'Bodohnya aku'
Selama 28 tahun aku hidup sebagai Choi Soo-na, aku tidak pernah berpikir aku bisa sebodoh ini, tapi kurasa itu karena aku belum pernah melihat wajah yang benar-benar tampan di kehidupanku sebelumnya.
'Kupikir yang terpenting dari seorang pria adalah kepribadian dan hatinya, tapi itu semua hanyalah kemunafikanku saja....!'
Aku membayangkan kembali wajah Killian yang sangat bahagia itu berulang kali sampai jari kakiku terasa kebas dan aku kembali ke mansion dengan tertatih-tatih.
Pemandangan itu dan gejolak emosional yang kurasakan akibat melihat wajah Killian tadi tidak mengurangi niatanku untuk melakukan kegiatanku hari ini.
Aku segera berjalan menuju ke kantor Duchess
"Mulai hari ini, aku ingin kau mengatur dokumen-dokumen di sana dan buatkan daftar yang bagus tentang apa saja yang harus kita beli, jumlahnya, dan beserta harganya. Mungkin itu akan memakan waktu beberapa hari karena banyaknya dokumen, jadi jangan terburu-buru dan nikmatilah waktumu."
"Baik, bu."
Dokumen yang diberikan hari ini kepadaku adalah dokumen mengenai persenjataan dan baju zirah yang ingin dibeli oleh Kediaman Ludwig.
'Apa mereka benar-benar menurunkan kewaspadaannya terhadapku, sehingga membiarkanku untuk mengatur dokumen-dokumen ini.....?'
Detail pembelian persenjataan dan baju zirah seharusnya merupakan informasi yang sangat rahasia, tapi melihat fakta bahwa mereka telah membiarkanku untuk mengaturnya, sepertinya usahaku selama ini tidak sia-sia.
Ini artinya pedang yang mengarah pada leherku bergerak semakin menjauh.
Aku mulai mengatur dokumen-dokumen tersebut, mengelompokkannya berdasarkan jenisnya dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing senjata dan baju zirah tersebut.
Saat aku mengerjakannya, aku membuat tabulasi data dari apa yang aku lihat, aku menuliskannya dalam sebuah tabel sehingga aku dapat melihat keseluruhan informasinya dalam sekejap.
Sangking asyiknya aku memilah dan menyusun dokumen-dokumen itu, aku tidak menyadari kalau sedari tadi ada seseorang yang berdiri di sampingku.
Saat aku mendongak, Lize sedang berdiri di sampingku dan memperhatikanku bekerja.
Matanya bertatapan denganku dan tersenyum, tapi entah kenapa aku merasa tidak nyaman.
'Jangan lagi'
Ini merupakan perasaan yang sangat aneh sejak saat itu. Ada sesuatu yang aneh dengan caranya menatapku dan itu menggangguku.
'Apakah itu insting yang dimiliki Edith dalam cerita aslinya?'
Mengingat bahwa aku bertransmigrasi kedalam novel Rofan dengan ingatan yang masih lama yang masih ada, itu mungkin saja.
Aku mencoba mengubah hal-hal yang di takdirkan untuk terjadi di dunia ini, jadi mungkin ada kekuatan yang mencoba untuk menjaga segala sesuatunya agar tetap seperti alur dalam cerita aslinya.
'Aku tidak boleh kalah dengan pengaturan karakter aslinya, kalau tidak aku akan gila.'
Aku menelan ludah dan tersenyum manis. "Lize, sejak kapan kau datang?"
"Oh, barusan.... tapi...."
"Ya?"
"Apa ini?" tanya Lize sambil mengambil selembar kertas yang ku letakkan di meja sambil memiringkan kepalanya.
"Ini sebuah tabel. Jika aku menyusunya seperti ini, maka nantinya akan lebih mudah untuk membacanya."
"Aku belum pernah melihat seseorang menyusunnya seperti ini."
YOU ARE READING
I Thought It Was a Common Transmigration
RomancePenulis : LemonFrog, 레몬개구리 Penerbit : Mystic (미스틱) Iustrator sampul : kiwikong Seolah-olah itu tidak cukup ditikam dari belakang oleh rekan kerja dan pacarku, aku mati di tangan kakak laki-lakiku yang kecanduan judi. Bahkan belum sempat menyesali k...
