23

24 2 0
                                    

Sudah semalaman Jessie menangis di kamarnya, Andi yang tahu kalau Jessie sedang dalam kondisi kacau bingung harus menenangkan adiknya. Jessie mengunci kamarnya, karena ia tidak mau diganggu oleh siapa-siapa tak terkecuali kakaknya sendiri.

Boy sedari tadi ada di rumah Jessie karena Andi yang menghubunginya untuk membujuk Jessie agar mau menceritakan masalahnya. Berbagai cara telah Boy dan Andi lakukan tapi Jessie tetap tak mau membuka pintu dan menceritakan masalahnya.

Jessie sengaja menonaktifkan handphonenya sejak Calum mengirimnya pesan saat di taxi tadi. Ia mengambil figura foto yang berisi foto ia dengan Calum saat mereka sedang di taman di kampus Jessie.

Tangisan Jessie semakin menjadi. Iapun menjatuhkan badan ke ranjangnya dengan posisi masih memeluk foto mereka berdua. Matanya yang sembab pun tak kuat menahan rasa kantuk dan akhirnya dia tertidur.

[skip]

"Jessie!!! Bangun! Ini ada Boy, cepat mandi!" Andi mengetuk pintu kamar Jessie sambil berteriak.

"Iya An aku bangun. Suruh Boy tunggu di bawah saja."

Jessie yang terbangun karena suara khas Andi, langsung berjalan menuju kamar mandi dan melihat cermin.

Yaampun wajahku sudah seperti monster yang baru saja menerkam mangsa. Mengerikan. Ini pasti efek menangis semalaman. Mataku sembab dan rambut berantakan. Sudah seperti singa kurang tidur haha.

[skip]

Selesai mandi, Jessie langsung sarapan dan setelah itu ia duduk di samping Boy.

"Oh iya Boy, by the way kenapa kau datang ke rumahku pagi-pagi? Tumben sekali." Tanya Jessie sambil memindah-mindahkan channel tv.

"Aku mau menjemputmu Jes." Jawab Boy santai sambil memakan camilan.

"Untuk?" Kini Jessie mematikan tv karena tidak ada channel tv yang menarik sama sekali dan mulai meminum cokelat panas buatan Andi.

"Kau tidak tau? Kan 5sos mau kembali ke Sydney pagi ini."

Jessie menyemburkan cokelat panasnya karena kaget mendengar ucapan Boy.

"Apa?!"

"Iwh Jes, jorok sekali dirimu, untung kau cantik. Kalau tidak, pasti aku sudah membencimu." Boy terlihat menggeser posisi duduknya.

"Benar Jes, masa kamu tidak tau sih? Calum dan temannya tidak memberitahumu? Bukannya kau kemarin bertemu dengannya?"

Jessie terdiam mencoba mencerna semua ucapan Boy.

Oh iyaya, aku kan menonaktifkan handphoneku dari kemarin. Jelas saja aku tidak tahu.

Jessie buru-buru mengaktifkan handphonenya. Dan benar. Lebih dari 50+ misscall dari Calum, 50+ pesan dari Calum, dan banyak misscall juga pesan dari Luke, Ashton, Michael dan Audrey.

Jessie-pun mulai menscroll-up pesan dari Calum dan ia melihat pesan Calum yang berisi

From : My Asian Sweetheart

Jes, aku menyerah. Ini sudah kesekian kalinya aku mencoba menghubungimu, namun nomor mu tak aktif. Kalau kau benar-benar marah padaku, tak apa, aku mengerti. Oh iya, aku hanya ingin memberitahumu kalau kami akan kembali ke Sydney besok pagi pukul 8 di bandara Soekarno-Hatta. Aku akan menunggumu sampai datang.

Jessie melihat jam yang ada di tangannya.

Astagaa ini sudah pukul 07.30. Aku tidak akan sampai ke bandara tepat waktu mengingat Jakarta yang selalu macet di pagi hari. Bagaimana ini? Aku ingin melihat Calum untuk yang terakhir kalinya. God please help me.

Gelisah. Bingung. Itulah yang menggambarkan perasaan Jessie sekarang. Boy yang melihat Jessie kebingungan langsung menghela nafas.

"Boy, maksud kedatanganmu ke sini untuk mengantarku ke bandara kan?" Jessie mendekatkan wajahnya pada Boy dan memasang puppy face-nya.

"Baiklah Jes, Iya, ayo kita berangkat sebelum kau menangis lagi karena tidak bisa melihat Calum dan ketiga teman idiotnya untuk terakhir kali." Boy menarik tangan Jessie lalu ke luar rumah.

"Tapi Boy, kita tidak akan sampai tepat waktu jika menggunakan mobil, kau tau kan Jakarta selalu macet di pagi hari?"

Boy terlihat berfikir dan akhirnya melihat sepeda motor milik Andi di garasi rumah Jessie.

"Bagaimana kalau naik motor? Tapi kau yang membawanya ya, kau tau kan aku tidak bisa mengemudikan motor."

"Tapi aku kan-"

"sudahlah Jes, biar kutunjukkan jalan-nya. Ayo cepat"

Mereka berdua bergegas naik motor Andi. Jessie-pun mengemudikan motor dengan kecepatan lumayan tinggi hingga akhirnya mereka sampai di Bandara Soetta.

Boy menarik tangan Jessie dengan maksud untuk mempertemukan Jessie dengan Calum. Namun, Jessie berhenti saat ia melihat Nadia sedang berbincang-bincang dengan Calum. Ia juga melihat Audrey yang sedang kebingungan seperti sedang mencari seseorang.

"Kenapa Jes? Ayolah kita lewati fans yang menghalangi mereka. Aku yakin mereka belum berangkat karena menunggumu."

"Tapi bukan fans yang menjadi masalahku sekarang."

"Lalu apa? Nadia? Oh ayolah dia kan hanya fans mereka, kau lah yang mereka tunggu, bukan Nadia si fans yang tak tau diri."

"Aku hanya tidak mau menambah masalahku dengan Nadia, Boy."

Jessie menunduk dan matanya mulai memerah. Boy dengan sigap langsung memeluk Jessie, karena ia tahu kalau Jessie saat ini sedang ada dalam keadaan yang cukup rumit.

"Baiklah kalau kau tidak mau bertemu dengan mereka, akan ku antar kau pulang." Jessie mengangguk lesu. Kini ia benar-benar tak mau bertemu dengan Calum. Maafkan aku Cal, bukannya aku tidak mau bertemu denganmu untuk yang terakhir kali, tapi aku hanya tidak mau melihat kepergianmu. Aku tidak cukup kuat untuk semuanya. Batin Jessie.

-----

Anggep aja yg di mulmed pas calum lg di soetta airport ya? oke? bye xx

What I Like About You [c.h] [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora