulan, tetapi Hongjoong memajukan waktunya, sehingga tak mungkin melihat rembulan sekarang, karena waktu bahkan baru menunjuk angka sepuluh.

Lama diam, Seonghwa akhirnya tersadar dan mempersilakan Hongjoong untuk duduk. "Maaf, Hongjoong. Bisa tolong tunggu sebentar? Aku ingin memikirkan kembali apa yang ingin aku lakukan bersama Hongjoong hari ini."

Hongjoong hanya mengangguk sebagai respons.

Jus mangga yang kebetulan baru ia buat, Seonghwa berikan untuk Hongjoong. "Silakan di minum, aku akan masuk sebentar," ujarnya dan melenggang pergi tanpa menunggu jawaban dari lawan bicara.

Masuk ke dalam gua dengan terburu, menuju ponsel yang diletakkan di meja dapur. Mengambilnya, dan menghubungi seseorang dengan tidak sabar. "Ayoo, Yunhoo, angkatlah."

Seonghwa tahu saat ini waktu di pulau sudah larut malam, yang mungkin saja Yunho sudah tidur atau tengah melakukan ritual malam bersama Mingi, tapi ia tak tahu harus melakukan apalagi selain meminta bantuan dari saudara di pulau.

📞"Kak Hwa? Ada apa? Maaf, aku tadi di dapur."

Suara Yunho, membuat Seonghwa sedikit lebih tenang, bersyukur juga ternyata Yunho tengah luang. "Itu ... Yunho ... Hongjoong ... maksudku, Hongjoong datang lebih awal, sehingga rencanaku menjadi berantakan.

Karena di sini masih siang, mungkin ... aku akan mengajak Hongjoong jalan-jalan di hutan, dan mmm menangkap ayam hutan?" jelasnya dengan ragu akan rencananya sendiri, karena di sini jelas tak ada ayam hutan, "untuk itu, bisakah pulau mengirimkan ayam hutan kemari?"

Tak ada balasan selama beberapa saat, Seonghwa memaklumi Yunho mungkin tengah mencari tahu bisa atau tidaknya. Pulau memang sudah maju dan banyak gedung-gedung tinggi yang dibangun, tetapi bukan berarti keasriannya dihilangkan. Ada tenpat khusus yang dijadikan hutan agar flora dan fauna khas pulau tidak punah.

📞"Kak Seonghwa?"

"Iya?" balas Seonghwa dengan cepat, berdoa semoga mereka bisa.

📞 "Mingi bilang bisa, tetapi karena tidak ada Sirenian atau pun Merenian yang dapat mengendalikan hewan darat, maka harus ditangkap manual, dan itu akan membutuhkan banyak waktu mengingat ayam hutan sangat sulit ditangkap."

"Ah." Benar juga, bagaimana ia bisa melupakan fakta itu. Hanya itu satu-satunya cara, walau dibantu alat canggih untuk menangkap pun, tetap membutuhkan waktu, dan Seonghwa tak bisa meminta Hongjoong menunggu lama. "Tak apa Yunho, katakan pada Mingi tak perlu mencari ayamnya. Aku akan pikirkan rencana lain. Maaf sudah mengganggu waktu istirahatmu."

📞"Tidak, jangan seperti itu, hubungilah kami kapan pun kakak membutuhkan kami. Dan maaf, kali ini kami tak dapat membantu dengan cepat."

"Tidak masalah, terima kasih sudah mendengarkan aku." Panggilan Seonghwa akhiri, helaan napas panjang terdengar setelahnya. Mau bagaimana lagi, mungkin cukup jalan-jalan di hutan saja.

Cuaca hari ini cukup terik, kulitnya akan cepat terasa kering, apalagi sejak pagi ia merasa ada yang aneh pada dirinya sendiri, untuk lebih aman, memang jalan-jalan di tempat rindang adalah pilihan terbaik. Kembali berjalan keluar untuk menemui Hongjoong, dan bersyukur ternyata Hongjoong benar-benar menunggu. "Maaf membuatmu menunggu lama."

"Sudah memutuskan?"

Seonghwa mengangguk. "Temani aku jalan-jalan di hutan."

"Hutan? Kau yakin tidak ke pantai?" tanya Hongjoong, bukan apa-apa, bukannya ia curiga, hanya saja jalan di hutan cukup terjal apalagi tak ada jalan setapak, apa Seonghwa sanggup melewatinya?

Our Destiny . JoongHwaWhere stories live. Discover now