At 9AM

7 0 0
                                    

Entah kenapa jika hari libur tiba, aku bisa bangun pagi atau bangun lebih awal daripada hari-hari biasanya. Hari ini hari Sabtu dan aku libur bekerja hari ini. Jam menunjukka pukul 06.30 dan aku sudah selesai mandi. Well, hari ini pun aku ada agenda khusus dan aku sudah tidak sabar untuk itu!

Ketika aku keluar dari kamar, aku melihat eyang putriku duduk di atas sofa ruang TV dengan beberapa barang di meja yang ada di depannya. Aku mendekatinya dan melihat satu kardus di sebelah kakinya. Aku melihat dan kardus itu berisi barang-barang lama lain miliknya. Aku juga melihat banyak foto dan juga surat yang berserakan di atas meja. Aku duduk di sebelah eyang putri yang sedang membaca salah satu surat. "Eyang lagi ngapain?"

"Ini, tadi eyang lagi beres-beres kamar terus nemu kardus yang ternyata udah lama eyang simpan. Isinya barang-barang lawas-nya eyang," jawab eyangku.

Aku ikut melihat-lihat barang miliknya. Ada foto ketika eyang putri masih sekolah, ada foto keluarga eyang putri dan ada juga foto ketika eyang putri menjadi guru di Sekolah Rakyat (sekarang setara SD). Di usianya yang ke-85 tahun, ingatan eyang termasuk masih sangat bagus dan kuat. Tiap kali aku bertanya tentang sejarah tentang foto-foto itu, eyang masih ingat dan bisa menjelaskan tentang apa yang terjadi di foto itu. Eyang putri juga masih ingat betul tanggal serta tahunnya.

Aku memegang satu foto, foto eyang putri ketika masih muda juga dan eyang dipotret dari seberang jalan. Rambut eyang dikepang satu dengan rapinya. Eyang putri tidak menghadap kamera melainkan menghadap samping. Eyang putri memakai kebaya berwarna putih dengan kain jarik yang memiliki dua warna, merah marun dan cokelat muda dan ada hiasan bunga-bunga di kainnya. Hal lain yang mencuri perhatianku adalah bangunan yang ada di belakang eyang putri, bangunan itu cukup besar, berbentuk kotak dengan jam di atasnya.

Wait. Tempatnya familiar.

"Eyang, ini jam yang ada di dekat Benteng Vredeburg, kan?"

Eyang mengamati foto itu dan aku melihat raut wajah eyang berubah sedikit sedih, eyang juga menghela nafas. Apakah ada memori buruk di foto ini?

"Itu eyang di depan tugu jam, namanya Stadsklok, artinya Jam Kota. Tapi orang-orang sekitar lebih suka nyebutnya Tugu Ngejaman. Jam Kota ini ada di sebelah utara Gedung Agung dan juga dekat Gereja Kristen Marga Mulya."

"Yang mbangun siapa? Pemerintah Belanda?" tanyaku.

"Iya. Tugu Ngejaman dibangun pas tahun 1916 sebagai pengingat kembali pemerintahan Kolonial Belanda ke tanah Jawa karena dulu Inggris pernah mengusai Jawa sekitar tahun 1811 sampai 1816."

"Oalaaah. Dulu Inggris tuh pernah menjajah Jawa?"

Eyang putri mengangguk. "Iya, tapi cuma 5 tahun."

Aku kembali melihat foto itu. "Kalau enggak salah di dekat Tugu Ngejaman itu ada gereja kan, eyang?"

Eyangku menganggukkan kepalanya. Eyang menatap foto itu lekat-lekat dan hanya foto ini yang ditatap olehnya dengan begitu dalam. Aku yakin eyang putri sedang mengingat dan tenggelam ke dalam memori masa lalu dalam foto ini untuk beberapa saat.

"Ini waktu eyang masih remaja, terus eyang lagi nunggu teman eyang selesai kebaktian di gereja," ucap eyangku.

"Oh ya? Temennya eyang laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki. Namanya Yu Theo."

"Loh? Orang Tionghoa?"

Eyangku tersenyum, dan senyumnya begitu merekah. "Iya, dia orang Tionghoa asli. Dia bekerja sebagai penulis dan juga guru di salah satu sekolah khusus untuk ras Tionghoa. Dia juga seorang fotografer."

"Kok eyang bisa kenal?"

"Dulu kenalan waktu dia lihat pertunjukkan tari. Eyang yang main alat musik gamelannya terus dia yang jadi tukang fotonya."

At 9AMWhere stories live. Discover now