2

618 64 8
                                    

Tiga Bulan sudah Jimin menjadi tawanan Jungkook. Kenapa tawanan? Sebab sekarang ia di kurung di basement rumah mareka, Jimin bahkan baru tau ruangan tersebut saat Jungkook mengurungnya, ia tak tau kapan Jungkook membangun rungan tarsebut, Jungkook benar-benar penuh rahasia. Di dalamnya hanya ada satu ranjang, lemari pakain, meja makan dan tentunya kamar mandi yang digabung juga dengan toilet.

Jungkook hanya akan datang ketika jam makan atau ketika lelaki itu sedang ingin menidurinya.

Jimin meringkuk di atas ranjang hanya menangis dan menangis yang bisa Jimin lakukan sekarang, semua usaha yang ia lakukan sia-sia.

Sebenarnya setelah di kurung disini Jimin tak tinggal diam, ia terus berusaha mancari cara agar bisa keluar dari basement tersebut, namun ia sama sekali tak menemukan celah, ruangan ini benar-benar tertutup, hanya ada satu lubang udara kecil dan pintu yang tidak bisa di buka jika tidak mengetahui pinnya.

Pada akhirnya Jimin hanya bisa pasrah dan berserah pada Tuhan.

"Ughhh..."

Jimin menutup mulutnya, rasa mual yang sudah beberapa hari ini ia rasakan kembali kambuh, perutnya bergejolak seoalah ada yang mengaduknya dari dalam.

Tak tahan Jimin berlari ke kamar mandi memuntahkan isi perutnya. Hanya cairan bening seperti sebelum-sebelumnya namun mampu mambuat tubuhnya lemas setengah mati.

Terdengar suara pin di buka, Jimin menolehkan kepalanya melihat Jungkook baru saja memasuki basement sambil membawa nampan berisi makanan untuknya.

"Jimin?" Panggil pemuda itu heran saat tidak mendapati presensi sang ayah, biasanya Jimin ada di atas ranjang atau duduk di kursi meja makan sambil merenung setiap kali Jungkook datang. Namun kali ini tidak ada, wajar jika Jungkook merasa heran.

"Aku disini" Sahut Jimin pelan dari dalam kamar mandi.

Jungkook yang mendengar itu segara menghampiri Jimin.

"Kau muntah lagi?" Tanya Jungkook pada Jimin yang terlihat lemas.

Jimin mengangguk lemah sebagai balasan.

Jungkook merangkul pundak sempit itu menuntunya berbaring di atas ranjang.

Bibir gemuk Jimin tampak pucat tidak merona seperti biasanya.

"Apa yang kau rasakan?" Tanya Jungkook.

"Lemas, mual" Jawab Jimin lirih.

"Makan dulu ya" Bujuk Jungkook.

Jimin menggelang, untuk sekarang Jimin benar-benar tidak nafsu makan nanti yang ada ia malah memuntahkan makanan tersebut.

"Sedikit saja Jimin, agar perutmu tidak kosong, nanti aku akan membeli obat peredah mual di apotik" Ucap Jungkook.

Jimin kembali menggelang mambuat Jungkook menggeram marah. Ia bukan orang sesabar itu.

"Makan Jimin! Atau mau kupaksa dulu baru kau makan" Bantak Jungkook.

"Tidak mau! Aku tudak mau makan! Jangan memaksa hiks... Aku tidak mau"

Jika biasanya Jimin akan menuruti semua omongan Jungkook karna takut dihukum pemuda itu berbeda dengan sekarang, entah memiliki keberanian dari mana Jimin membatah Jungkook, perasaannya jadi sangat sensitif.

Dahi Jungkook mengernyit, Jimin berani membantahnya namun tiba-tiba menangis, perubahan mood Jimin akhir-akhir ini sangat aneh, Jungkook perhatikan sudah beberapa hari ini mood Jimin tidak stabil, kadang manja, tiba-tiba menangis dan kadang-kadang sangat berani membangkangnya.

Jungkook mengela nafasnya. "Sudah kalau kau belum mau makan sekarang, tapi pastikan piringmu kosong saat aku kembali nanti" Ucap Jungkook sambil mengusap pipi Jimin yang basah.

ObsesionWhere stories live. Discover now